Chapter 8 // He's Jealous?

343 40 5
                                    

Kulihat ponselku ternyata nomor Harry menelfonku aku tak mengangkatnya karna saat ini perasaanku dibuat bingung karnanya.

Aku hendak mengambil segelas minuman dikulkas. Kuambil sekotak susu coklat kesukaanku. Ku tuangkan kedalam gelas putih berkaca, saat aku hendak meneguknya tak sengaja gelas itu terjatuh dan pecahan beling pun mulai berantakan dimana-mana. Entah kenapa fikiranku kini terfokus kepada Harry. Kuraih ponselku yang berada dikamar. Terpampang jelas beberapa panggilan tak terjawab dari nomer Harry. Ya itu memang salahku tadi aku tak mengangkatnya dan kini aku sangat khawatir.

"Ah..sial mengapa aku tak bisa menghubunginya!" Ucapku yang terus menelfon Harry tapi tak kunjung ada jawaban.

Saat aku mencoba terus menghubungi nomer Harry, Seseorang menelfonku dengan nomor yang tak kukenal aku pun mencoba mengangkatnya.

"Hallo, apa kau yang bernama Kim?" Ucap laki-laki dengan suara beratnya itu.

"Ya aku Kim ada apa ya dan siapa kau?" Tanyaku tergesa-gesa.

"Aku Liam temannya Harry. Harry sesang sakit. Kau harus kesini nanti temanku akan menjemputmu." Ucap laki-laki itu mengakhiri pembicaraannya.

Aku mencoba untuk tenang, saat mendengar bahwa Harry sakit. Teman macam apa aku ini? sampai-sampai tak tau jika Harry sedang sakit?

Tak kusangka teman Harry dengan cepat sudah berada didepan rumahku. Aku berlari keluar hanya dengan piyama tidurku dengan tambahan cardingan karna udara malam ini sangat dingin. Aku tak peduli dengan tampilanku, kini aku hanya ingin menemui Harry. Sebelum aku keluar rumah tak lupa aku tempelkan surat untuk Steven yang berisikan bahwa aku akan menjenguk Harry.

Aku langsung masuk kedalam mobil temannya Liam, yang ia maksud. Laki-laki itu pun langsung melajukan mobilnya dengan cepat. Aku tak tau namanya yang kulihat dia berambut hitam berjambul. Aku tak berkata sepatahpun hingga akhirnya kami sampai dirumah yang sangatlah besar.

"Ikuti aku." Ucap laki-laki itu dengan mempercepat langkahnya. Aku pun harus menyamai langkahnya yang semakin cepat.

Kami pun sampai di sebuah kamar yang cukup besar. Ya kamar Harry terletak dilantai 2. Kulihat disana sudah terdapat 4 laki-laki termasuk laki-laki yang barusaja mengantarku kekamar ini.

"Aku Liam yang tadi menelfonmu." Ucapnya dengan mengulurkan tangan kearahku.

"Oh..ya dimana Harry?" Tanyaku dengan nada khawatir. Dan menyalami tangannya.

"Itu dia, sejak tadi pagi dia belum sadar dan terus meneriaki namamu, makanya aku menghubungimu." Ucap Liam, aku tak menjawabnya dan langsung berlari kearah Harry.

Mereka meninggalkan kamar ini sehingga yang tersisa hanyalah aku dan Harry, sementara Harry belum sadarkan diri. Aku memandangi tubuh Harry yang terbaring lemah. Aku menggenggam tangannya yang dingin. Kuambil selimut tebal untuk menutup badannya yang kurasa kini mulai dingin. Kutatap wajahnya yang begitu damai saat tertidur. Ku rapikan rambutnya yang ikal dengan jemariku. Tak kusangka air mataku jatuh dipelupuk mataku, kini aku tak bisa menahannya lagi. Air mataku terus berjatuhan bagaikan air hujan yang turun dengan derasnya. Hingga membasahi pipiku dan jatuh dipergelangan tangan Harry.

"Kim.. apa kau disini." Ucap Harry dengan lemas. Matanya pun masih tertutup.

"Yeah Harry aku disini." Ucapku dengan menggengam tangannya lembut dan menghapus sisa air mataku yang masih membasahi pipiku.

Sebenarnya aku masih ingin menangis karna melihat Harry yang seperti ini, lihat saja kedua tangan terbalut dengan perban, aku tau bahwa itu sangatlah sakit.

Perlahan Harry membuka matanya dan langsung menampakkan senyum khasnya setelah melihatku.

"Harry kau sudah sadar?" Ucapku dengan senang.

Loved You First (Harry Styles L.S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang