[Twelve.]

538 92 15
                                    

"Setelah ini, rencananya kau ingin melanjutkan studimu kemana?"

Ia tampak berfikir, "Hmm,"

"Tentu saja ke perguruan tinggi!"

Ugh, kamu pun hanya memberi tatapan datar kepadanya.

"Hahaha.. okay, okay. Hmm.. mungkin universitas yang memiliki jurusan yang aku minati."

"Jurusan yang kau minati... seperti?" Tanyamu ragu.

"Yah, sesuatu yang berbau teater dan broadcasting sepertinya menyenangkan."

Tepat seperti dugaanmu.

Ya, kamu memang sudah pernah menduga ini sebelumnya. Mengingat ia menyukai hal-hal seperti menari dan sebagainya. Ditambah lagi, semasa kecil ia seringkali mengikuti teater.

Sebenarnya, kamu cukup ragu untuk menanyakan hal ini kepadanya. Mengapa kamu ragu? Karena kamu terlalu takut.

"Hey, bagaimana denganmu?" Ucapnya membuyarkan lamunan singkatmu.

"Hmm.. mungkin aku akan mencoba untuk masuk jurusan kedokteran?"

Mendengar pernyataanmu, ia sedikit terkejut. Namun, selanjutnya ia pun tersenyum.

"Kedokteran?"

Kamu mengangguk.

"Karena.. sejak kecil, aku sangat ingin menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, menolong kehidupan orang banyak lebih tepatnya."

"Bagus, aku bangga padamu," ucapnya sembari mengacak rambutmu pelan. Jangan lupa dengan senyum menyejukkannya.

"Jihoon,"

"Hmm?"

Okay, sepertinya memang harus dikatakan.

"Berarti.. apakah artinya nanti kita akan berada di universitas yang berbeda?"

"Sepertinya.. begitu."

Kemudian hening menyelimuti kalian berdua. Kalian sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jihoon,"
"(y/n),"

"Kau duluan." Ucap kalian bersamaan lagi.

Ia pun menggeleng pelan, "tidak, ladies first."

Kamu menghembuskan nafas pelan.

"Sebenarnya.. ini adalah hal yang aku takutkan. Kita tidak bersama lagi. Mungkin karena aku terbiasa sejak kecil selalu denganmu, berada di sekolah yang sama denganmu, sekelas denganmu, melakukan segala hal denganmu. Sampai aku baru tersadar, jika saat ini kita sudah tumbuh dewasa. Kita sudah harus memiliki pilihan kita masing-masing," kamu menahan rasa sesak di dalam dadamu.

"Aku rasa.. aku seperti tidak-- belum bisa membayangkan bagaimana kedepannya."

Kemudian ia merangkulmu dan membawamu dalam pelukannya.

"Apa yang kau ucapkan itu adalah bagian dari egoku."

"Setelah kau mengatakan bahwa kau takut, aku merasa senang. Bahkan sangat senang." Ucapnya sambil terkekeh.

Kamu pun melepaskan pelukannya dan memukul lengannya tanpa henti, "Bodoh! Bodoh! Park Jihoon Bodoh!" Tanpa sadar, air mata yang sudah kamu tahan sedaritadi telah berjatuhan.

"Hehehe.. yayayaa!" Ia tertawa lalu memegang tanganmu guna menghentikan aksi brutalmu.

Kemudian ia menatapmu, "aku senang karena kita memiliki ketakutan yang sama," ia menyeka airmatamu dengan ibu jarinya.

"Apa yang kau takutkan adalah suatu hal yang juga aku takutkan selama ini."

•••

a/n
Finally, aku kembali up cerita inii. Hope you enjoy it guys:))

Masih adakah yang menunggu cerita ini? Wkwk

Maafkan daku yang ngga up cerita ini kurang lebih 2 minggu lamanyaa:" jinjja, jeongmal, real, heol, wanjeon mianhaeyo yoreobun T-T

Singkat cerita, selama 2 minggu kemarin aku lagi ada ujian. So, i'm really sorry for that:(

Entre nós [Park Jihoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang