Ch. 10

4.8K 674 65
                                    

"Yang saya tahu..."

Diana berantisipasi, siapa tahu yang keluar dari mulut itu bocah malah membuat semangatnya untuk menggunakan Ningsih sebagai senjata mengalahkan Adam menurun drastis. Hello... Diana juga kan punya hati dan tidak sombong. Mana enak menggunakan orang yang ternyata orang baik hati!

"...Dulu sebelum ke Jakarta ada skandal besar di sini, Bu..."

Wih scandal, sok-sokan banget tukang ayam.

"Dulu Kang Adam sempat ribut sama Pak RT."

"Pak RT?"

Jang Agus mengangguk lambat, "Teh Ningsih kan anaknya Pak RT."

Diana berdecak, "terus?"

"Ini setahu saya ya, Bu."

"Iya, lelet ah! Buruan dong ceritanya," sentak Diana gemas.

"Iya, Bu, iya, Bu," angguk Jang Agus ngeri, "Pak RT gak setuju Teh Ningsih sama Kang Adam."

"Kenapa?"

"Soalnya, ini menurut yang saya denger aja."

Diana menghela napas dalam, "itu mulut minta diinjak kerbau?"

"Eh, enggak, Bu, ya saya kan cuma memberitahu sesuai yang saya dengar."

"Iya paham, gak usah diulang-ulang, buruan ceritanya!!"

"Kang Adam minta Teh Ningsih nunggu, soalnya Kang Adam mau ngadu nasib ke Jakarta dulu. Pak RT gak suka, katanya ngapain nungguin yang gak pasti? Kalau Kang Adam serius, Kang Adam disuruh ngurus sawah Pak RT aja, gitu, Bu."

"Terus?"

Jang Agus berkedip bingung, "terus?"

"Ya terus gimana? Mereka putus atau enggak?"

"Oh!" Jang Agus mengangguk mengerti, "gak tahu, Bu..."

Emh, patukan ayam!

"Ibu sama Bapak tahu soal itu?"

Jang Agus mengangguk, "tahu... Makanya kemarin Wa Ida senang banget pas Bu Diana datang ke rumah. Sampai gak biasa ke warung juga jadi ke warung, beli segala macam. Pas ditanya Bu RT beli susu sachet buat siapa, Wa Ida jawabnya semringah banget, buat mantu," tutup Jang Agus seperti perempuan.

Diana tidak bisa menahan senyum gelinya, ternyata Ibu bisa begitu juga, "terus Bu RTnya gimana?"

"Sepet," jawab Jang Agus seraya tertawa.

Diana ikut tertawa, "bagus, bagus. Terus kan aku juga denger katanya ada yang ngolok ya Adam kerja lagi di sawah?"

Jang Agus mengangguk semangat.

"Siapa?"

"Pak RT."

Hm... Dasar ya... Pantes Ibu semangat banget mau laporan istri Adam ke Pak RT... Ternyata ya ternyata...

Diana berdecak, "terus yang Adam suka aku, itu gossip dari mana?"

"Kalau itu..."

"Gak usah sok takut dan setahu saya," potong Diana, "cerita aja semua."

Jang Agus cengengesan, "kalau itu kan jelas, Bu, kalau Bapak butuh orang untuk menyampaikan pesan atau perlu apa-apa sama Bu Diana, Kang Adam pasti yang paling depan mengajukan diri, kecuali kalau Kang Adam sedang ada kerjaan, baru deh saya yang disuruh ke rumah Bapak."

"Masa? Kok aku gak pernah kenal kamu?"

"Ya mana saya berani ngadep Ibu langsung... Jadi saya sampaikan ke Mbok Nah untuk dilanjutkan ke Ibu."

Diana & AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang