1 - Bukan Cinta Pertama

201K 16.5K 1.1K
                                    


Seorang gadis berjalan menyusuri lorong sekolah. Celana training terlihat di balik rok abu-abu, karena dia berangkat menggunakan motor. Celana training memudahkannya bergerak luas dan terhindar dari hal-hal tak diinginkannya.

SMA Nusa Cendekia masih sepi. Dia memang selalu berangkat pagi karena sudah kebiasaan. Jangan pikir Raya—gadis berambut panjang—salah satu siswi teladan. Bukan. Dia sudah kebiasaan karena dulu pernah suka sama Melki. Cowok pintar yang sering berangkat pagi untuk tidur di kelas, kadang juga baca buku. Dan Raya Kinanthi selalu ngintip dari luar tanpa ada yang tahu.

Itu dulu. Sekarang, dia sudah melupakan Melki. Meski kebiasaan berangkat pagi masih menempel di dirinya.

Sampai di kelas, Raya segera membuka laptop. Tujuannya cuma satu. Blog SMA-nya. Besok ada acara sekolah, acara Agustusan. Dia yang jadi tukang upload di blog tentang sekolahnya.

SMA Nusa Cendekia’s Blog

16 Agustus 2017

Ditulis oleh Raya Kinanthi

Siapkan diri kalian! H-1 lomba Agustusan.

Tentu sudah ada persiapan dari kalian untuk memenangkan lomba. Salah satunya latihan untuk lomba matematika. Semangat! Berikut foto-foto dari lensa ekskul fotografi yang menampilkan wajah ‘greget’ latihan dari murid SMA Nusa Cendekia.
Good luck!

Published.

“Huaaah!” Raya meregangkan ototnya.

“Ngapa lo Ray?” Suara lembut milik seseorang mengalun di telinga Raya.

Raya segera menutup laptop dan memasukkannya di laci. Dia tersenyum pada temannya. Lisa. “Oh ... nggak apa-apa sih, Lis.”

Okey.” Lisa tak menjawab panjang. Gadis manis berdarah Sunda itu langsung duduk di kursinya, membuka buku-buku.

Seolah harinya memang dipenuhi buku-buku. Ah, ya, Raya lupa. Besok Lisa harus lomba mengalahkan Angkasa. Lomba Matematika.

“Lis,” panggil Raya pelan, “kamu lomba ngelawan Angkasa, ya, besok?”

Lisa segera menoleh ke belakang dan tersenyum kecil. “Iya. Makanya gue belajar nih. Biarpun lomba gitu aja, kelas kita menang adalah suatu kebanggaan.”

Dia adalah murid di kelas 12 IPS 5 yang pintar. Meski dari segi manapun, kelasnya merupakan kelas akhir. Istilahnya sih, paling bontot. Tapi guru matematikanya memercayakan Lisa karena cewek itu adalah siswi yang ambisius.

Sedangkan Raya ... ia hanya bisa menghela napas.

“Pasti lawan terberat kamu Angkasa, ya?”

Lisa mengangguk cepat. “Ya iyalah, Ray! Lo nggak tau aja betapa hebatnya dia di matematika. Walau songong, tapi gue suka sih hehe.”

Raya meringis berpikir soal fakta Lisa yang suka Angkasa, lalu tersenyum kecut. “Ya udah deh, semangat ya!”

“Yap!”

Raya tak peduli lagi soal Lisa. Ia mengambil buku bersampul hitamnya dari tas. Buku tempatnya menuangkan pikiran.

0101 #Rindu

Pada setiap titik keresahan, hanya ada satu yang terlihat : rindu. Tak tahu untuk siapa, tak bertujuan, dan tak terbalas karena ia memilih bisu. Bibirnya diam dan kelu, menanti sebuah balasan rindu. —Raya

“Wayolooo! Nulis apa lo?”

Raya langsung cepat-cepat menutup bukunya, terkejut. Sasa, teman sebangkunya, tiba-tiba saja sudah duduk dan suaranya ... sangat nyaring. Telinga Raya sampai berdengung beberapa detik.

Raya [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang