Part 8

88 79 23
                                    

"Bisakah kita pergi? Oh ... ayolah! Kita harusnya nggak gini, siapa pun tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Apa?!"

Setelah kejadian itu, kejadian di mana setiap manusia di tempat ini berkurang lagi dan lagi semakin banyak orang-orang yang menggerutu dan terus-menerus tak terima dengan keadaan.

Memangnya siapa yang menginginkan semua ini terjadi? Aku? Tentu saja tidak. Aku bahkan tak pernah membayangkan bahwa ini akan terjadi padaku dan semua teman-temanku yang lain. Mereka semua temanku? Karena saat ini kita senasib, aku rasa jawabannya iya.

"Nia!"

"Hmm?"

"Ingin mendengar ceritaku?"

Nia terlihat menggelengkan kepalanya dengan pasrah ketika berada tepat di depanku. Membayangkan begitu sedihnya dia ketika hampir terbang tadi membuatku memandang iba kepadanya.

Andai saja aku melepaskannya tadi, mungkin aku tak bisa melihatnya lagi. Tapi karena aku begitu menyayanginya, aku tak bisa melepaskan kakinya begitu saja.

"Makasih ya Fell udah bantuin aku, aku nggak tau apa yang akan terjadi jika-"

"Sudahlah, aku merasa sangat bahagia ketika bisa menyelamatkanmu. Bukankah aku sangat keren? Hmm?"

Nia memicingkan matanya ketika aku dengan sengaja menyenggol lututnya yang tertekuk. Terduduk berdua di atas pasir ditemani awan gelap sudah menjadi rutinitas bagiku, Nia, dan juga yang lainnya.

Semenjak kita berada di sini, satu pun dari kita tak ada yang sudah mengisi perut kosongnya. Aku benar-benar lemas dan merasa kelaparan saat ini, ingin sekali pingsan dan berharap akan tersadar di dalam kamarku adalah sebuah hal yang tidak mungkin tapi aku menginginkannya.

Aku juga jadi teringat dengan seseorang yang membantuku ketika berniat untuk menurunkan Nia, apakah benar itu dia? Saat itu aku gugup dan terlalu ketakutan akan terjadi sesuatu pada Nia sampai aku tak fokus dengan seseorang yang telah membantuku, aku bahkan tidak mengucapkan ucapan terima kasih sama sekali.

Pria kaku itu bisa membantuku? Itu yang aku pikirkan saat ini, pria itu ... aissh, dia terlihat begitu kaku dan menyebalkan dengan warna bola mata yang sialnya begitu indah untuk dipandang.

"Kau mengantuk, Fell?"

Karena aku menguap, Nia tahu bahwa aku ingin segera terlelap malam ini. Kita berdua tidak tidur di waktu yang sama, aku akan menjaga Nia ketika dia terlelap dan Nia akan mejagaku ketika aku terjaga.

Kedua kaki Nia langsung ia selonjorkan, menepuk-nepuk bagian pahanya dan memerintahkanku agar cepat berbaring di atasnya. Kini aku tidur terlentang dengan kepala menghadap ke arah langit hitam di atas sana, benar-benar terlihat sepi, tak seramai seperti pertama kali aku berada di sini.

Bintang itu ... ada apa dengan semua bintang itu? Apakah aku sedang berada di suatu tempat yang begitu menyeramkan? Tidak juga sepertinya, toh tempat ini bersih dan bintangnya juga terlihat begitu indah.

Namun, terlalu banyak kejanggalan di sini, dimulai dari kepergian kita semua ke tempat tak jelas ini, pakaian yang sama dengan warna berbeda, dan juga ... ahh, pria botak itu, siapa dia? Apakah dia dalang dari semua ini? Tapi untuk apa? Mungkinkah dia menginginkan sesuatu dari kita? Mungkin saja.

Tangan kananku terangkat ke atas, menghitung seberapa banyak bintang yang dapat kuhitung jumlahnya membuat keningku berkerut saat itu juga.

"Tidak mungkin!"

"Ada apa, Fell?" Nia menunduk dan menatap mataku yang berada di atas pangkuanya.

"Kau lihat itu? Nia, ayolah ... lihat itu, lihat!"

Aku menggoyangkan kaki Nia agar dia mendongak dan melihat apa yang aku lihat juga. Di sana, tepat di atas langit gelap itu aku benar-benar melihatnya, iya, bintangnya. Bintang dengan warna-warna yang sangat indah perlahan berubah menjadi warna putih semua. Warnanya memudar entah kenapa.

Saat aku bangkit dari rebahanku, aku baru tersadar bahwa bukan hanya aku yang menyadari perubahan itu, tapi hampir semua orang yang berada di sini sepertinya menyadari apa yang terjadi.

"Ayo Fell, kita harus gabung bersama mereka!"

Nia bangkit terlebih dahulu, dia menarik tanganku agar ikut berdiri dan segera menghampiri kumpulan manusia yang sebaya denganku dan juga Nia. Mereka mendongakkan kepala dan terus berucap tentang seberapa aneh kejadian yang mereka tonton saat ini.

Ini terlihat seperti tidak nyata, tapi bukankah aku harus menerima kenyataan? Ya ... ini kenyataan dan faktanya.

"Semuanya tenang, please ...."

Suara itu .....

"Kita mungkin tak bisa keluar dari tempat ini, tapi ayolah ... jika kita terus mengeluh aku yakin kemungkinan untuk terus bersemangat menjalani hidup akan semakin kecil. Berusaha untuk tenang nggak papa, 'kan?"

Abban, pria itu kembali mengeluarkan suaranya ketika kita semua mulai gaduh dengan keadaan. Tenang dalam keadaan seperti ini? Yang benar saja. Kita semua nyaris tak tahu apa-apa tentang semua ini, lalu apa? Tenang? Yang benar saja!

Apakah aku jahat telah menggerutu di belakang Abban? Biarkanlah, aku memang tak bisa tenang seperti yang Abban perintahkan.

"Abban!" seru seorang pria dengan bola mata yang begitu indahnya. "Tak bisakah kamu mencarikan jalan keluar saja tanpa harus seperti ini?"

Abban terlihat mengerutkan keningnya, aku melihatnya seperti kebingungan dengan apa yang baru saja diucapkan oleh seorang pria yang aku rasa Abban juga mengenalnya.

Pria itu ... mengapa pria itu selalu saja membuat keadaan seperti ini? Apakah pria itu mempunyai hubungan yang kurang baik dalam kehidupan nyatanya dengan Abban? Tunggu, ini juga nyata ... tapi aku malas mengakuinya.

"Apa yang kau maksud?"

Posisi berdiriku dan juga Nia berada di barisan paling depan, tentu saja aku dapat melihat dengan jelas perubahan raut wajah mereka berdua. Abban dan ... Zar? Aku hanya tahu itu tentangnya.

"Nia, apakah kita harus pindah ke belakang?" Aku sedikit berbisik di depan telinga Nia.

"Dengarkan saja mereka."

Karena Nia tak menimpali ucapanku, akhirnya aku membiarkan mataku ini melihat bagaimana Abban terlihat kebingungan dengan posisinya.

Namun, aku merasa pijakan kakiku sedikit melemah, kedua tanganku terasa berat untuk terangkat, dan ... mengapa aku terasa lebih ringan? Apakah ... apakah aku kembali mengalami sesuatu yang pernah terjadi?

"Felly?!"

"Jangan khawatirkan aku Nia ... aku akan kembali!"

I'am come back guys
Masih ada yang menunggu cerita inikah?  :'))

Regards,
A Star ☆★

Star of LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang