Austin dan Sophia duduk berhadapan di meja paling pojok di kantin kampus. Dengan dua jus mangga dan juga dua porsi nasi goreng gila di meja mereka.
"Gue mau bahas soal yang semalem." Ucap Sophia membuka percakapan.
"Lo serius soal tampil di gedung teater?"
Sophia mengangguk mantap. "Gue mau tunjukin kalo anak-anak dance itu ga negative, tapi mereka juga bisa menghasilkan suatu karya."
"Okey. Gue dukung kalo gitu."
"Gue mau minta bantuan sih, tapi sebelumnya, lo ga ada kelas?"
Austin menggeleng pelan sambil tersenyum. "ga sih, cuma ada UKM doang, tapi soal itu bisa izin, buat lo."
Senyuman lebar terukir di wajah manis Sophia. "thanks."
"tapi sebelumnya, lo telfon Pak Usman, suruh pulang ke rumah, biar lo pulang sama gue. Ga enak bikin Pak Usman nunggu, apalagi punya kebiasaan kalo di jemput Pak Usman pulang sekolah, lo nya ga ada, kabur ga tau kemana."
"he-he, iya ini gue telfon dulu." Sophia mengeluarkan posel nya lalu mencari kontak Pak Usman dan menelfon nomor itu.
"Hallo Pak."
"Pak Usman pulang aja, ini masih lama kayaknya, nanti Sophia pulang bareng Austin."
"iya Pak, bilang sama Ibu juga, Hati-hati Pak."
"Maaf ya Pak." Ucap Sophia mengakhiri panggilan telfon.
"jadi, lo butuh gue buat?"
"komposer."
"eh?"
"itu bidang lo, lo kuliah musik. Dan sekarang gue butuh lo sebagai komposer. Dan juga mungkin sutradara."
"Sophia, tadi malem lo bilang nya semua lo yang urus. Kok jadi gue?"
"please Austin. Lagian Ibu sama Ayah ga akan tau kalo lo ga bilang."
"Sophia..."
"Gue mohon."
"hmm, iya deh."
Sophia memekin girang dan kemudian memeluk Austin saat itu juga. Ia tidak peduli meski keduanya kini tengah menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di kantin. Sophia sangat senang, satu langkah kecil untuk pentas telah terlewati.
***
"kemarin Gue udah berhasil minta Austin buat jadi sutradara sekaligus sama komposernya."
Sophia dan Caroline mengaduk bakso yang mereka pesan di kantin.
Caroline menumpahkan lima sendok sambal ke dalam mangkuk nya lalu bertanya. "terus bakal nampilin apa?"
"hip-hop." Jawab Sophia enteng sembari menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.
"maksud Gue tema nya. Lo beneran bakalan tampil di gedung teater gede ga sih?"
"Caro..."
"hmmm."
"Gue ga tau."
Caroline memutar bola matanya sambil tetap menikmati bakso di hadapannya. Melihat respon sahabatnya seperti itu, Sophia pun memutuskan untuk melanjutkan makannya sambil melupakan persoalan penampilan di gedung teater itu.
Keduanya melahap baksonya masing-masing tanpa si selangi pembicaraan apapun sampai bakso keduanya benar-benar habis.
Caroline menyeruput jus jeruk miliknya, dan Sophia menyeruput jus mangga.