7

12 0 0
                                    

"Bruk" suara buku berjatuhan ke lantai. Dimana kurang lebih tiga ribu siswa SMA itu menginjakkan kaki untuk menuntut ilmu. Berharap masa depan mereka cerah.
"Maaf-maaf. Saya tidak sengaja, saya tadi buru-buru." Ucap laki-laki yang wajahnya tidak asing lagi bagi Laily. Yang ikut menata buku besar-besar itu hingga bertingkat. Ia adalah Ahmad Hendri Susilo. Panggil aja Hendri.
"Iya tidak apa-apa kok. Saya juga yang salah."
"Sekali lagi saya minta maaf tidak bisa membantu kamu membereskan tumpukan buku ini sampai selesai karena saya ada kepentingan yang tidak bisa saya tinggalkan." Jelas Hendri.
"Iya tidak apa-apa. Silahkan lanjutkan saja kepentingan itu. Saya____" belum sempat terselesaikan ucapan Laily. Hendri sudah pergi meninggalkannya menata buku besar-besar itu sendirian. Namun tidak apa bagi Laily berbicara dengannya saja sudah membuatnya bahagia.
Setelah selesai Laily nenata buku besar-besar itu Laily pun berdiri dan segera bergegas mengembalikan tumpukkan buku itu ke meja guru.
"Kring...kring...kring..."bel sekolah sudah berbunyi siswa-siswi SMA Negeri 4 Salatiga ini yang menyukai hari ini. Karena hari senin adalah hari yang dimana hari sangat melelahkan. Mereka harus bangun pagi dan berangkat pagi. Berharap tidak terlambat. Masih harus mempersiapkan buat apel lagi. Pokoknya males banget deh.
Laily berlari menuju halaman sekolahnya. Ia mempercepat langkahnya. Berharap ia tak akan kehilangan barisan . Paling depan. Ia berusaha mengatur nafasnya . Berusaha menopang tubuhnya. Yang sangat lemah itu. Ketika ia harus ada apel pagi ia pun lupa bahwa ia tadi pagi tidak sarapan.
Ketika semua peserta upacara tengah hikmad mendengarkan pembacaan Undang-Undang Dasar yang dibacakan oleh petugas. Tanpa sadar darah mengalir bercucuran tepatnya dari hidung Laily. Laily pun tak menyadarinya. Tiba-tiba semuanya gelap. Pandangannya kabur. Kepalanya pusing. Dadanya sesak. Seakan jantungnya berhenti untuk berdetak .
"Bruk." Tubuh mungil itu terjatuh. Beruntungnya ada salah satu siswa yang menangkap tubuh lemahnya. Hingga akhirnya bangunan keras itu tidak diizinkan melukai tubuh mungil Laily.

Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang