1. Diri yang kelam

70 10 6
                                    

Hening menyelimuti bagian dalam apartement yang dimiliki nya, ketikan keyboard dari benda pipih dan juga hembusan airconditioner satu satu nya suara yang ada didalam ruangan cukup besar itu.

Jangan tanyakan Iselda sedang mengerjakan apa di apartement miliknya, pasti nya ia sedang berbaring nyaman di kasur kapas nya, dan juga sibuk berkutik dengan ponsel nya untuk mencari berita terhangat dari sang idola nya. Manu rios.

Bunyi bel. dari luar apartement, memaksa kan diri untuk berhenti dari keasyikan nya. Entah lah siapa yang datang ke apartemen nya ia pun tak peduli itu.

Suara nya semakin kencang terpaksa Iselda menyibak selimut tebal berwana putih yang menutupi seluruh bagian tubuh nya. Dan tersisa kaos hitam polos dan celana pendek kesukaan nya.

"Tadaaa!!!!" Suara itu mengagetkan Iselda yang berdiri di ambang pintu. Iselda mengerutkan alis tajam ke arah orang di hadapan nya.

"Ngapain?" Tanya Iselda cuek dan langsung berkutik kembali dengan ponsel nya.

"Ishh. Ya temenin adik kesayangan makan lah. Lagian kan gue lagi kangen sama adik gue." Gadis yang lebih tua di banding Iselda itu nyelonong masuk tanpa peduli.

Iselda berdecak dan mengekor kakak perempuan nya dengan malas.

"Lo gak akan nanya gitu kabar gue gimana. Adik macam apa lo ini. Gue laknat bau tau rasa." Cerocos Ghea dengan kesal.

"Gak ada kerjaan banget dah gue nanyain kabar lo. Kaya yang lo peduli aja sama gue." Balas Iselda tak kalah mendelik.

"Kalo gue gak peduli sama lo, gak mungkin sekarang gue ada disini. Bela belain datang jauh jauh dari London. Malah dapet balasan kek begini." Ghea mendelik .

"Palingan juga lo lagi libur semester kan. Terus tinggal di rumah 'itu' lagi."

"Rumah 'kita'. Bukan rumah 'itu' Sel.

Iselda terdiam sejenak. lalu menatap kakak nya dan beralih ke layar handphone nya lagi.

Ghea meluncurkan pandangan nya kesegala penjuru ruangan itu. Mendapatkan salah satu foto yang menampakan satu keluarga yang tersenyum manis, disana juga ada diri nya.

Ghea mendekat ke arah foto yang di bingkai formal dan ukuran nya sedang. Terpasang di sisi televisi 42 inchi milik adik nya.

Ghea tersenyum sendu melihat foto itu. "Lo selalu bilang kalo lo gak pernah peduli tentang keluarga lo."

Iselda tersentak, dan langsung melihat kakak nya itu. Ia menelan saliva nya. "Gue nyimpen foto itu, karena gak sengaja gue bawa dikoper gue pas waktu gue pergi dari rumah," Iselda tergugup. "Lagian kalo tuh foto di buang, papa nyetak nya mahal lagi. Jadi kepaksa gue pajang." Tambah nya.

Ghea terkekeh. "Gak usah beralasan gitu. Dengan foto ini gue udah percaya kalo lo emang masih punya rasa sayang sama kita. Terutama mama." Ghea mendekat kearah Iselda duduk.

"Tau apa lo tentang hidup gue!" Iselda gentar.

"Gue kaka lo, aliran darah kita sama, gue tau pasti sikap lo ini. Cuma yang gue prihatin sama lo, lo selalu tutupin perasaan itu. Dan perasaan yang lo tutup rapat-rapat selama ini ngebuat lo sakit dan terpuruk sendirian." Ghea menghembuskan napas panjang.

"Jadi, gue mohon maafin mama."

Luapan emosi Iselda akan memuncak sebentar lagi.

"Pergi lo!" Iselda berusaha berteriak namun, Entahlah suara nya sangat tertahan.

"Gue bakal pergi dari sini. Cuma gue pesan ke lo, jangan pernah ngubur perasaan lo itu terlalu dalam, karena mungkin perasaan yang bener bener lo kubur dalam itu bisa aja terkuak ke pemukaan, dan itu bakal bikin lo bener bener sakit." Dan kini Ghea tengah bersiap untuk pergi dari apartement adik nya itu.

Iselda sama sekali tak berkedip menatap punggung kakak nya yang sudah diambang pintu.

Ghea berbalik badan. "Jangan lupa dimakan makanan nya, itu makanan favorit lo."

Punggung Ghea telah menghilang. Iselda masih menatap kosong, cairan bening terpaksa meluncur halus di wajah nya. Dengan paksa ia mengusap wajah nya keras. Ia tak ingin menangis.

Mengapa semua orang selalu terlihat peduli terhadap nya, namun di sisi lain orang itu benar benar tak peduli dengan diri nya. Dan Iselda sangat membenci itu. Orang bermuka dua.

Di tatap nya sekali lagi foto itu. Ia benar benar tidak peduli oleh siapa pun. Di tepis nya foto itu hingga menjauh dari diri nya.

                       
                              ••

Paper bag Berwarna warni sudah ada digenggaman nya, sore ini Iselda memilih berbelanja mewah di mall terbesar. Tentunya sendiri, siapa lagi yang akan menemani diri nya setelah kejadian itu lagi.

Langkah nya benar benar terhenti tepat dengan tangan nya yang mencengkram erat tali paper bag . Wajah nya memerah. Melihat seseorang yang selama ini Iselda rindukan, namun disisi lain ia harus membenci nya.

Iselda memutar balik tubuh, ia tidak mau wajah nya nampak oleh orang itu, langkah pun sengaja di percepat.

Hembusan napas panjang terdengar di dalam mobil silver miliknya, Iselda mencengkram erat setir mobil. Entah perasaan apa yang  menggelayuti hati nya, ia sangat marah namun ia juga sangat sedih, Iselda merindukan sosok itu dan akhir nya bertemu kembali walau tidak bersapa ramah.

Kecepatan mobil yang ia kendarai sama dengan kemarahan nya yang memuncak saat ini, Cuaca tiba tiba mendung, rintik hujan pun semakin deras, seolah tahu apa yang kini Iselda rasakan, Iselda benar benar ingin menangis, ia sama dengan perempuan lain yang lemah. Sontak air mata nya tiba tiba jatuh. Seperti biasa, jika ia mengeluarkan cairan bening, Iselda selalu menepis air mata itu dan kadang juga mengakibatkan wajah nya merah akibat tamparan pedas nya sendiri.

Pandangan kabur akibat mata yang berkaca dan juga hujan deras diluar, membuat Iselda tidak mengetahui ada satu motor yang menyalip laju mobil nya, refleks Iselda mengerem mobil nya mendadak.

Nafas nya terengah, ia marah pada orang yang menyalip mobil nya. Dengan cepat, Iselda membanting pintu mobil dan keluar tanpa payung ataupun jas hujan.

Pengendara motor itu juga berhenti tidak jauh dari diri nya berdiri."HEHHH!! Gilaa! Mobil gue!" Iselda berteriak, menghadang suara hujan yang bergemuruh.

What! Orang itu lagi, cowok yang kemarin berbicara tidak layak pada nya, ia harus membalas kan amarah nya.

Iselda bersiap menampar wajah dingin orang didepan nya, ia mendekat dan langsung menampar wajah Delta dengan enteng. "Itu yang harus lo rasain karena udah jadi penyebab gue sial!" Seperti manequin yang bergerak Delta sama sekali tidak merespon tamparan nya, yang Iselda pastikan sangat keras.

"Apa yang lo lakuin ke gue ini malah bikin lo lebih sial." Delta mendekat ketelinga Iselda. " Tunggu aja." Delta menatap tajam mata Iselda. Ia pun pergi meninggalkan Iselda tanpa sepatah kata. Untung saja hujan deras menutupi tangis Iselda, dan tidak terlihat oleh Delta.

Iselda menatap laju motor Delta yang menjauh. "Lo harus liat permainan gue." Suara nya sangat pelan, Iselda tersenyum sinis.

Dengan tubuh basah kuyub, Iselda tetap kukuh ditempat nya. Melihat seseorang disana yang sudah melaju kencang dengan motor nya. "Semua cowok sama. Buaya!" Iselda pun kembali ke mobil silver.

                             ••

Maafkan typo.

Vote & comment

CRACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang