●●●
"Kau marah karena aku terlambat 10 menit? Jangan bercanda bae.. aku sedang tidak ingin..." Jawabku menganggap ucapan Jinyoung hanya sebuah leluconnya... yang sama sekali tidak lucu. Masih berusaha menampik semua kata-kata Jinyoung yang terdengar menyakitkan bagi diriku.Apa yang dipirkan pria itu? Pria itu ingin mengakhiri semuanya? Setelah apa yang telah kita lalui bersama. Sebuah kebahagiaan yang tercipta setelah Jinyoung datang ke dalam hidupku. Memenuhi ruang-ruang otakku dengan perlakuan Jinyoung yang manis.
Memikirkan apa yang terjadi 10 tahun kedepan.
Kita akan menikah di tengah lapangan bola.. ini ide Jinyoung yang memang menyukai olahraga sepak bola. Dengan konsep garden party.. ini ideku. Memiliki anak perempuan bernama Rachel. Lalu kita akan menghabiskan waktu bersama. Hidup bersama selamanya. Menua bersama.Dan Jinyoung mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri hubungan ini.
●●●
Jinyoung kau gila...
Jinyoung kau tidak bisa... Tidak bisa mengakhiri kisah kau dan aku begitu saja."Apa aku terlihat bercanda? Aku serius ingin mengakhiri hubungan kita." Ujar Jinyoung.
Aku hanya bisa membatu. Mendadak suaraku tercekat dan tidak bisa bersuara lagi.
"Aku ingin mengakhiri semuanya.." Ujar Jinyoung lagi. Yang lagi-lagi membuat dadaku sesak dari sebelumnya.
Perlahan bulir-bulir air itu keluar dari mataku. Air yang keluar ketika aku merasa bahagia...Atau sedih... Dan kali ini..air mataku adalah air mata kesedihan.
"Kenapa bae? Apa aku melakukan kesalahan? Apa kesalahan yang aku buat sehingga kau ingin mengakhiri hubungan kita? Apa tidak bisa kau hukum saja aku dari pada kita harus mengakhiri hubungan ini? " Menanyakan hal ini membutuhkan keberanian dan ketegaran hati yang besar bagiku. Aku sudah tak sanggup lagi untuk menatap mata Jinyoung.
Aku tak mau...
Aku tak mau menerima kenyataan itu..
Bahwa..
Jinyoung yang manis..
Jinyoung yang memiliki senyuman bunga matahari..
Jinyoung yang selalu menyinari hari-harinya..
Jinyoung yang sangat aku cintai..Dapat menyakiti hatiku.. Dengan telak..
Sementara aku tidak dapat berbuat apa-apa. Air mataku semakin mengalir deras diiringi dengan suara sesegukan. Aku masih tidak dapat mempercayai semua ini.
Semudah itukah?
Semudah itukah Jinyoung mengatakannya?Jika memang aku yang ingin mengakhiri semuanya pun. Aku tak akan pernah sanggup. Tidak akan pernah sanggup untuk mengatakan.. "Aku ingin mengakhiri hubungan kita.." kepada Jinyoung
Aku terlalu...
Mencintai pria itu...
Jinyoung menatapku "Aku menyukai wanita lain.." Ujar Jinyoung. Lalu mengaduk-aduk kopi americano nya dengan sedotan.
Sekali lagi, kata-kata Jinyoung yang singkat itu, mampu memberhentikan segalanya. Diriku dan Duniaku...
4 kata...
Aku.. menyukai.. wanita.. lain.. Hanya 4 kata.
Namun mampu mengoyak seluruh perasaanku. Aku hampir tak mampu mengutarakan apapun lagi.
Seluruh kakiku melemas tanpa diperintah.Bagaimana dengan mudah Jinyoung mengatakannya? Bagaimana bisa? Mengetahui, bahwa setelah berpacaran dengan Jinyoung, aku tak pernah sekalipun melirik laki-laki lain di kampusku. Bagaimana bisa Jinyoung melakukan hal itu padaku? Ia menyukai wanita lain?
"Sejak kapan kau menyukai wanita itu?" Tanyaku. Berusaha menahan air mataku. Berusaha kuat berada dihadapan Jinyoung. Berusaha membuat Jinyoung menyesal mengatakan hal itu padaku.
"Ah.. 2 minggu yang lalu..," Jawab Jinyoung. Lalu meminum kopinya sampai habis. Dengan nada tanpa satupun rasa penyesalan.
2 minggu yang lalu. Siapa yang Jinyoung sukai? 2 minggu yang lalu kampusnya mengadakan seminar. Sebagai panitia. Apakah Jinyoung menyukai salah satu peserta?
Atau, 2 minggu yang lalu Jinyoung pergi ke sekolah lamanya untuk menghadiri acara reuni. Apakah ia menyukai teman lamanya?"Bagaimana bisa? Kita sudah menjalaninya selama 3 tahun.." Ujarku. Menyeka dan menghapus air mataku yang sekuat tenaga aku tahan, namun pada kenyataannya aku gagal. Jinyoung dengan mudah melupakan semua kenangan bersamanya selama 3 tahun?
Bae Jinyoung kau sungguh hebat!
"Aku menyukai wanita lain.. Dan aku tidak mau menyakiti perasaanmu. Lebih baik kita akhiri dari sekarang.." Jinyoun menatapku lagi. Ucapannya tepat pada sasaran.
Jinyoung mengatakan bahwa ia menyukai wanita lain, itu sudah lebih dari cukup menyakitiku. Ia bilang tak mau menyakiti hatiku? Ia mengatakan hal itu dengan mudah. Bayangkan, dengan sekali lihat wanita itu. Aku yakin hati Jinyoung tak lagi untukku. Posisi itu sudah tergeser oleh wanita yang Jinyoung sukai baru-baru ini. Aku di hati Jinyoung... sudah tidak memiliki tempat lagi.
Aku mencoba tidak menangis. Entah mendapat kekuatan darimana lagi. Aku membalas argumen Jinyoung. Aku berusaha untuk melepas Jinyoung, jika itu yang memang Jinyoung inginkan. Jika Jinyoung bukan lagi miliknya. Aku bisa apa? Aku tak bisa memaksa perasaan seseorang untuk terus berada di satu garis lurus. Aku tak bisa mengekang Jinyoung untuk terus mencintaiku.
"Baiklah, cinta tidak harus memiliki bukan? Jika itu maumu, kejarlah wanita manapun yang kau inginkan. Aku akan tetap terus mencintaimu, walaupun kau tidak lagi merasakan hal yang sama"
Jinyoung sedikit tersentak.Bukankah jawaban itu yang Jinyoung inginkan? Bukankah ia ingin jika aku melepasnya?
Jinyoung menghembuskan nafas pelan. Berusaha mengontrol perkataannya. Dan memilah jenis kata apa yang tepat ia lontarkan pada saat ini.. Kata Perpisahan..."Aku berterima kasih kepadamu, kau sudah menjadi bagian dari hidupku. Terima kasih karena sudah menerimaku apa adanya. Dengan segala kekurangan yang aku punya..." ucap Jinyoung
Tangisku makin menjadi-jadi. Air mataku terus mengalir deras. Tidak peduli seberapa banyak orang di Coffe Shop ini yang menyaksikan hal ini. Aku tidak peduli. Sesungguhnya aku benar-benar tidak peduli. Aku membiarkan air mataku keluar dengan semaunya, mengeluarkan segala kesedihan yang aku rasakan.
"Terima kasih sudah mau menjadi kekasihku selama 3 tahun ini. Terima kasih sudah menemani hari-hariku. Maaf jika aku menyakiti hatimu. Maaf jika aku melukai perasaanmu.. ini..." ucap jinyoung lagi
Kemudian Jinyoung meletakkan sebuah kunci kecil. Di atas meja.
"Ini kunci gembok yang kita pasang di N Seoul Tower. Dulu aku takut jika kau yang akan berubah pikiran. Makanya aku menyimpan kunci ini. Namun kenyataannya aku yang berubah pikiran. Jika kau mau, lepaskan gembok itu.."
"Aku pergi. Maafkan aku.." Ujar Jinyoung sebagai kata perpisahan terakhir. Lalu bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan dan akhirnya keluar dari Coffe Shop. Tak seperti biasanya. Jika Jinyoung pergi, aku akan terus melihat punggung Jinyoung. Aku akan terus melihatnya sampai Jinyoung hilang dari pandanganku .
Namun kali ini... aku tak sanggup melihatnya.
●●●
Silahkan saran dan komentar ;)
Sudah pernah di Share di OA it's me! Jinyoung😄#flowerbaee🐝
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without My Bae - Bae Jinyoung
FanfictionHubungan yang kita jalani 3 tahun lamanya. Harus berakhir hanya dalam waktu beberapa jam. Aku hanya seorang Gadis biasa yang mencoba untuk menggapai cinta dari kekasihku. Tapi kenyataan yang terjadi , lelaki itu tidak pernah mencintai ku. Lelaki itu...