PART 13

98 4 0
                                    

Fani mendorong kursi roda Bima menuju taman rumah sakit.

"Bim, boleh gue tanya?"

"Tanya aja!"

"Emmm, bentar. Kita duduk di sana dulu." Fani menunjuk sebuah kursi kosong.

"Ok, sekarang mau tanya apa?"

"Apa pertanyaan lo yang waktu itu masih berlaku?" tanya Fani ragu.

"Yang mana?"

"Yang waktu lo ngajak gue jalan jalan malem?"

"Pertanyaan yang mana?" goda Bima.

"Ihhh, Bima gak peka!!"

"Iya deh, iya! Yang waktu gue tanya. Apa lo mau jadi pacar gue?"

"Iya gue mau!" Bima melongo mendengar jawaban tak terduga Fani. Sedang kan Fani nyengir nyengir gak jelas, kayak orang gila di pinggir jalan.

"Bim, kok melongo?" Fani melambaikan tangannya di depan wajah Bima.

"Eh, i-iya. Itu serius Fan?"

"Iya Bima sayang." Fani mencubit pipi Bima gemas. Bima memegangi pipinya yang baru saja di cubit Fani masih dengan ekspresi tak percaya.

"Fan?"

"Iya?"

"Gue bahagia, sumpah! Gue bahagia bangettt!!" Bima langsung memeluk Fani.

"You are my sweetheart!" ucap Fani semangat.

***

Tok tok tok

"Iya, masuk!"

"Fan, ada Kevin di luar!" kemudia  pintu tertutup kembali.

"Aku keluar dulu!" minta Fani pada Bima.

"Di sini saja!"

"Tapi—"

"Gak apa apa!" potong Bima cepat. Fani lalu berjalan keluar dari ruangan lalu kembali beesama Kevin di belakangnya.

Setelah mempersilahkan Kevin duduk di sofa dan Fani kembali duduk di samping Bima, mereka berbincang bincang saling menanyakan kabar. Sedangkan Bima hanya menjadi pendengar.

"Fan, gue lupa! Tadi catetan yang dititipin Fio ke elo masih ketinggalan di mobil. Lo ambil sendiri ya! Kaki gue habis keseleo kemaren pas latihan."

"Eh, ok! Tapi lo—"

"Gak apa apa Fan," setelah mendengar ucapan Bima, Fani lalu keluar menuju parkiran.

***

Fani kembali membawa setumpuk buku, yang kesulitan untuk di bawanya.

Ia melihat pintu kamar inap Bima sedikit terbuka, samar samar dia mendengar percakapan antara Bima dan Kevin.

"Lo harus bisa bertahan sampai satu bulan..!!"

"Oke, tapi lo juga gak boleh main curang dengan ngasih tau dia!"

"Itu, gampang yang terpenting elo gak boleh—"

Dertt dertt dertt

Ponsel Fani bergetar di saku celananya, ia lalu meletakkan buku buku itu di kursi tunggu kemudian mengangkat telpon tanpa memperdulikan  lagi percakapan  Bima dan Kevin.

***

Fani keluar dari ruang inap Bima, menyisakan Kevin dan Bima. Kini mereka saling bertatapan.

BIMA [Completed] (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang