5. Kembali mengingat

44 7 2
                                    

"Berisik amat si curut." Iselda lama lama kesal dengan teman satu nya ini, Tiesa. Sedari tadi gadis itu menelpon dan juga mengirimi pesan kepada Iselda.

Iselda pun mengangkat telpon yang ke dua puluh sembilan dari Tiesa.

"Heh lo bisa kagak sih gak ganggu gue sedetik aja hah!" Sembur Iselda sebelum orang disebrang telpon nya itu angkat bicara.

"Sel asli ini penting. Lo harus denger gue." Tiesa menyahut disebrang sana dengan suara yang hati hati.

"Yaudah cepet." Singkat Iselda.

"Gue ... " Tiesa terdiam sesaat dengan ragu.

"Gue lihat Sarez." Ucapnya kemudian.

Saat itu, mulut Iselda benar benar bungkam, diri nya terpaku beberapa saat sebelum mematikan sambungan telpon nya secara sepihak.

Mata nya menatap lurus. Tidak diketahui Iselda bahwa cairan bening sudah keluar dari tempat asalnya.

"Dugaan gue benar." Lirih Iselda.

Iselda beranjak dari kasur. Menatap salah satu laci dimeja santainya dengan mata berkaa kaca. "Selama ini gue berharap lo gak pernah datang kembali lagi. Tapi kenapa, kenapa lo harus kembali." Ucapnya di sela isak tangisnya.

"Gue benci keadaan gue sekarang."

Ia pun membuka perlahan laci itu. Menatap nanar banyak nya surat- surat dengan berbagai warna dari pengirim yang sama.tak lupa dengan satu album foto dan juga tape recorder.

Ia duduk di pinggiran kasurnya setelah membawa album foto berwarna hitam. Di sampul album foto itu bertuliskan 'my memories' dengan stiker senyum berwarna putih.

lembaran demi lembaran dibuka nya. Setelah menampilkan satu foto yang benar benar mengguncang hatinya, Iselda pun menutup album itu dengan kasar dan melemparnya asal.

Kamar itu hanya terdengar suara tangisan yang nyaring. Dan terhenti dengan adanya bunyi bel dari luar apartement.

Ia pun menarik napas panjang, menyeka kasar wajah nya yang sudah basah akibat tangis nya. 

"Pesanan datang." Seru seorang cowok berperawakan tinggi yang membuat Iselda terlonjat kaget setelah membukakan pintu.

Cowok itu Delta, ia pun ikut kaget melihat gadis dihadapan. Mata nya melirik nomor pintu apartement. Delta mengumpat dalam hati.

"Pesanan untuk Iselda gabriella. Satu paket mini original burger dengan milkshake greentea. Semuanya seratus sembilan puluh lima ribu." Ucap Delta datar dengan meyodorkan pesanan.

Memang hampir tiga bulan ini, Delta menetap menjadi pengantar pesanan kafe aunty nya. Kapan pun, aunty nya membutuhkan jasa antar pesanan ia akan dengan sigap membantu mengantarkan pesanan nya. Bukan karena Delta tidak mampu untuk membiayai kebutuhan hidup nya, bahkan bisa dibilang orang tua Delta adalah pengusaha sukses, ia hanya tidak ingin mencampuri kehidupan nya dengan kehidupan orang tuanya terlebih ayah nya.

Dengan seperti ini, Delta bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan tanpa rasa malu sedikit pun dalam bekerja.

Iselda mengambil pesananya dan membayar tanpa berkata apapun, jika saja keadaan nya mendukung Iselda, ia akan menertawai dan menanyakan banyak hal terhadap cowok dihadapanya namun ia urungkan niatnya.

CRACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang