Part 1 - Firasat Buruk

883 74 2
                                    

PART 1

"Bagaimana jika kita bertemu di Coffe Shop dekat kampusmu? Ada yang ingin aku bicarakan"

Aku mencoba mengangkat ponselku dengan susah payah. Tangan kananku membawa buku kamus yang sangat tebal, sementara tanganku yang satu lagi memegang sekantung plastik makanan yang baruku beli di supermarket. Bahkan ponsel ini, kujepit di antara telingaku dan pundakku. Aku hanya manusia biasa, tanganku hanya ada dua. Disituasi seperti ini aku memilih mengalah dan duduk di bangku halte, menaruh kantung belanjaan di bawah bangku sementara tanganku memegang kembali ponsel tersebut.

Telepon dari Jinyoung. Bae Jinyoung. Kekasihku..
Tapi kenapa? Aku merasa telepon kali ini berbeda dengan hari-hari biasanya.

Jinyoung meneleponku tanpa sapaan hallo. Tanpa panggilan khusus yang sudah aku dan dia ciptakan. Tanpa kata-kata sayang yang biasanya dia lontarkan di setiap kalimat. Aku hanya bisa mendengus kesal. Namun aku lebih memilih untuk memendam rasa kesalku, karena aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Untuk apa Jinyoung memintaku bertemu di Coffe shop dekat kampusnya? Toh.. hari ini aku sedang tidak ada mata kuliah

Aku akhirnya memenuhi permintaan Jinyoung, kekasihku.

"Baiklah, jam berapa? Hari ini aku sedang tidak ada mata kuliah. Kenapa memintaku datang kesana?" Tanyaku. Dengan rasa penasaran yang terus membuncah di otakku. Jinyoung meneleponku.. namun berbicara langsung ke intinya.

"Jam 4 sore. Bagaimana?" Dan Jinyoung tidak memberitahu alasan mengapa menyuruhku ke Coffe Shop. Hanya memberitahu kapan aku harus menemui dia.

Aku menggigit bibirku. Pukul 4 sore. Ada variety show favoritku yang mengudara pukul 4 sore. Namun Jinyoung tetap lebih penting daripada variety show.

"Sekarang sudah pukul setengah 4. Tanggung, aku sedang berada di jalan. Bagaimana kalau sekarang?" Jawabku, mencoba bernegoisasi

"Terserah kau. Aku sudah di Coffe Shop ini sejak 2 jam yang lalu" Jawab Jinyoung.
Percayalah! Aku benci kata terserah. Bagiku kata-kata terserah merupakan bentuk ketidakpedulian.

Hey, tunggu. Untuk apa Jinyoung berada disana? Sejak 2 jam yang lalu?

"Kau bersama temanmu?" Tanyaku. Hanya mencoba menebak

"Aku sendiri" Jawab Jinyoung. Kata-katanya benar-benar sangat datar.

Untuk apa Jinyoung berada disana? Sejak 2 jam yang lalu? Dan dia sendirian?

Saat ini aku tidak mampu menebak suasana hati Jinyoung saat ini melalui suaranya. Suara yang biasanya cerah dan bersemangat mendadak sirna. Bahkan dirinya mendadak pelit berbicara. Ada apa ini? Perasaanku mulai tidak menentu. Aku mulai merasa gelisah.

Baiklah kali ini aku akan menuruti permintaan Jinyoung. Hanya datang ke Coffe Shop. Apa susahnya? Lagipula untuk menemui kekasihnya yang sudah bersama dirinya selama 3 tahun. Aku akan rela datang kesana sekalipun ada badai besar di tengah-tengah kota. Aku sangat mencintai kekasihku itu. Percayalah!

"Oke. Aku akan datang dalam waktu 15 menit. Tunggu aku ya bae. "Jawabku

TUT...

Telepon terputus.

Aku mulai merapikan plastik belanjaanku dan menaruh ponsel ku ke dalam tas. Tentunyaa... aku juga memasukab kamus tebal itu. Menyebalkan sekali mengingat kamus ini mempunyai 700 halaman.

●●●

Coffe Shop sudah terlihat. Aku sedang menapaki jalan trotoar untuk sampai kesana. Busway terlambat datang 10 menit membuatku harus menunggu di halte lebih lama. Aku kesal ketika busway itu berhenti mendadak dan membuat isi kantong plastik belanjaanku berhamburan.

Janjiku yang akan datang dalam waktu 15 menit tentu saja teringkari. Aku sudah terlambat 12 menit lebih.

Aku membuka pintu kaca utama lalu masuk ke dalam Coffe Shop.

Ketika aku membuka pintu. Aroma kopi yang khas menguar dan tersebar sampai ke seluruh ruangan. Aku dapat menciumnya walau baru saja masuk ke dalam Caffe. Tercium wangi kue muffin yang baru saja diangkat dari oven dan baru saja diletakkan diatas etalase kue. Mungkin ia butuh satu cangkir cappuchino hari ini dengan beberapa cup kue muffin sebagai pendamping.

Aku melihat Jinyoung duduk di ujung Caffe. Pandangannya mengarah ke jendela besar yang ada disampingnya. Menyuguhkan pemandangan jalan raya yang penuh dengan hiruk pikuk kendaraan. Ia memakai kaos putih dan celana hitam.

Aku menuju meja dan kursi tempat Jinyoung berada. Tempat yang bagus. Tempat yang menjadi favorit kita berdua.

Ditempat ini Aku dan Jinyoung pertama kali bertemu. Pada saat itu aku kehilangan flashdisk yang berisi tugas-tugas dari dosen, lalu tanpa sengaja Jinyoung menemukannya. Ditempat ini kita sering bertemu. Di tempat ini Jinyoung menyatakan perasaannya kepada ku. Ditempat inilah kita merayakan anniversary kita yang ke satu dan dua. Dan bulan depan. Akan jadi yang ketiga. Ditempat ini juga Jinyoung merayakan ulang tahunnya 2 tahun terakhir bersamaku begitu pula juga aku.

Ditempat inilah banyak kenangan-kenangan yang aku lalui bersama Jinyoung. Ketika aku mengingat memoriku bersama Jinyoung kembali, aku dapat tersenyum walau aku mengalami hari buruk sekalipun. Bahkan aku pernah berjanji tidak akan menghapusnya apapun yang terjadi.

"Hai my bae.." ucapku kemudian aku duduk dikursi yang berhadapan dengan Jinyoung. Aku meletakkan kantong plastik belanjaanku di bawah kakiku.

Tatapan Jinyoung yang tadinya mengarah ke jendela. Sekarang berpindah ke arah ku. Lalu Jinyoung menarik bibirnya sehingga membentuk seulas senyuman.

Bahkan dihubungan ku dengan Jinyoung yang telah berjalan hampir 3 tahun. Senyuman Jinyoung selalu mampu membuatku meleleh seketika. Saat itu juga. Aku bersyukur masih bisa menikmati senyuman Jinyoung. Namun kali ini senyuman Jinyoung hanya bertahan 3 detik biasanya 10 detik.

●●●

"Sebenarnya apa yang akan kau katakan? Aku tidak mau jika kau diam terus seperti ini" Ujarku

●●●

Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ;) Kritik dan saran silahkan tulis di komentar ❤
Ini fanfiction sudah pernah di share di line OA Fanbase It's Me! Jinyoung . Karena aku admin disana. Semoga suka sama ceritanya ya💋

#flowerbaee🐝

Nothing Without My Bae - Bae JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang