✘ bagian 16

2.8K 498 104
                                    

---
Mohon maaf jika ada typo
---

Mingyu saat ini masih setia berkutat dengan lembaran-lembaran yang membuatnya lupa waktu. Ada banyak hal yang membuatnya harus terkejut berulang kali. Selain masalah perusahaan, Mingyu memang sedang mencoba mengetahui sesuatu. Rencananya berjalan lancar sejauh ini meski ada banyak halangan yang datang. Ia bersyukur memiliki orang-orang kepercayaannya yang bekerja sangat telaten. Tidak ada yang berantakan dan terkesan bersih.

Tangan Mingyu terlihat berhenti untuk membalik lembaran itu. Fokus matanya terpaku pada satu nama di atas sana. Lee Jae Hoon yang mana adalah kakeknya.

"Mingyu, apa aku boleh masuk?"

Dengan cepat Mingyu merapikan lembaran itu dan menggantinya dengan map yang berisi informasi tentang perusahaannya, "masuklah"

Terlihat Wonwoo dari pintu yang baru saja terbuka. Lelaki itu jelas terlihat tidak baik-baik saja. Namun, Mingyu tidak akan membahas apapun jika bukan Wonwoo yang memulainya. Mingyu mendongak dan menyunggingkan senyuman lembutnya pada Wonwoo yang berdiri dihadapannya dengan raut penasaran.

"Ada yang ingin kau katakan?" Tanya Mingyu

"Kau terlihat sibuk"

Mingyu terkekeh kecil dan meletakkan map itu di atas meja lalu segera berdiri untuk berdiri di depan Wonwoo, "kau bosan? Ingin pergi keluar?"

Wonwoo menggeleng pelan, "tidak. Aku bahkan tidak tau apa yang aku sedang inginkan dan rasakan sekarang"

Lelaki yang lebih tinggi menepis jarak. Digenggamnya tangan Wonwoo lembut. Punggung tangan bekulit putih itu dielusnya pelan dengan tatapan teduh yang menenangkan hati penuh kegundahan milik Wonwoo.

"Mau kubuatkan teh? Teh sangat cocok di sore hari seperti ini. Kau juga kedinginan sepertinya. Aku akan menemanimu ..."

Mingyu pun melepas genggamannya dengan senyuman yang tidak akan pudar untuk Wonwoo. Ia berjalan terlebih dahulu dan berharap Wonwoo akan mengikuti di belakangnya.

"Mingyu ..."

Langkah Mingyu terhenti di tengah ruangan. Ia membalik badan untuk menemui si pemilik suara.

"Terimakasih" sambung Wonwoo

Hanya mendengar kalimat itu Mingyu sudah merasa bahagia. Rasanya seperti dunia berada digenggamannya. Seulas senyuman terpatri begitu lebar lalu Mingyu mengulurkan tangannya dan membukanya, "kau akan berdiri disana? Tehnya tidak akan jadi sendiri"

Wonwoo terkekeh yang mana adalah hal pertama kali yang ia lakukan selama seminggu ini. Wonwoo tersadar dalam hati bahwa Mingyu selalu ada untuknya, membuatnya merasakan hal yang berbeda dan Mingyu selalu mengulurkan tangan untuknya sebelum ia yang melakukan. Wonwoo melangkah pelan dan menggapai tangan yang terbuka untuknya itu. Menerima genggaman yang mungkin kini mengubah arah hatinya.

Mingyu dan Wonwoo tengah berada di ruangan berbeda. Mingyu sedang sibuk membuatkan teh hangat di dapur sedangkan Wonwoo menunggu di depan perapian yang ada di ruang tengah. Merasa bosan duduk di sofa, Wonwoo pun mendekat ke perapian untuk memainkan kayu-kayu yang ujungnya sudah mulai terbakar itu.

"Tehnya sudah jadi"

Suara Mingyu membuat Wonwoo menoleh. Ia melepas benda yang dipegang sebelumnya dan hendak berdiri menyusul Mingyu. Namun, Mingyu malah mendekat sembari membawa dia cangkir teh ke tempat Wonwoo berada.

"Duduk di sofa terasa membosankan. Disini lebih hangat" Mingyu tersenyum dan segera meletakkan cangkir itu di atas meja yang ada di sampingnya. Keduanya kini duduk di atas lantai kayu beralaskan karpet bulu berwarna putih sembari menghadap ke arah perapian. Tubuh mereka bersandar nyaman pada meja di belakangnya.

The Sweetest Lies | meanie✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang