Ch. 11

4.6K 663 39
                                    

"Wah! Ningsih!" tunjuk Diana ke belakang mereka. Adam masih bergeming. "Ningsih!" seru Diana lagi, Adam masih tidak menghiraukannya. Diana memiringkan kepalanya, menjeda beberapa saat, lalu berseru lagi, "Ningsih!"

Adam mendengus, "saya tidak akan tertipu."

Diana mencebik, "belagu, padahal kalau ada orangnya..." suara Diana memelan, "eh, Ningsih..."

Adam langsung menoleh ke belakang, dan dia seketika menyesali tingkahnya sendiri, di belakang mereka tidak ada siapa-siapa.

"Ha. ha. ha," ledek Diana, menunjuk wajah masam Adam, "belagu, aku udah tahu hubungan kamu sama Ningsih. Ckckck," katanya iba dibuat-buat, "kasihan..."

Adam tidak menghiraukannya, dia kembali melihat ke depan. Diana yang berjalan mundur juga memutar badannya lagi, melihat ke depan.

"Enak kali ya manas-manasin Ningsih... Hm..." Diana menggosokan kedua tangannya seperti seorang penjahat.

"Bukannya itu yang dari kemarin kamu rencanakan?"

"Wah," kata Diana menutup mulut dengan tangan, sok kaget, "ketahuan ya?"

Adam memutar matanya malas. Diana terkekeh, kemudian mendengus, dia berjalan menunduk, menghindari kotoran kuda yang berceceran. Apa sih yang dipikirkan warga kampung? Memakai hewan yang senang buang kotoran sembarangan sebagai alat transportasi. Ew.

"Di..."

Diana mengangkat kepalanya, merasa aneh mendengar Adam memanggilnya dengan nada yang lembut. Dan lebih aneh lagi melihat Adam memberinya senyum tipis yang... Memesona.

Diana mengerjap, merasakan panas di telapak tangannya, dia menunduk, melihat tangan Adam menggenggam tangannya.

"Pak RT."

Diana langsung mengangkat kepala, laki-laki paruh baya tempo hari berjalan dari arah berlawanan, tatapannya tertuju tajam ke arah tangan Adam dan Diana yang bertaut.

"Dam," balas Pak RT sambil lalu.

Raut Diana langsung datar. Asem! Malah jadi si tukang kebun yang manfaatin aku! Hih! Diana sudah akan menepis tangan Adam saat matanya menangkap sosok lain yang berjalan agak jauh di belakang Pak RT. Ningsih!

Diana menyeringai dalam hati, mengeratkan genggaman tangannya saat dirasa tangan Adam melonggar.

Tatapan Ningsih pun tertuju pada tangan mereka yang berkait. Hati Diana semakin bersorak. Kena dia!

Ningsih tersenyum tipis, menyapa Adam sekilas dan mengangguk pada Diana.

Diana memutar badannya, melihat bapak dan anak itu, siapa tahu mereka membalikan badan seperti yang dilakukan Bu RT tadi. Dan voila!! Pak RT menoleh dengan tatapan tajam.

Diana tersenyum dan mengangguk sok manis.

"Jalan lihat ke depan," kata Adam seraya menarik tangan Diana, membuatnya kembali melihat ke depan.

Diana mendengus, tapi kali ini hatinya senang. Akhirnya bisa membuat Adam kesal dengan cara memanasi Ningsih. Adam kesal... Diana mengernyit, mendongak untuk melihat wajah Adam, namun ekspresinya biasa-biasa saja. Diana menoleh lagi ke belakang. Ningsih juga terlihat berjalan biasa saja, tidak terlihat gelagat gatal ingin menoleh.

Diana mengernyit semakin dalam.

"Kenapa kalian biasa aja?"

Adam menaikan alisnya, "hm?"

Diana berdecak, "kenapa kalian biasa aja?!" tanyanya lagi penuh penekanan.

Adam mengerdikan bahunya ringan.

Diana & AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang