Bagian Dua

3.1K 191 1
                                    

Aku tiba disebuah rumah berlantai dua. Rumah mewah dan elite untuk kalangan orang kaya. Aku masuk kedalam tanpa menekal tombol bel dipintu gerbang. Karna satpam dirumah nya Ara tahu lewat layar monitor yang terpasang dipos satpam. Rumah ini terpasang cctv disudut bagian rumah.

Ara terlahir dari keluarga Kaya raya. Papa nya mempunyai perusahaan yang bergerak dalam bidang properti. Sedangkan Mama nya sebagai Dokter kandungan disebuah rumah sakit milik nya sendiri. Meski terlahir sebagai orang kaya. Ara tidak sombong dalam berteman. Bahkan Ara mudah bergaul dengan siapapun tanpa memandang derajat seseorang. Selama berteman dengan nya, Ara selalu membantuku saat Aku kesusahan masalah biaya kuliah.

Aku masuk kerumah nya. Disana ada pembantu yang menyuruh ku keatas menemui Ara dikamar nya. Aku naik keatas menemui Ara dikamar nya. Tiba dikamar nya. Aku melihat Ara berdiri didekat jendela menghadap luar. Matanya menatap kosong. Wajah nya sedih dan matanya sembab. Mungkin kah Ara menangis semaleman. Ada rasa menyesal ketika aku tidak membalas pesan Ara semaleman.

" Ra.. kamu kenapa ?" Aku berdiri disamping nya. Menatap wajah nya yang sedih. Ara masih diam tidak mau bicara. Entah apa yang terjadi sama Dia hingga membuat nya sedih seperti ini. Aku tidak pernah melihat Ara rapuh dan sedih seperti ini sebelum nya. Ara yang aku kenal selalu ceria dan bahagia. Dia tidak pernah menanmpilkan kesedihan nya didepan orang. Bahkan didepan Aku sahabat nya sendiri.

" Arya mutusin Aku." Ucap Ara dengan pelan.

Aku peluk tubuh Ara yang rapuh. Aku bisa merasakan kesedihan yang Dia rasain saat ini. Bagaimana mungkin Arya secepat itu mutusin Ara tanpa memberitahuku terlebih dulu.

" Aku tidak mau berpisah dengan nya Syif.. lebih baik Aku mati daripada hidup tanpa Dia. Aku sayang sama Dia. Melebihi apapun. Tapi kenapa tanpa Alasan yang jelas Arya mutusin Aku begitu saja." Ara masih terisak dipelukan ku. Sungguh aku tidak tahu harus berbuat apa. Ya tuhan... kenapa semua semakin menjadi rumit.

" Ya udah sekarang kamu tenangin dulu ya pikiran kamu. Aku akan coba berbicara sama Arya." Ucap ku. Berusaha menenangkan Dia.

Ara melepaskan pelukan nya. Lalu kuhapus sisa air matanya yang memabasahi pipinya. " Arya sayang sama kamu Ra. Dia tidak mungkin mutusin kamu begitu saja. Percaya sama Aku. Kalian tidak akan pernah terpisah kan."

Ara mengangguk lalu Dia kembali memeluk ku. " Arya.. Apa Aku harus ngerelain kamu dengan Ara. Yang begitu tulus mencintaimu.. Aku tidak mau melihat Ara rapuh seperti ini. Aku sayang sama Ara. Aku tidak ingin kehilangan ara sebagai sahabat." Ucap ku dalam hati. Mungkin ini jalan dari tuhan jika Aku tidak akan bisa memilikinya.

****

Setelah pulang dari rumah Ara. Aku langsung menghubungi Arya. Untuk bertemu dengan nya. Disini aku sedang menunggu Arya disebuah cafe. Segelas orange jus menemani ku. Setu jam berlalu Arya belum juga tiba dicafe. Dengan perasaan gelisah aku menunggu nya. Berharap Dia datang dan menemui ku sebelum semua nya terlambat.

Arya datang lalu mengambil duduk didepan ku. Wajah nya seperti orang sedang bingung. " Arya..."

" Aku tahu kamu mau ngomong apa.? Kamu mau nyuruh Aku buat balikan sama Ara. Iya kan.."

" Tapi Ara rapuh saat ini. Kamu harus tahu itu."

Kulihat Arya sedang emosi saat ini.dari nada bicara nya terlihat jelas jika Dia tidak ingin berada diposisi seperti ini. Terjerat dalam sebuah cinta segitiga yang semakin rumit.

"Terus gimana dengan hubungan kita sayang ? Apa kamu mau kita terus-terusan sembunyi dari Dia. Apa kamu tidak ingin memiliki Aku seutuh nya?"

" Mungkin kita tidak berjodoh. Mungkin juga Aku ditakdirkan hanya untuk mencintai tanpa bisa miliki kamu seutuh nya. Jika merelakan mu bisa membuat Ara bahagia, Aku rela melakukan nya."

Stupid LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang