9. Kembali ke awal

13 1 0
                                    

Apa salah, melakukan sesuatu untuk seseorang yang kalian harapkan, bahkan sesuatu yang malah menyulitkan keadaan dirinya sendiri.

Saat kejadian kemarin, semua kembali seperti semula. Iselda sendiri tidak habis pikir dengan dirinya, mengapa sebegitu rumit. padahal, jelas-jelas ia adalah tipe gadis yang sering memainkan hati laki-laki. Tapi mengapa, kini, ia merasa jika ia yang di permainkan laki-laki.

Dan yang harus diketahui, Iselda sama sekali tidak mencintai Delta.

Iselda, heh, anjir gue nyerocos dari tadi gak di dengerin

Iselda mengerjapkan mata, Tiesa membuyarkan lamunannya.

"Apa, lo, tadi ngomong apa?" Iselda membalik badan menjadi telungkup.

Pokok nya, malem ini, harus ke kafe yang baru itu, gue penasaran, seenak apa makanan di situ, sampe kafe kakak gue sepi.

Iselda terkekeh samar, mendengar temannya seperti itu, adalah hiburan tersendiri.

"Gue, ngikut, tapi lo bayarin."

WHAT! Enak aja lo, biasanya juga lo yang bayarin gue.

Iselda menjauhkan ponselnya dari telinga, mendengus sebal, karena suara melengking itu.

Sambil cari ... Sarez, bener apa enggak dia datang lagi.

Dan kini, Iselda tercekat, tidak berkata apa-apa, langsung menutup telepon sepihak.

Secara gamblang, Tiesa, memutar kembali memori usang yang Iselda sudah simpan rapat-rapat, tanpa menghilangkannya dari ruang otak nya.

Flashback on.

Gadis berikat satu itu sesenggukan, tidak ada yang lebih parah dari ruang temaram itu.

"Sel, tenang, mereka baik-baik aja kok," lelaki dengan sorot mata sendu berusaha mengalirkan energi dari ucapannya.

Iselda menatap nanar lelaki itu.

"Pikiran lo kemana hah!! Ayah gue sama Daren nyari kita, tapi kita malah diem di gudang gini!"

"LO BEGO!" Iselda meraung, ingin segera keluar, ingin segera memeluk ayahnya, dan merubah keadaan menjadi baik seperti semula.

Sarez, dengan tubuh gemetar mendekat kembali ke arah Iselda.

Iselda seperti merasa usapan lembut di pucuk kepalanya, saat itu juga keadaan menjadi gelap total.

Flashback off.

Sampai sekarang, Iselda ingin mengetahui apa yang sudah terjadi setahun lalu saat ia berada di gudang gelap bekas pabrik kapas tersebut. Tapi ia tidak menemui titik terang nya sama sekali.

"Sarez, gue butuh penjelasan lo ..."

**

Sangat malas, itulah yang Iselda rasakan. Jika bukan karena janji akan pergi ke kafe bersama Tiesa, ia pasti sudah berbaring di kasur kamar nya, menarik selimut, dan mendengar musik.

Dan di sinilah, ke dua gadis dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. Kafe dengan desain antik, karena terlihat beberapa pajangan sepeda ontel berwarna coklat di tiap sudut kafe itu, figura dengan foto tercetak yang menggambarkan kisah penjajahan masa lampau yang terselip keterangan di bawah nya, juga meja kursi yang memang sengaja di buat dari kayu jati. Tapi kesan modern sangat mencolok karena terdapat pengisi musik dari band  menu makanan yang mengikuti zaman.

CRACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang