Keseluruhan anggota fire spirit sedang berada di sebuah jalan sempit dan tengah asik menyemprotkan pilox pada dinding-dinding bangunan di jalanan itu. Bahkan Daniel yang tadi ogah setengah mati untuk ikut malah jadi orang yang paling bersemangat membuat mural.
Jam sudah menunjukan pukul 01:19 dini hari.
Tetapi mereka berdelapan malah semakin asik membuat mural yang semakin terlihat jelas. Indah dan bernilai seni tinggi.
"eh buset! Udah jam segini." Ucap Reece yang pertamakali melihat jam. Ketujuh sahabatnya langsung serempak melihat jam pada ponselnya masing-masing.
Sophia yang baru saja menyadari dirinya sudah bersenang-senang hingga selarut ini langsung menepuk dahinya keras-keras. "eh gila ya Gue belom ngerjain PR matematika masa."
Caroline menyengir dan langsung merangkul Marsha. "Gue juga. Nanti Kita nyontek ke Corbyn aja. Dia kan bae anaknya."
"duh anak sekolah, masih mikirin PR." Jonah geleng-geleng kepala dan langsung mendapat semprotan dari Ian. "yeeee, anak kuliahan tugas nya lebih banyak bego!"
"oh iya ya." Jonah menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal dan memasang wajah innocent yang mengundang gelak tawa dari para sahabatnya.
"hey kalian ngapain?!!!"
Mereka berdelapan serempak menoleh ke arah yang sama dan menemukan tiga orang polisi yang kira-kira berada sepuluh meter dari mereka. Sontak mereka langsung saling menatap dengan mata bulat.
"oke, hitungan ke tiga, langsung lari." Ucap Ian dengan pelan.
"satu.... Dua.... Tiga...!"
Dan mereka semua berlarian ke arah berlawanan dengan posisi ketiga polisi itu. Dan polisi-polisi itu langsung mengejar mereka.
Mereka terus berlarian ke satu arah yang sama sampai Blake berkata. "woy pecah arah larinya. Kecoh polisinya."
Dan akhirnya mereka lari berdua-berdua ke arah yang berbeda. Memasuki gang-gang sempit. Izzy lari bersama Caroline, Ian dengan Reece, Blake dengan Jonah, dan Sophia dengan Daniel.
Sophia mengekor Daniel yang berlari semakin dalam ke arah gang pemukiman. Setelah berlari cukup jauh dan tidak lagi mendengar suara orang mengejar mereka, mereka berhenti dengan nafas pendek-pendek dan keringat yang mengucur dari dahi mereka.
Sophia dan Daniel terduduk lemas sambil meluruskan kaki mereka di jalan.
"gila cape banget. Ini nih yang Gue ga mau." Keluh Daniel.
Sophia menyeringai sambil mengatur nafasnya. "seru kali."
"seru dari mananya? Pada gila ya kalian semua."
"ha-ha."
"duh cape Gue."
"iya tau. Gue juga cape Daniel."
"terus habis ini gimana? Balik?"
Sophia terdiam sesaat, berfikir. "hmmm, iya balik aja."
Tiba-tiba ponsel Sophia bergetar. Ada panggilan masuk dari Austin. Bukannya menjawab panggilan itu, Sophia malah menolak panggilan dari Austin. Dan sebuah pesan langsung masuk ke dalam ponselnya.