Prolog

2.5K 193 91
                                    

Herron's

Kalian semua pernah nggak diputusin seseorang gara-gara orang itu bosen?

Entah kenapa dari jaman uyut alias nenek moyang gue, rasanya basi banget dikasih alesan kayak gitu. Klasik nggak sih? Ngakunya doang bosen. Padahal mah gue ngerti, pasti dia udah tertarik sama yang lain.

Tiga minggu terakhir ini gue jadi bocah bloon yang kerjaannya diem doang di kelas. Menyendiri, mojok, banyak ngelamun, pokoknya kondisi gue miris kata anak-anak. Itu semua gara-gara gue terlalu mikirin hubungan gue sama seorang perempuan yang baru aja bubar.

Namanya Caithleen Eloise. Panggilannya Eloise.

Di masa ngenes seperti sekarang, gue masih sempat-sempatnya bersyukur karena kebetulan Eloise nggak satu sekolah sama gue. Dia di Global School Los Angeles, sementara gue di International High School LA. Ini membuka akses gue untuk move on lebih cepat.

Berhubung gue juga capek denger omelan para Abang gue yang terlahir beda Ibu, beda Bapak, juga beda dunia.

Nggak lah. Yakali gue punya Abang titisan burik. Serem amat.

Jelasnya, gue ini tinggal satu rumah sama kakak-kakak kelas gue di sekolah. Ada Jonah dan Corbyn, mereka berdua kelas dua belas. Dan Jack juga Daniel, mereka kelas sebelas. Cuman gue doang yang diasingkan sendiri di kelas sepuluh.

Kita berlima ini sahabat seperkelerengan alias teman main sejak masih bocah. Orangtua kita berlima punya hubungan persahabatan baik sejak kuliah. Maka nggak heran kalau anak-anaknya juga demikian.

Gue tinggal satu rumah sama mereka baru-baru aja. Setelah gue lulus SMP tepatnya. Mama gue bilang, biar sekalian gampang akhirnya gue dimasukkin ke SMA yang sama dengan Jonah, Corbyn, Jack, Daniel, alias para Abang angkat gue.

Berakhir dengan gue yang ujuk-ujuk disuruh tinggal bareng sama mereka. Sebenernya gue fine fine aja sih, rasanya udah kayak keluarga juga.

Cuman terkadang, sebagai anak paling kecil gue suka stress kalau ngehadapin celotehan mereka yang every single day nyuruh gue nggak galau lagi and try to move on. Ya menurut kalian aja gimana? Setahun pacaran, terus tiba-tiba diputusin hanya karena alasan sialan yang bakal gue kutuk sehidup semati. Bosen.

Gue nggak ngerti mantan gue segabut apa sampe mengakhiri semuanya setragis ini. Dan kalau move on segampang membalikkan telapak tangan, gue pasti nggak akan mendadak jadi bocah pea kayak gini.

"Eh buntil! Lo ngapain bengong di situ? Sokin kantin, udah istirahat nih!"

Suara ghaib itu menelusuk telinga gue yang secepat kilat membuat bulu kuduk gue pada jabrik. Ini seriusan ada suara, tapi nggak ada orang. Sama sekali kelas ini kosong. Jelaslah, orang gue lagi menyendiri di tengah-tengah kelas. Lagi mager mojok ceritanya, soalnya kemarin ada isu kalau bangku pojok jadi sarang curut.

Mata gue menyapu ke seluruh arah dan berhenti tepat di salah satu jendela kelas yang terbuka lebar. Ada kepala berambut kuning terang nongol di sana, udah sebelas dua belas sama kura-kura Afrika yang bisa dinaikin anak-anak.

Corbyn.

"Dih, anjir! Ada pintu nggak usah masuk lewat jendela juga kali. Udah kayak mau maling lo" gerutu gue sebal, masih stay di tempat duduk.

Corbyn memutar bola matanya malas. Dia tau gue ini jadi pemager semenjak putus, tapi ntah kenapa hari ini dia maksa gue banget buat keluar kelas. Biasanya juga nggak pernah mau nyusulin gue. "Gausah banyak omong, cepetan keluar!" Sok-sok disangar-sangarin gitu biar gue mau nurut, padahal mah gue cuman kasian aja sama dia yang nggak ada barengan ke kantin. Mengingat Jonah lagi nggak masuk sekolah, juga Jack dan Daniel yang masih ulangan Sosiologi di kelas.

Words I Didn't Say • Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang