5- Kecemburuan Erum

1.3K 52 0
                                    

Bahkan Perempuan tangguh pun bisa cemburu, layaknya Ibunda Aisyah Istri Baginda Rasul.
.
.
.

🍁🍁🍁

Kalau masalah adil bersifat kualitatif, maka sulit untuk ditakar. Masalah cinta, siapa yang bisa mengurangi dan menambah, agar bisa adil?

Sepanjang hari menanti kepulangan erum, hingga sebakdah isya, wujudnya tak kunjung berada didalam rumah itu.

Alan berusaha menelfonnya tapi tak bisa tersambung sejak tadi, ia kemudian mencoba menelfon Tante saudah berharap dari sebrang telfon sana ia temukan kabar yang dapat memadamkan kegelisahannya.

"Iyaa, erum masih disini, tadi kami terlalu asyik membuat kue sampai lupa waktu. Oh iya sebaiknya dia tetap disini ya, hingga besok pagi, tak masalah kan? Cuaca diluar sana sedang hujan deras, Tante khawatir pada kandungannya nanti kalau dia tetap nekat pulang malam ini." Ucap Tante Saudah

"Iya Tante aku juga tak akan tega membiarkannya pulang semalam ini."

"Alhamdulillah.. terima kasih ya lan, kamu sudah mau memahami kondisi erum."

"Iya Tante, tolong jaga istriku yah.. dan bagaimana dengan mas Addin? Apa dia juga akan ikut menginap dirumah Tante?"

"Iya, begitu permintaan erum. Katanya biar besok pagi Supir kalian itu tidak repot-repot lagi datang menjemputnya."

"Oh baiklah.."

Setelah mendengar kabar dari tantenya erum, Alan tampak begitu lega. Ia lalu memutuskan sambungan telfon itu.

"Makasih ya Tante.." ucap erum

Tante Saudah mengangguk, ia duduk disamping keponakannya lalu memeluk perempuan yang matanya tampak mulai berkaca-kaca itu.

"Yang sabar yah rum.."

Erum kemudian menumpahkan segala kesedihannya dalam pelukan sang tante.

"Ya Allah.. aku mencintai suamiku karena mu, dan kini aku rela membaginya dengan Perempuan lain karena Mu pula. Beri aku kebesaran hati ya Allah.." batin erum perih.

Sementara itu, hujan terus mengguyur kota Bitung dengan derasnya. Menemani setiap rasa canggung, yang dirasakan oleh Ulya malam itu yang terpaksa harus berada dalam satu rumah berdua hanya dengan Alan.

Ulya tampak duduk ditepi ranjang menatap kearah jendela yang basah, tetiba suara pintu kamar terdengar, ia tau bahwa pintu itu dibuka oleh Alan.
Meski tak menoleh kebelakang, Ulya bisa mengetahui bahwa Alan sedang berjalan menujunya.

Ia mendengar langkah kaki Alan itu perlahan mendekatinya, suasana hatinya menjadi tidak karuan, ia merasakan degub jantungnya yang begitu kuat.

Malam itu, pertama kalinya Alan melihat Ulya tanpa penutup kepala, ia menatap perempuan berlesung pipi itu, yang tampak begitu anggun dengan rambut lurus hitam sepinggang.

Malam itu, adalah kali pertamanya menyentuh ubun-ubun Ulya Seraya membacakan doa pengantin yang seharusnya ia bacakan dimalam pengantin mereka.

Ulya merasa semakin gugup, berada sedekat ini dengan Alan. Lelaki yang pernah menjadi cinta monyet dimasa SMP-nya, meski cintanya pada Alm suaminya takkan tergantikan,

Malam itu, sempurna. Ulya baru benar-benar sempurna, utuh menjadi istri Alan.
Malam itu mereka sangat dekat, sangat dekat. Hujan deras ikut menemani kebersamaan mereka, tak lagi ada jarak yang menghalangi kedua insan ini untuk menjalankan Ibadah kepada Allah, malam itu.

Sementara ditempat lain, erum tampak gelisah menunggu pagi, matanya sulit untuk terpejam. Sesekali rasa penyesalan itu hinggap namun dengan cepat ia tepis.

Malaikat Berlesung Pipi 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang