12 ; break

297 48 13
                                    

Dua bulan setelah Krystal tidak sengaja bertemu kekasihnya di sebuah toko dalam mall, pasangan yang kerap disebut - sebut dengan sebutan 2K atau double-K itu menjalani hari - harinya dengan kesibukan masing - masing.

Lebih tepatnya menyibukkan diri. Krystal marah. Ah, tidak. Lebih tepatnya kecewa. Krystal tidak bisa marah pada Kai. Ia hanya kecewa, tapi ia hanya akan diam. Ia tidak akan seperti gadis lain yang menampar kekasihnya atau menangis meraung - raung di hadapan kekasihnya.

Krystal hanya akan diam sampai dirinya merasa cukup baik.

Dan di sinilah ia berada. Dalam mobil bersama kekasihnya, Kai.

Hanya terdengar suara musik dari radio. 30 menit berlalu dan tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali.

Kai terus berusaha untuk terus menatap jalanan, walaupun bibirnya sangat gatal ingin berbicara dan mencium gadisnya. Kai rindu, tentu saja.

Dua bulan bukan waktu yang sebentar dan itu membuat Kai merindukan gadisnya. Baiklah, Kai akui ia salah waktu itu. Tapi, apa Krystal tidak pernah akan memaafkannya? Apa gadisnya itu tidak merindukannya?

Jujur saja, Kai tersiksa selama dua bulan itu. Ia terus dihantui dengan rasa bersalahnya.

"Kai, rumah aku udah kelewat." Perkataan Krystal sekaligus tepukan halus dilengannya membuat Kai mengerjap kaget.

"Oㅡoh, bentar aku mundurin dulu." Kai segera memundurkan mobilnya dengan jantung yang berdegup kencang. Hatinya mencelos ketika mendengar suara gadisnya tadi. Ah, sungguh, Kai sangat rindu.

Krystal melepas safetybelt yang cukup membuatnya tidak nyaman dengan tergesa - gesa. Ia tidak tahan lagi dengan suasana yang begitu canggung ini. Krystal rindu, sangat. Tapi untuk kali ini Krystal belum sanggup untuk menangis di hadapan kekasihnya. Sudah cukup ia menangisi kekasihnya di kamar saja, jangan di hadapannya.

"Makasih."

Krystal baru saja akan keluar namun tangan besar Kai mencengkram lengan Krystal dan menariknya pelan membuat Krystal terduduk lagi.

Krystal menghela nafasnya dan membuang pandangannya keluar. Airmatanya sudah menggenang. Krystal tidak mau ia terlihat rapuh di hadapan Kai.

"Aku kangen."

Kalimat itu meluncur dengan lancarnya dari bibir manis Kai. Ia menatap gadis di depannya dengan sendu.

Bibir Krystal bergetar menahan tangis. Ia terus mengumpat dalam hatinya agar tidak menangis. Ia menguatkan dirinya.

Krystal menarik nafas dan menatap ke atas agar airmatanya tidak turun lalu menatap Kai dengan sendu.

Kai tersenyum samar. Dengan senang, Kai memeluk Krystal erat. Krystal terdiam dalam pelukan Kai.

Nafasnya tercekat dan jantungnya berdegup kencang. Ia memang merindukan kekasihnya, tapi apa ini tidak terlalu cepat?

"Aku kangen kamu, Tal."

"Maafin aku udah ngebohongin kamu. Maafin aku udah bikin kamu marah."

Krystal tersenyum kecil, "Aku ga marah. Aku cuman kecewa."

Pelukan Kai semakin erat kala ia mengucapkan kata kecewa. Kai sangat merasa bersalah. Hubungannya yang seperti berada di ujung tanduk ini karna salahnya.  Kai sadar itu.

"Aku minta maaf."

Krystal mengangguk dalam pelukannya.

Kai melepaskan pelukannya dan menatap Krystal dalam. Ia melihat keadaan kekasihnya yang kacau. Kantung mata yang terlihat jelas, bengkak karna menangis, dan hidung serta mata yang merah.

"Jangan nangis." Kai mengusap lembut pipi Krystal yang basah. Gagal sudah pertahanan Krystal untuk tidak menangis di hadapan Kai.

Dengan tangisan yang deras, Krystal menatap Kai sambil terus mengusap airmatanya. "Kamu kenapa bohong sih? Kenapa ga bilang aja? Lagian aku ga akan marah kalau kamu jujur.

Aku mending sakit hati karna kamu jujur daripada sakit hati kamu bohongin."


Kai menghela nafasnya dan menunduk. Nafasnya tercekat. Kai sungguh mengakui bahwa ia salah, ia menyesal membuat gadis di depannya itu menangis dengan derasnya.

"Maaf. Aku cuman takut kamu ga ngijinin. Lagi pula, kamu pasti ga akan ngijinin aku pergi bareng Irene kan? Kamu selalu marah - marah kalau aku ngobrol atau pun ketemu sama dia."



Krystal menarik dagu Kai untuk menatapnya. Krystal menatap Kai seolah - olah ia tidak percaya dengan apa yang baru saja kekasihnya itu katakan.

Kai menyalahkan Krystal? Ah, yang benar saja. Apa ini semua salah Krystal? Lantas mengapa Kai berkata seolah - olah semua ini salah Krystal.

"Kamu nyalahin aku? Really, Kai? Kamu ga salah ngomong?" Tanya Krystal dengan tatapan terkejutnya.


Kai mengubah ekspresinya menjadi datar dan menatap Krystal malas. "Kamu ga ngerasa salah? Bener - bener ga ngerasa salah?"


Krystal termenung di tempatnya. Dirinya terlalu shock mendengar perkataan Kai.


"Kamu ga ngerasa kalau kamu selalu ngekang aku? Aku mabar moba sama yang lain aja kamu marah - marah. Aku nyapa temen cewe yang lain aja marah, langsung cemburu. Apa itu ga berlebihan menurut kamu?

Emangnya aku anjing yang harus kamu selalu kamu kandangin? Aku juga punya dunia aku sendiri, Tal. Bukan selalu tentang kamu doang. Tolong lah ngertiin kali ini."

Kai merasa lega setelah berhasil mengeluarkan keluh kesah dalam hatinya tentang Krystal.

Sedangkan Krystal, ia diam masih mencerna apa yang Kai lontarkan barusan.

Jadi ini semua salah gue? Gue yang selalu ngekang Kai? Gue yang ga pernah ngasih dia kebebasan?

Gue berlebihan? Gue cemburuan? Semua salah gue? Semuanya?

Krystal mengangkat kepalanya dan menatap Kai dengan tatapan sendu. Airmatanya sudah berkumpul lagi mendesak ingin keluar. Rasanya bibirnya kelu untuk berkata - kata.


"Kenapa? Ga usah nangis lah. Cengeng banget sih, heran." Kai mengusap wajahnya kasar dan menatap Krystal dengan sinis.

Krystal menunduk lagi dan menarik nafas sebanyak - banyaknya untuk menghilangkan sesak di dadanya.









"Maaf. Kalau gitu, kita break aja dulu."



to be continue....

JealousyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang