"La! La!"
Jeritan anak kecil membuat gadis yang sedang jongkok di rumput hijau jadi mendongak. Bocah lelaki yang seusia dengannya itu lari ke arahnya sambil membawa mainan pesawat warna merah.
Raya, gadis kecil itu, cemberut. "Iya, I?" panggilnya sambil tersenyum lebar.
"Kemalin yang ganggu kamu udah pergi kan, La?"
Cadel membuat cowok itu jadi memanggil nama Raya asal-asalan. Lala. Bukan Laya. Karena mau dipanggil apapun, gadis berusia empat tahun itu tak peduli sama sekali.
"Udah, kok."
Raya mengangguk-angguk. Tangannya mengorek-orek rumput dan dia letakkan di wajan plastik yang ibunya belikan kemarin sore. Karena ia menangis gara-gara tak mendapatkan pesawat replika biru dari entah siapa itu, dan berakhir nangis berjamaah yang berujung Raya dimarahi juga sama mamanya. Bocah itu memang nakal, pikir Raya yang tak tahu apa-apa.
"Syukullah... Aki jadi lega. Soalnya Aki takut Lala nangis lagi."
"Heum..." gumam Raya tak peduli. Tangannya kembali menata semua perlengakapan mainan tiruan dari plastik, mulai piring, wajan, kompor, serta gelas. "Eki, mamam dong!"
"Iyuuuh, apa itu La?"
Raya mengernyit tak suka. "Ini hambarger," jawabnya susah payah mengingat nama suatu makanan di kartun yang ia tonton.
"Hambulgel? Klebipeti?" Bocah lelaki itu menatap takut-takut tumpukan tanah dan dedaunan di piring plastik.
"Iyah! Itu!"
"Coba kamu pintelan dikit makannya. Pasti enak."
"Iya," Raya mengangguk, "makanya, dimakan dong!"
"Tapi La, sampai besok Lala masih masakin Aki kan?"
"Siap, Pilot!" Gigi Raya yang ompong baru tadi pagi, menyengir lebar.
Sambil pura-pura makan apa yang disediakan Raya, ia menghamburkan pesawatnya sambil tertawa bersama di depan rumah Raya. Sampai pekikan itu membuat Raya berdiri, diikuti beberapa orang dewasa yang diyakini Raya adalah orang tua Eki.
"Astaghfirullah Melki! Kamu ngapain ndlusup di situ?!"
Namun begitu, Raya dan bocah yang sama-sama ompongnya itu tertawa terbahak-bahak. Mengabaikan orang tuanya yang marah karena tak hati-hati. Yang jelas, Raya menertawakan wajah kotor cowok itu, sedangkan bocah yang habis saja jatuh menertawakan wajah aneh temannya yang sudah ompong. Padahal mereka sama-sama ompong.
Dan di lain sisi, anak lelaki yang masih membawa pesawat biru, murung di mobil. Ia tak bisa lagi main dengan teman barunya. Ayahnya lagi-lagi jahat meski sudah memberinya pesawat.
*
Wayolo*-*
Sampai jumpa! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Fiksi RemajaYang Raya tahu, Angkasa playboy. Tapi seharusnya, ia juga tidak memulai sebuah bencana baru di masa SMA-nya yang selalu tentram-hanya berkubang dengan kata-kata karena dia anak jurnalistik di ekskul sekolah. Ya, seharusnya Raya tidak membuat masalah...