✘bagian 7

3.6K 579 44
                                        

Malam ini Seungcheol merasa tidak tenang. Bukan pertama kalinya Wonwoo menghabiskan waktu dengan lelaki lain untuk melakukan misi yang mereka berdua buat. Tapi kali ini ia benar-benar resah. Padahal dirinya yang meminta dan bahkan terkesan memaksa. Seungcheol menatap jam di dinding lalu beralih menatap ponselnya. Dalam hati angannya begitu menuntut untuk menghubungi kekasihnya. Namun, ia teringat salah satu janji yang mereka buat yaitu Seungcheol tidak akan menghubungi terlebih dahulu. Alasannya sederhana karena hanya Wonwoo yang tau kapan keadaan aman bagi mereka untuk berkomunikasi.

Seungcheol melangkah menuju dapur dan membuka kulkas. Tangannya hendak meraih kaleng bir namun ia terpaku sesaat. Fokusnya menangkap kaleng cola yang berbaris rapi di sana. Minuman kesukaan Wonwoo. Oh ada apa dengan dirinya malam ini. Ini bahkan belum sehari, tapi mengapa rindu sudah mulai mengusiknya.

Seungcheol pun segera mengambil bir dan mencari kunci mobil. Setidaknya ia bisa mengetahui lokasi Wonwoo saat ini. Membuatnya tenang hanya untuk beberapa menit saja

✘ ✘ ✘

"Game center?" Mingyu keheranan menatap tempat di depannya. Wonwoo sendiri sudah melangkah duluan untuk memasuki tempat tersebut.

"Mengapa kita ke sini?"

"Aku butuh hiburan" jawab enteng Wonwoo dengan matanya yang sibuk menyisir tempat itu. Memilih permainan yang sekiranya sedang ingin ia mainkan.

Mingyu hanya mengidikkan bahu. Tanpa ada sanggahan ia mengikuti Wonwoo kemana ia pergi. Hingga Wonwoo berhenti pada sebuah permainan tembak-tembakkan. Lelaki itu terlihat begitu asik memainkan pistol mainan tersebut. Mengarahkannya pada layar untuk menembak lawannya. Bermenit-menit berlalu dengan Mingyu yang menikmati beragama ekspresi wajah Wonwoo. Bagaimana lelaki itu tersenyum hingga melompat saat menang atau memaki saat kalah. Ekspresi yang Mingyu tidak pernah liat sebelumnya. Seketika fokus Mingyu beralih pada pasangan yang terlihat memainkan sebuah claw machine. Sebuah permainan yang memiliki capit bergelantung yang digunakan untuk mengambil boneka.

"Kau melihat apa?"

Mingyu berpaling cepat. Wonwoo sudah berdiri di depannya dengan keringat kecil yang menetes di keningnya. Mingyu tersenyum miring sembari tangannya mengambil sapu tangan di saku celana. Ia bergerak mendekat dengan tangan yang hendak menyentuh kening mulus milik Wonwoo. Namun, Wonwoo memundurkan kepalanya pelan dengan pandangan mata penuh tanya.

"Apa yang kau lakukan?"

Mingyu menyeringai tipis, "mengapa kau harus takut padaku?"

"Aku tidak takut"

"Lalu? Apa ada seseorang yang perasaannya kau jaga?"

Wonwoo terdiam seketika. Ucapan Mingyu berhasil membungkam mulutnya. Melihat itu, Mingyu mengambil kesempatan untuk segera menyeka bulir keringat itu sembari mencuri pandang pada wajah tegas namun terkesan manis. Memperhatikan setiap detail ukiran wajah Wonwoo dan memujanya dalam diam.

"Lihat ... hanya sesederhana itu" Mingyu menyimpan kembali sapu tangan tersebut. Diambilnya satu langkah ke belakang untuk membuat jarak dengan Wonwoo.

Lelaki dengan mata rubah yang semenjak tadi termenung sudah kembali pada akal sehatnya. Ia kembali menatap tajam pada Mingyu dan menanyakan ulang pertanyaan yang belum ia dapat jawabannya, "kau melihat apa tadi?"

"Aku memperhatikan sepasang kekasih yang sedang bermain di claw machine. Aku heran mengapa ia begitu senang saat kekasihnya memberikan boneka dari kotak itu. Padahal ia bisa membelikan hadiah yang lebih mahal"

"Kau sungguh tidak tau apa-apa, eoh?"

Mingyu memiringkan kepalanya dengan raut bingungnya. Wonwoo malah tertawa kecil di hadapannya. Hal yang Mingyu akui bahwa ia menyukainya. Bagaimana bibir itu melengkung ke atas dengan indah.

The Sweetest Lies | meanie✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang