⌕ chapter 11: manisnya hubungan

1.1K 102 11
                                    

Bukan hanya Hani yang menyukai kakak kelas Osis.

Taeri, Ara, dan Ama juga punya kisahnya sendiri. Entah mengapa mereka juga sama-sama terjebak dalam kisah asmara di kepengurusan Osis.

Dari mulai Taeri yang menyukai Jeno, salah satu lelaki pecandu game yang memiliki mulut manis. Selalu berkata hal yang dapat membuat Taeri mabuk kepayang.

Keduanya dekat karena berada dalam seksi bidang yang sama.

Sering kali terlihat sering mengobrol bersama bahkan memisahkan diri dari kelompok.

Tapi hanya berakhir dengan hubungan tanpa kepastian. Jeno sering kali mangkir setiap ditanya mengenai hubungannya dengan Taeri.

Melihat hal itu tentu saja membuat Taeri sakit hati meski tak ia ungkapkan secara langsung, ia hanya memendamnya.

“Ri, jangan sedih..” Ara sudah menghampiri sahabatnya itu, tahu bahwa Taeri tengah dalam hati yang tak baik. Semua orang dipengurusan tahu tentang Jeno yang akan menyatakan perasaan pada Taeri di pentas seni tapi nyatanya tidak sama sekali.

Memberikan harapan palsu pada Taeri yang sudah baper lebih dulu.

“Gue gak sedih kok, Ra. Lagian gue juga tahu prioritas kak Jeno itu bukan gue, tapi game nya. Apalagi dia mau ikut kompetisi game.” balas Taeri sambil menunduk sedih.

Hani tak bisa berkomentar lebih begitupun Ama hanya bisa mengelus bahu Taeri memberikan sedikit kekuatan.

Lain hal nya dengan Taeri, lain hal juga dengan Ara.

Ara itu menyukai Renjun. Meski Renjun tak memiliki karakter yang kuat di kepengurusan tapi dia adalah orang yang ulet, itulah yang disukai Ara.

Dalam beberapa waktu sering pulang bersama, dengan Hani juga.

Pada hari terakhir pertandingan olahraga, pulangnya Ara, Renjun dan juga Hani pulang bersama menggunakan bus. Tetapi karena rumah Ara agak dekat sehingga ia sudah turun di pemberhentian pertama.

Sering kali begitu. Tak ada banyak waktu untuk berduaan dengan Renjun.

Tapi meski begitu Hani juga sering berusaha menolak ketika mereka mengajaknya pulang bersama tetapi selalu saja gagal. Renjun selalu tahu jika Hani berbohong, katanya, “Ekspresi lo tuh mudah banget di tebak.”

Ketika Ara sudah turun. Hani kerap kali sesekali melirik Renjun, ia selalu ingin bertanya. “Kak Renjun, punya oramg yang disuka?”

“Punya. Banyak malah.”

“Yaampun ampe banyak banget, apa jangan-jangan kak Renjun udah kayak kak Jaemin aja?”

“Ya gak lah. Orang yang gue suka itu memang banyak, diantaranya nyokap gue, nenek gue, bokap gue, adek gue juga.”

Seketika saja Hani tertawa malu pada dirinya sendiri, “Kalo selain keluarga?”

“Lo nanya gini buat mancing gue kan? Gue tahu kok Ara suka gue.”

Hani terdiam, ia tak tahu harus berkata apa tapi tiba-tiba Renjun berujar pelan, “Gue cuma nganggep dia temen doang. Tapi gue gak enak kalau ampe dia baper sama gue.”

Setelahnya bus pun berhenti di pemberhentian Hani dan juga Renjun yang memang searah jalan pulang. Mereka turun dari bus, tapi harus berjalan agak jauh dan disaat itu pula kaki Hani terasa kram tapi ia mencoba untuk memaksakan diri.

“Kaki lo sakit?”

“Gak kok kak.”

Renjun seketika langsung berjongkok, “Naik ke punggung gue, gue gendong ampe depan rumah lo.”

“Gak usah kok kak, lagian badan gue berat kak.”

“Berat dimana nya, lo cungkring gitu!”

“Ngaca dong kak, kak Renjun juga cungkring.”

“Ya setidaknya gue tinggi.”

Jika membahas soal tinggi badan, Hani sering kali langsung marah setelehanya. Dai hanya gadis dengan tinggi badan yang pas-pasan. Bahkan dalam satu angkatan di sekolah ia adalah yang paling pendek.

“Cepet gue gendong, kaki lo sakit kan.”

“Gak usah kak, gue masih kuat kok.”

“Jangan bohong, cepet naik! Atau gue paksa! Mau?”

Karena itu Hani pun perlahan naik ke punggung Renjun, sebetulnya ia merasa tak enak apalagi ketika mengingat bahwa Renjun adalah orang yang disuka Ara.

Saat berada di gendongan Renjun, Hani hanya diam tanpa berbicara apapun.

Renjun tiba-tiba berujar, “Han, gue juga suka lo. Gue sayang lo..” seketika saja Hani terkejut bahkan tubuhnya sudah menegang, “.. lo udah gue anggap kayak adek gue sendiri.” dan setelahnya Hani merasa tenang.

“Beneran kak?”

“Iya, dari awal gue kenal lo. Gue ngerasa lo kayak adek gue.”

Kejadian pulang sekolah hari itu tak pernah Hani ceritakan pada siapapun, bahkan pada Ara. Ia takut gadis itu patah hati setelah mendengar perkataan Renjun saat di bus.

Jadi Hani hanya membiarkan Ara tetap menyukai dalam diam seperti prinsipnya, karena Ara sendiri yang menginginkan hal itu.

Sementara Ama sendiri orang yang sangat cuek terhadap lelaki, tapi meski begitu ia juga suka pada salah satu kakak kelas Osis yaitu Shotaro. Lelaki yang aktif dan sangat berbakat.

Tapi karena sikap Ama yang cuek, tak pernah satu orang pun yang tahu dengan perasaannya sekalipun oleh ketiga sahabatnya.

Di jam istirahat, Shotaro menghampiri Ama yang sedang duduk sendirian di kantin, “Tumben sendirian, biasanya sama Taeri, Hani, Ara. Mereka kemana?”

“Mereka lagi sibuk sama prokernya masing-masing ampe lupa sama tugas pada belum di kerjain.”

“Terus tugas kamu udah selesai?”

Seketika Ama langsung memandang Shotaro bingung mendengar Shotaro berkata 'kamu' padanya.

“Kenapa?” tanya Shotaro.

“Enggak. Gak papa kok kak.”

“Oh ya, pertanyaan gue waktu itu belum dijawab.”

“Pertanyaan yang mana ya kak?”

“Kayaknya kamu udah lupa ya? Hmm.. Salah aku juga sih nembak kamu di waktu yang gak tepat, padahal kamu lagi sibuk sama urusan di pertandingan olahraga tapi aku malah langsung nembak kamu gitu aja.”

Kedua mata Ama tak bisa diam, ia mengingat kapan lelaki di depannya ini menyatakan perasaannya, “Maksud kak Shotaro yang minggu lalu itu.. Kak Shotaro nembak aku?”

Shotaro mengangguk cepat, “Iya. Aku udah bilang, aku suka kamu.”

Ama langsung menunduk malu, kedua pipinya saat ini sudah bersemu merah. Bahkan melihat wajah Shotaro saja membuat wajahnya langsung panas seketika saking malunya, Ama tak pernah menyangka hal ini akan terjadi.

“Gimana? Aku gak akan maksa kamu kok kalau kamu gak suka aku. Jujur aja gak papa. Aku bakal terima keputusan kamu.”

“Aku juga suka kak.” balas Ama yang langsung menyembunyikan wajahnya pada meja, ia terlalu malu untuk menunjukkan wajahnya saat ini. Melihat tingkah Ama saat ini, Shotaro langsung mengelus surai Ama dengan gemas.

Seorang Ama yang selalu tegas dan cuek kini seperti anak kucing yang pemalu ketika berada dihadapan Shotaro.

Rasanya Shotaro sangat spesial karena mengetahui sifat tersembunyi dari seorang Ji Ama.

“Jangan malu, itu makanan kamu udah ada yang nganter. Cepet makan, makan yang banyak ya.”

.....

BERSAMBUNG

OSIS | Park Jisung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang