Setelah seharian teleponnya ga diangkat, Kai lebih milih buat ngerjain jurnal untuk praktikum nanti terus tidur.
Udah cukup Kai teleponin 116 kali dan ga diangkat sama kali. Bahkan, telepon yang ke-117 operator yang angkat dan katanya nomornya lagi ga aktif.
Kai kesel banget tuh. Dia hampir mau pecahin cermin di kamarnya, tapi ga jadi pas tiba - tiba sahabatnya dateng ngajakin mabar. Mabar for lyfe, prinsip Kai.
"WOE ITEM NGAPAIN SITU MAU NONJOK KACA?!" Teriak Marcel begitu masuk kamar kost milik Kai.
Iya, si Kai ini emang tinggal di kost - kostan. Anak rantau, bang toyib pula. Dia cuman pulang kalo emang pengen dan butuh. Anak durhaki emang. Untung aja emak bapaknya sayang, kalau ngga, mungkin Kai udah dipenggal.
"Kaga. Sok tau lo. Kalo kacanya pecah, nanti siapa coba yang mengakui kegantengan gue?" Balas Kai sombong. Tangannya masih terkepal, uratnya keluar. Ngeri, bor.
Jennie naikin satu alisnya sambil berkacak pinggang, "Lo mau bohong sampe kapan? Dosa lo udah ngalahin tingginya gunung Everest." Kata Jennie sarkas.
Marcel yang tadi pergi ke kamar mandi langsung balik lagi dan jawab omongan Kai tadi, "Kan ada si Ital."
Kai yang udah tenang langsung ngelirik Marcel tajem banget, setajam silet. "Siapa Ital? Ga kenal."
Jennie, Marcel dan Chungha saling bertatapan bingung terus natap Kai lagi. "Kenapa? Ada apa lo sama dia?" Tanya Chungha.
"Lo bayangin. Lo khawatir sama pacar lo karna ga ngebales chat, dan ketika ditelepon 116 kali sama sekali ga diangkat. Terus pas yang ke-117 kalinya, operator yang jawab katanya nomornya ga aktif. Lo bakal kesel ga, sih?" Jelas Kai panjang lebar sambil hujan a.k.a muncrat.
"Ya gue pasti bakal marah - marah, lah. Untung Muelqu ga kayak gitu." Jawab Chungha sambil berbangga diri.
Jennie geleng - geleng kepala denger jawaban Chungha sambil ngomong ke Kai, "Lo ajak ketemuan aja sekarang."
"Maunya sih gitu, tapi gue masih kesel, lah. Terus, lo pada harus tau. Waktu gue pergi ngedate kemaren - kemaren, si Toni nelepon Ital minta dia ke rumahnya, coba. Stress ga sih tuh anak?" Kata Kai sambil ngacak - ngacak rambutnya frustasi.
"Ini sih namanya pendahuluan cornering hahaha."
Dan tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang diam - diam melaporkan cerita ini kepada seseorang yang bersangkutan dari cerita Kai.
🏍🏍🏍
"Krys!" Panggil Jennie sambil melambaikan tangan ke Krystal.
Krystal yang baru aja keluar dari kelas langsung senyum dan bales lambaian tangan Jennie. "Hai! Kenapa, Jen?"
"Gapapa, sih. Btw, lo liat Kai ga?" Tanya Jennie dengan wajah sok polosnya.
"Baru aja gue mau nyari. Kenapa emang?"
"Gapapa, sih. Ya udah kalo gitu, gue duluan, ya!"
Begonya Krystal dia ga nyadar kalau Jennie sama Kai itu satu fakultas.
🏍🏍🏍
"Nini!" Panggil Krystal waktu ngeliat Kai di parkiran.
Kai meringis pelan begitu ada yang manggil. Dia tau betul siapa yang manggil.
"Kenapa?" Tanya Kai tanpa basa - basi.
Krystal tersenyum, "Kamu mau pulang?" Tanyanya.
"Iya."
Krystal diem sejenak terus ngomong, "Anterin aku pulang dong, ya?"
Kai ngehela nafasnya bikin Krystal bingung. Dia ga tau kenapa Kai cuek banget hari ini, tumben juga ga nyamperin atau nungguin dia kayak biasanya. Krystal tetaplah Krystal yang gengsinya setinggi gunung. Dia gengsi lah kalo nanya duluan, toh dia juga ga ngerasa punya salah sama pacarnya ini.
"Emang Toni ga nganter kamu pulang?" Tanya Kai sambil mandang Krystal sinis. Krystal makin bingung tuh, tiba - tiba disinisin.
"Apa sih? Kok tiba - tiba bahas Toni?"
Kai menyunggingkan bibirnya,"Kenapa? Salah?"
"Kenapa sih, Ni? Kamu cemburu sama sahabat kamu sendiri?"
to be continue .....

KAMU SEDANG MEMBACA
Jealousy
Short Story[Completed] I am jealous of everybody who is with you when I'm not with you. 938 on short story [180213] 680 in #Kris [180511] Started : 1 Januari 2018 Finished : 25 Juni 2018 ©Sehuntum, All Rights Reserved.