Bahkan dihubungan ku dengan Jinyoung yang telah berjalan hampir 3 tahun. Senyuman Jinyoung selalu mampu membuatku meleleh seketika. Saat itu juga. Aku bersyukur masih bisa menikmati senyuman Jinyoung. Namun kali ini senyuman Jinyoung hanya bertahan 3 detik biasanya 10 detik.
●●●
"Kau sudah pesan sesuatu?" Tanya Jinyoung. Terlihat datar-datar saja. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa senyum yang terlihat tulus itu kadarnya terlihat berkurang?"Nanti aku akan pesan. Kau pesan 2 gelas Americano? Aku baru tahu jika kau menyukainya." Ujarku ketika melihat satu gelas besar kopi Americano yang sudah habis. Dan satu gelas lagi dengan isinya yang hanya tinggal setengah berada di atas meja.
"Aku hanya sedang ingin meminumnya.." Jawab Jinyoung singkat
Kemudian sunyi mengambil alih. Tak biasanya ia seperti ini.
Aku lebih suka mendengar Jinyoung yang menceritakan kejadian-kejadian yang ia alami setiap harinya. Aku suka Jinyoung yang bersemangat ketika bertemu denganku. Aku suka senyum Jinyoung yang terlihat seperti bunga matahari yang ceria. Lalu kemana semua itu?
Hal ini membuat dadaku terasa sesak. Telapak tanganku mendadak berkeringat dan detak jantungku berdetak 3 kali lipat lebih cepat dari biasanya. Apa yang terjadi? Kenapa perasaan aneh ini terus menyelimuti hatiku. Pasti ada yang tidak beres dengan Jinyoung. Jinyoung menjadi diam seperti ini...
Membiarkan kecanggungan yang hampir tidak pernah menyelimuti kita, mendadak dibiarkan mendominasi. Entah kenapa aku merasa takut...
Jinyoung yang terus-terusan ditatap akhirnya juga menyerah. "Pesanlah sesuatu.." ujarnya. Kemudian di tengah-tengah kesunyian yang akhirnya terpecahkan oleh suara Jinyoung. Suaranya serak, tidak seperti biasanya, dan aku tak tahu kenapa.
Terdengar seperti habis menangis. Namun mata Jinyoung terlihat biasa saja. Tidak ada yang membengkak atau semacamnya.
Aku pun akhirnya memutuskan memesan sesuatu. Aku mengangkat tanganku dan memesan Cappuchino dan 2 cup muffin. Seperti rencanaku setelah masuk Caffe shop ini.
Kali ini Jinyoung menatapku. Dengan tatapan yang demi apapun aku tidak dapat memahaminya. Tatapannya tidak dapat dimengerti. Seperti tersirat sesuatu didalamnya.
"Sebenarnya apa yang akan kau katakan? Aku tidak mau jika kau diam terus seperti ini." Ujarku sambil menunduk.
Jinyoung tidak menjawab. Lebih tepatnya belum menjawab. Berpikir kata-kata apa yang tepat untuk dilontarkan.
"Kau terlihat aneh hari ini. Kau sedang banyak pikiran? Atau terjadi sesuatu?" Tanyaku khawatir. Aku melipat tanganku diatas meja dan menatap seluruh tubuh Jinyoung dengan intensif. Memastikan Jinyoung baik-baik saja.
"Aku terlihat begitu?" Tanya Jinyoung
Aku mengangguk pelan. Lalu mendongakan kepalaku. Berharap dapat melihat senyum Jinyoung yang biasa aku lihat seperti biasanya. Namun nihil. Tak ada seutas senyum pun yang keluar dari bibir Jinyoung.
Untuk apa Jinyoung menyuruhku kemari jika hanya untuk berdiam diri seperti ini. Aku butuh kepastian. Rasa ingin tahuku begitu besar.
Pesananku datang. Aku meraih cangkir kopiku dan menyesap cairan kopi dengan busa kopi yang lembut diatasnya. Berharap datang sebuah ketenangan di hatiku.
Jinyoung terlihat menarik nafas pelan.
"Bagaimana jika kita akhiri saja?"
DEG.
Kata-kata itu meluncur cepat dari bibir Jinyoung sementara otakku masih belum bisa memahami kata-kata tersebut. Apa yang dimaksud dengan kata "Akhiri" ?
"Apa maksudmu?" Ujarku tak mengerti. Aku meletakkan cangkir kopiku perlahan dengan tatapan yang masih mengarah ke iris mata Jinyoung. Tatapan tidak mengerti. Mungkin semua jenis tatapan "Tidak mengerti" akan aku keluarkan semuanya.
Jinyoung menatap balik ke arahku "Hubungan kita.."
Detik dimana kata-kata Jinyoung yang terucap. Kata-kata "Hubungan kita" . Rasanya... Duniaku berhenti saat itu juga. Semuanya.. Dunianya..
Keringat dingin tak lagi membasahi telapak tanganku,namun seluruh tubuhku. Aku ingin... detak jantungku berhenti saat itu juga.
Sorot mata Jinyoung terus menjajaki bola mataku dan berharap menemukan sebuah anggukan. Anggukan bahwa aku sepakat untuk mengakhiri semuanya. Mengakhiri kisah cinta kita. Kita berdua. Disini... Di tempat ini...
Namun tampaknya, harapan Jinyoung terlalu muluk. Karena diriku sangat mencintai Jinyoung... Begitu mencintai Jinyoung..
Hubungan kita berdua selama 3 tahun ini terbilang baik-baik saja. Memang terkadang diselipi dengan kecemburuan-kecemburuan yang pada akhirnya berakhir dengan kata maaf yang manis, atau kecupan di kening. Lalu salah satu dari kita akan dengan mudah memaafkan dan kita akan kembali seperti biasa. Sesuatu seperti itu wajar terjadi dalam sebuah hubungan, bukan?
Namun kenapa tiba-tiba Jinyoung ingin mengakhiri semuanya?
●●●
"Kau marah karena aku terlambat 10 menit? Jangan bercanda bae.. aku sedang tidak ingin..." Jawabku menganggap ucapan Jinyoung hanya sebuah leluconnya... yang sama sekali tidak lucu. Masih berusaha menampik semua kata-kata Jinyoung yang terdengar menyakitkan bagi diriku.Apa yang dipikirkan pria itu? Pria itu ingin mengakhiri semuanya? Setelah apa yang telah kita lalui bersama. Sebuah kebahagiaan yang tercipta setelah Jinyoung datang ke dalam hidupku. Memenuhi ruang-ruang otakku dengan perlakuan Jinyoung yang manis.
Memikirkan apa yang terjadi 10 tahun kedepan.
Kita akan menikah di tengah lapangan bola.. ini ide Jinyoung yang memang menyukai olahraga sepak bola. Dengan konsep garden party.. ini ideku. Memiliki anak perempuan bernama Rachel. Lalu kita akan menghabiskan waktu bersama. Hidup bersama selamanya. Menua bersama.Dan Jinyoung mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri hubungan ini.
●●●
Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan. Kritik dan saran silahkan komentar aja ya 💋
Sudah pernah di post di OA Fanbase It's me! Jinyoung 😉
#flowerbaee🐝
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without My Bae - Bae Jinyoung
FanfictionHubungan yang kita jalani 3 tahun lamanya. Harus berakhir hanya dalam waktu beberapa jam. Aku hanya seorang Gadis biasa yang mencoba untuk menggapai cinta dari kekasihku. Tapi kenyataan yang terjadi , lelaki itu tidak pernah mencintai ku. Lelaki itu...