✘ bagian 18

2.8K 458 138
                                    

warn! Rated M

( s e b e l u m n y a )

Mingyu mendekatkan wajahnya. Jarinya mengelus lembut bibir ranum milik Wonwoo, "aku ingin ciumanmu. Cara satu-satunya agar aku tau kau mencintaiku"

"Kau boleh melakukannya" ada jeda pada ucapan Wonwoo. Dalam hati ia sedang menimang-nimang karena ucapannya saat ini akan menjadi keputusan pada siapa ia memilih " .... Karena sepenuhnya aku milikmu"

Mingyu pun segera meraup bibir berwarna peach itu. Mengulumnya lembut membuat gairahnya meningkat. Tak butuh lama baginya menunggu Wonwoo untuk membalas ciumannya. Mereka pun kini begitu aktif untuk saling memperdalam pagutan itu.

.

Pagutan mereka yang sempat terlepas kini menyatu kembali. Tangan Mingyu memegang tengkuk Wonwoo sembari membawa lelaki itu untuk berbaring di atas kasur. Wonwoo menyanggupi setiap lumatan itu untuk dibalasnya. Menikmati setiap sensasi yang ia rasakan. Mereka mengambil waktu sebentar untuk meraup udara bebas. Saling bertukar pandang lembut penuh rasa puja.

Mingyu kini merangsek naik, menyejajarkan tubuhnya yang berhias dada bidang dan perut yang terbentuk ke atas tubuh putih pucat milik Wonwoo. Sesaat menenggelamkan bibirnya ke dalam hangatnya bibir sang submissive. Desahan masih tertahan kala itu. Sebuah metafora dari permainan, pementasan, atau pertunjukkan apapun yang kala itu Mingyu suguhkan menjadi satu-satunya kehangatan yang dicari di antara hari-hari dingin milik Wonwoo.

Tubuh Wonwoo menyerah dalam sekali hentak, hasratnya tunduk begitu saja. Kini ia tak lagi menahan desahan yang keluar dari bibir merah mudanya yang pucat. Semakin keras Wonwoo mengerang, semakin dalam Mingyu memasukkan jarinya ke dalam lubang sempit Wonwoo. Ia tengah membiasakan Wonwoo saat ini sembari menatap wajah yang tengah terpejam menikmati permainannya. Tidak ingin hanya diam dan bermain dengan apa yang ada dibawah sana, Mingyu kini menjatuhkan kecupan-kecupan dalam pada setiap jengkal leher Wonwoo hingga turun ke perut datarnya.

"Eunghh ... Mingghhhh .... Stophh"

Wonwoo memaksa wajah Mingyu untuk kembali sejajarnya dengannya. Ia memberi ciman singkat dan berkata, "aku tidak suka berlama-lama melakukan pemanasan" keduanya terkekeh.

Mingyu mengeluarkan jarinya dan segera mengganti dengan kejantanannya untuk menikmati lubang sempit Wonwoo. Kepala penisnya langsung menumbuk tepat di titik kenikmatan Wonwoo di dalam sana yang membuat Wonwoo memekik kesakitan dan kenikmatan secara bersamaan.

Karena sudah melakukan pemanasan sebelumnya, Mingyu tidak perlu menunggu Wonwoo terbiasa dengan kedatangan penisnya. Ia menggenjot dengan tempo teratur. Desahan Wonwoo segera terdengar mengisi ruangan. Keringat keduanya menyatu menciptakan aroma yang khas. Bagi Mingyu desah Wonwoo serupa alunan merdu pengantar tidur, layaknya sepoi angin yang membelai rerumputan. Hentak demi hentak terus berkelanjutan diiringi suara ranjang yang berdecit malas. Hingga jeda pun muncul ketika Mingyu memberi waktu pada pelepasan pertama sang submissive.

Mingyu meliar, membalikkan tubuh Wonwoo agar bertempat di atasnya. Permainan berlanjut, tubuh Wonwoo seperti telah hafal dengan impuls yang diberikan Mingyu, maka ia akan merengkuh apapun yang diberikan Mingyu begitu saja. Ranjang dan jendela masih setia menjadi saksi bisu pementasan yang dilakukan kedua anak manusia.

"Ohhh godhhh .... Mingyuhhhh ..."

"Ya sayang, sebutkanhh namakuuh" Mingyu mengangkat tubuhnya sedikit untuk menciumi bibir Wonwoo sekilas lalu berganti memanjakan perut Wonwoo. Dijilat dan digigitnya gemas perut datar berwarna putih itu.

Satu hentakan terakhir, Mingyu yang mengejang begitu dalam, dan Wonwoo yang mengerang begitu merdu. Hasrat telah memenjarakan mereka. Menyerah pada akhirnya dan tenggelam dalam pelukan yang basah oleh peluh. Sinar rembulan begitu mendamaikan, dunia terasa polos, seperti langit tanpa bintang, seperti Mingyu dan Wonwoo yang terbaring malam itu.

The Sweetest Lies | meanie✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang