"Lo udah tau semuanya?" tanya Fira dengan berhati hati
Gilang menyengir kuda "Dikit" jawabnya dengan menggaruk tengkuknya.
"Lo inget gak waktu lo mergokin gue sama Erlindo di kantin?" tanya Fira yang mulai menceritakan hubungannya dengan Erlindo
"Inget," jawab Gilang
"Itu gue udah pacaran hampir 2 tahun sama dia."
"Oh my god kenapa gue gak tau?" tanya Gilang dengan histeris, ia sungguh tak percaya jika Fira dan Erlindo pernah menjalin hubungan.
"Alay banget si lo!" Fira tertawa mengejek.
"Mungkin karena Erlindo gak mau nyebarin status kita," lanjutnya terus terang.
"Oke gue lanjutin.... Gue selalu selidikin apa alasan Erlindo gak mau semua orang tau hubungan kita, ternyata karena dia deket sama Iren, gue selalu ngebiarin itu terjadi tapi ada saatnya batas kesabaran gue abis yaitu saat dia nembak Iren tepat di depan mata gue. Bisa lo bayanginkan gimana sakitnya?" cerita Fira sembari menatap langit kembali mengingat bagaimana sakitnya ia pada waktu itu.
"Jadi waktu Erlindo nembak Iren itu ada elo?" tanya Gilang yang diangguki oleh Fira
"Bentar deh Ra gue inget sesuatu...," Gilang sembari mengacungkan jari telunjuk berusaha mengingat sesuatu. "dulu waktu Erlindo ngajak jadian Iren, itu kayaknya cuma taruhan, seinget gue Erlindo, Chandra, sama Andre itu ngebuat kesepakatan buat dapetin Iren" ucap Gilang yang membuat Fira menoleh kearahnya binggung.
"Terus kenapa?" tanyanya dengan nada terkesan sinis.
"Yakan bisa jadi Erlindo nembak Iren karena taruhan, soalnya gue ngeliat Erlindo pulang bawa play station katanya sih dikasih sama Chandra" Fira menghembuskan nafasnya kasar, ia menatap Gilang dengan tatapan malasnya.
"Jadi?"
"Bisa jadi lo salah paham"
Fira terdiam, ia memikirkan Gilang barusan, jika yang dibilang Gilang memang benar, berarti selama ini ia telah salah menilai Erlindo.
None
Matanya memang sudah terpejam tetapi pikirannya masih berada dimana-mana. Kenapa hari ini sulit sekali untuk ia tidur padahal biasanya jam segini ia sudah tidur.
Fira mencoba lagi untuk tidur dan dia berharap jika ia bisa tertidur dan bangun tepat pukul 5 pagi.
None
Alex menatap Fira bingung, mungkin sekarang ia sedang berpikir tentang apa yang baru saja Fira ucapkan.
"Maksud lo itu apa gak ngebolehin gue sama Elisa?" tanya Alex.
"Enggak bukan itu. Gue cuma gak mau lo sama Elisa, gue gak setuju Lex!" ucap Fira dengan penuh penekanan
"Apa hak lo di sini? Lo bukan siapa- siapa!" ucapan Alex berhasil membuat Fira membisu.
Seperti ditusuk tapi tidak ada senjata? Sakit tapi gak berdarah.
"Tapi Lex..."
"Tapi apa?" tanya Alex
"Gue suka sama lo! Gue gak mau menganggap sahabat gue sebagai saingan gue karena elo! Gue bisa nerima kalo itu cewek lain tapi jangan sahabat gue Lex apalagi Elisa sahabat terdekat gue" ucap Fira memohon.
"Lo..." ucap Alex yang terpotong oleh suara isakan tangis Fira.
"Ra gue gak bermaksud buat lo nangis" sesalnya.
Fira memandang Alex dengan tatapan nanar. Dalam matanya ia mengisyaratkan jika ia sangat menyayangi Alex.
Alex berjalan mendekat. Dia menyentuh pipi Fira lalu mengusap air mata yang tiba tiba jatuh.
Tangan Alex beralih menyentuh tembok seperti sedang mengunci tubuhnya. Ia melihat mata hitam pekat milik Alex yang sungguh meneduhkan.
"Gue juga" kata Alex yang tidak Fira mengerti maksudnya.
Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Fira. Sungguh jantung Fira seperti bermain lompat tali. Semakin ia mendekatkan wajahnya seolah menepis jarak diantara mereka.
Fira bisa merasakan jika hidung Alex nyentuh hidungnya, namun suara itu merusak segalanya, "Alex!" panggil seseorang yang suaranya seperti familiar ditelinga mereka.
Alex langsung menjauhkan wajahnya dari Fira. Sedangkan Fira langsung menoleh pada sumber suara diikuti oleh Alex.
Dan... Fira melihat Elisa berdiri mematung di sana. Matanya seperti berapi-api melihat mereka berdua. Fira menjauhkan tangan Alex yang tadi menguncinya dan mendekati Elisa dengan wajah bersalahnya.
Saat ia mendekat Elisa berbalik kemudian berlari menghindar. Alex yang berada di belakang Fira pada akhirnya juga ikut mengejar Elisa.
"Eliza!!!" teriak Fira saat dia mulai menjauh
Fira berhenti berlari saat melihat Alex yang sudah berada di samping Elisa. Mereka sepertinya sedang bertengkar.
Ia memutuskan untuk membalik badan agar suasana menjadi lebih baik, tapi pada langkah ke-5 ia mendenger suara Elisa yang memanggilnya.
"Fira!"
Ia hanya berhenti melangkah namun tidak berbalik. Ia masih mengumpulkan semua keberaniannya untuk berbalik.
Plak...
Ia mendapetkan tamparan itu tepat pada saat ia memutar badannya 180 derajat. Fira menatap mata Elisa yang juga menangis.
"Gue bener-bener kecewa sama lo Fir! Ternyata lo nusuk gue dari belakang, gue kurang baik apa sih Fir ke elo? Gue salah apa Fir?" tanya Elisa.
Fira mencoba megang pundak Elisa namun ia langsung menolak "Cukup, biarin gue pertimbangin persahabatan kita!!"
"Elz..."
-/-
Fira membuka matanya, ia sangat beruntung karena hanya mimpi. Ia beranjak mengambil minuman yang ada di nakas sebelah spring bed nya. Ia dengan cepat meneguknya hingga habis lalu melihat jam dinding pukul 05.00.
Apakah mimpi tadi adalah kelanjutan mimpi mimpi yang sebelumnya? Pikirnya
None
"Win gue kirim sendiri ya?" Fira mengambil ponsel Winda yang ada di meja.
Ia menyentuh aplikasi WhatsApp lalu mencari nama kontaknya, namun pandangannya langsung beralih kepada pesan yang membuatnya ingin tau.
Elisa: gue sebenernya tau kalo Fira suka sama Alex sejak pertama kali dia ketemu
Winda: Gue udah feeling sih sebenernya tapi ya mau gimana lagi?
Elisa: Gue masih gak bisa sepenuhnya sayang sma Alex
Winda: Kenapa?
Elisa: Gue gak tau perasaan gue kedia itu rada hambar
Winda: Coba lagi aja Els bisa jadikan lo sayang dia
Eliza: tapi gue kek ngerasa nikung Fira.
Fira menekan tombol kembali. Dipikirannya sekarang adalah bagaimana bisa Elisa tau jika ia menyukai Alex? Dan mengapa Elisa mau mengalah, padahal sudah jelas jelas Alex suka padanya? Apa karena dari dulu Fira selalu mengalah jika dengan Eliza?
Zhafirahfa