"Peribahasa ya?"
"Ya seperti itulah."
Jihoon bergerak untuk membuka bukunya lalu tampak berfikir.
"Bagaimana jika kita mulai dari peribahasa yang mudah terlebih dahulu?" Kamu pun memecah keheningan.
"Tidak masalah, yang seperti apa?"
"Seperti, Ada gula ada semut?"
"Terlalu biasa."
"Air susu dibalas air tuba."
"Itu sudah biasa."
"Bagai pungguk merindukan bulan."
"Sangat biasa."
"Tak ada gading yang tak retak."
"Terlalu biasa dan sangat mudah."
"Lalu, mau mu yang seperti apa? Tadi kau bilang, kita coba yang mudah dulu saja tidak masalah?"
"Semua yang kau sebutkan sudah benar tapi itu terlalu biasa. Maksudku, mari kita ambil yang mudah tapi tidak biasa."
"Misalnya?"
"Buah jatuh jauh dari pohonnya."
"Hey, mana ada? Yang benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya!"
"Tidak, peribahasa ku sudah benar."
"Tidak, itu jelas salah, Jihoon." Ucapmu penuh penekanan.
"Dengar, akan kuberitahu, peribahasa ku sudah benar, karena pohon buah milik keluargaku ada diatas bukit, jadi, coba kau bayangkan jika pohon itu berbuah, maka jika buahnya sudah matang dan kemudian jatuh, ia akan menggelinding menuruni bukit, jadi bisa disimpulkan bahwa buah jatuh jauh dari pohonnya."
Sebuah ekspresi datar kamu berikan kepadanya.
Tenang, tenang...
sabar, tidak boleh mengatai, tidak,
Hah! Kenapa tidak bisa ditahan?
"PARK JIHOON BODOH! KAU SUDAH BOSAN HIDUP RUPANYA!"
Yang dikatai, sedang tertawa.
Dasar gila.
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
Entre nós [Park Jihoon]
Short StorySuatu hal yang perlu disadari adalah perasaan itu ada dan tumbuh karena terbiasa. • • • - Entre nós, 2018 Park Jihoon x OC