9

7 0 0
                                    

"Iya Dim. Makasih ya."
"Iya sama-sama."
Dimas pun berlalu. Meninggalkan Hendri yang dilanda kegelisahan karena kurang lebih satu jam cewek yang dijaganya itu enggan membuka matanya.
Tanpa sadar Hendri mengenggam erat tangan cewek yang terbaring lemah tak berdaya di depannya itu. Pandangan Hendri kini selalu menuju wajah cewek di depannya itu. Entah mengapa rasanya ia tak ingin berpaling dari pandangannya itu. "Apa aku jatuh cinta ya pada cewek ini???" Ucapnya dalam hati. "Tapi kalau aku jatuh cinta sama ni cewek, Mei mau aku taruh mana??? Buang aja kali ya." Lanjut ucapnya dalam hati.
Entah perasaan apa ini. Yang jelas aku mengngagumimu. Entah sejak kapan. Entah atas dasar apa aku pun tak tahu. Entah mengapa aku tak ingin jauh-jauh darimu.
Perkahan. Namun pasti. Tiba-tiba tangan yang ia genggam bergerak pelan. "Kamu sudah sadar? Apakah kamu mendengar suaraku?" Tanya hendri lirih didekat telingga Laily. Hanya sunyi yang menhawabnya. Entahlah. Rasanya sangat sakit. Dadanya sangat sesak. Rasanya ingin teriak. Namun malang ia tak mampu mengeluarkan suara itu. Ingin membuka lebar-lebar matanya itu. Namun ia tak mampu membukanya. Semua terasa berat. Laily memegang dada atas sebelah kirinya dengan exspresi kesakitan.
"Apakah kamu mendengar suaraku?" Ulang Hendri lirih didepan telinga Laily. Laily hanya mampu diam membeku, ia tak tau harus bagaimana agar cowok di depannya itu mengerti bahwa dia membutuhkan pertolongannya. "kalau kamu mendengar suaraku. Anggukkan kepalamu ya" pinta Hendri lembut. Laily menganggukkan kepalanya sambil memeras dada atas bagian kirinya dengan kuat. "Apakah kamu kesulitan bernafas???." Tanya Hendri lembut. Laily hanya mampu menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Apakah kamu pernah memiliki riwayat penyakit paru-paru???." Tanya Hendri lagi. Laily diam. Ia tak mampu menjawab pertanyaan Hendri. Ia tak pernah berfikir sejauh itu.

Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang