Chapter 2

4.3K 511 70
                                    

Sasuke mengumpat kesal karena waktu tidurnya terganggu oleh sinar matahari yang masuk dari cela-cela gorden kamar tempat dia menginap dan ia lupa menutup jendela semalam karena terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Sasuke meringis kesakitan karena kepalanya terasa ditusuk belasan jarum. Sasuke benci hange over dan kini dia butuh aspirin. Sasuke berjalan menuju kamar mandi berharap ada kotak obat disana yang menyediakan aspirin. Dan setelah dilihat ada, Sasuke langsung mengkonsumsinya lalu membasahi tubuhnya dengan air untuk meredakan sakit kepala yang dia alami.

Lagi dan lagi. Entah sudah berapa kali pagi ini Sasuke mengumpat kasar. Saat membuka pintu kamar tempat Naruto tidur, dia sudah tidak menemukan gadis itu bahkan gitar dan tas jinjing gadis itu tidak ada didalam kamar.

Drrrtttt...

Sasuke mengeluarkan ponselnya dan mengangkat telpon yang masuk tanpa melihat nama yang tertera.

"APA?!" jawabnya kasar. Orang yang saat ini menelpon Sasuke terkejut bukan main bahkan terdiam sejenak karena sepertinya dia menelpon di waktu yang tidak tepat.

Setelah mendengar suara si penelpon, Sasuke berusaha menenangkan pikirannya saat ini dan berkata tanpa mengeluarkan emosi.

"Aku mengerti dan aku akan kesana." ucapanya menyetujui dan langsung pergi begitu saja meninggalkan hotel tempat dia menginap menuju sebuah bandara internasional.




oOo





Hampir dua bulan Naruto tidak lagi bertemu dengan sosok Uchiha Sasuke dan dia bersyukur karena hal itu, terserah dia istri atau bukan dimata Sasuke tapi saat ini dia ingin hidup bebas. Sebenarnya kalau saja Sasuke saat itu datang dan melamarnya dengan cara yang baik-baik seperti menyatakan cinta terlebih dahulu dan berakhir dengan Sasuke melamarnya di sebuah pantai yang indah sambil menikmati sunset. Naruto jamin dia akan menerima pernikahan ini dengan tangan terbuka.

Tapi tidak, ini bukan roman picisan yang ada di tv. Sasuke menyeretnya memasuki gereja melalui pintu belakang dan meminta para penata rias untuk meriasnya karena mempelai wanita Sasuke kabur di hari H bahkan Naruto terpaksa mengenakan sebuah gaun yang tersimpan didalam tas yang dibawa penata rias sebagai gaun cadangan bila mempelai Sasuke tidak suka dengan gaun pertama yang mereka bawa. Tapi setelah mempelai Sasuke dirias, mempelai wanita itu meminta untuk menenangkan diri untuk sejenak mereka mingizinkan tanpa mereka ketahu bahwa sang memperlai kabur lewat pintu belakang dengan sang kekasih.

Sasuke yang saat itu merasa kesal hanya berdiri diam didepan pintu sambil merokok untuk menjernihkan otaknya. Dia tidak bisa membatalkan pernikahan ini karena hari ini hari terakhir seperti yang ada didalam surat perjanjian maka saat melihat Naruto datang, dia langsung menyeret Naruto untuk dia jadikan tumbal karena setelah satu bulan yang akan datang dia akan menceraikan Naruto setelah semua harta keluarganya jatuh kedalam genggamanya. Mudah bukan?

Naruto tidak peduli dengan Sasuke saat ini, apa pria itu mencarinya atau tidak, dia tidak peduli atau jangan-jangan satu bulan yang lalu pria itu sudah menceraikannya seperti apa yang pria itu katakan padanya?

Peduli amat yang penting kehidupan normal seorang Uzumaki Naruto sudah kembali. Setelah membereskan semua barang-barangnya masuk kedalam tas. Naruto bergegas keluar dari dalam kelas bersama dua sahabatnya Sakura dan Ino lalu kedunya berpisah di depan gerbang dan Naruto berjalan kaki ketempat diberkerja paruh waktu. Naruto mengukir senyumannya dengan lebar karena hari ini dia gajian secara bersamaan. Menyenangkan bukan?

Pulang sekolah langsung berkerja sebagai pelayan cafe sampai sore lalu berkerja sebagai kasir di sebuah mini market dari jam tiga sore sampai jam delapan malam lalu sisanya waktu yang ada Naruto berkerja sebagai pelayan disebuah rumah makan mewah dan karena kecantikannya inilah Hinata diperkerjakan.

Love In Tokyo [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang