Fairis berlalu. Ia menyusuri koridor rumah sakit dengan pandangan kosong. Hidunya seakan tak lagi ada artinya lagi. Seseorang yang mampu melengkapi hidupnya kini telah terbaring lemah tak berdaya. Ia merasa tak mampu menghadapi semuanya sendiri. Tanpa adiknya.
Fairis memasuki ruangan yang menyimpan berjuta rahasia tentang adik kesayangannya itu.
"Dek" ucap Fairis lirih.
"Kamu denger abang kan" air mata Fairis jatuh tepat di telapak tangan adiknya yang dalam kondisi sangat memprihatinkan.
"Dek. Kamu segalanya buat abang. Kamu adalah satu-satunya wanita yang mampu membuat abang tenang. Jadi abang mohon jangan tinggalkan abang berteman sepi dek. Bukalah mata kamu buat abang dek. Abang mohon" ucap Fairis didepan telinga Laily penuh air mata.
"Ris" ucap laki-laki paruh baya kira-kira usianya enam puluh tahun it mengejutkan Fairis. Ia adalah Rangga.
Fairis mengusap air matanya
"Iya dok" ucap Fairis lirih.
"Mungkin sudah saatnya Laily mengetahui keadaannya Ris" ucap Rangga samar.
"Tapi dok. Saya tidak sanggup mengatakannya" ucap Fairis lirih.
"Kalau kamu tidak sanggup mengatakannya. Biar saya yang bicara baik-baik dengannya"
Fairis termenung. Ia tak tau harus bagaimana.
"Dok. Apakah adik saya bisa disembuhkan?" Tanya Fairis.
"Keruangan saya ya Ris"Kasih komentar yaa
Biar bisa jadi yang lebih baik.