12. Dia Pulang

35.7K 2.4K 102
                                    

Pukul tujuh malam, aku baru sampai di rumah. Mengikuti saran istri berpengalaman, aku menyempatkan diri dulu ke salon. Sekedar melakukan facial, agar kulitku tampak lebih berkilau.

Tentu saja suami ghaib ku itu belum kembali. Mungkin tengah malam nanti dia akan pulang. Menunggu jam berdenting dan sepatu kacanya hilang sebelah. Entahlah, atau malah tidak pulang sama sekali.

Aku berdiri di depan lemari, mengamati beberapa lingerie yang terpaksa aku beli beberapa hari yang lalu. Bersama Sha dan Luna. Ada warna merah terang, maroon, hitam, hijau, ungu, dan magenta. Banyak ya? Aku heran bisa saja aku dibodohi waktu itu. Mana mahal lagi harganya. Sayangkan uangnya harus dihabiskan untuk membeli jaring ikan dan tirai bambu.

Hanya warna hitam yang kurasa bentuknya paling normal. Terbuat dari bahan satin, dengan potongan simpel. Hanya saja, belahan dadanya sedikit rendah, dan hanya di topang tali yang tebalnya tidak lebih dari jari kelingkingku. Panjangnya cukup sopan menurutku, hampir menyentuh lutut.

Tapi tetap saja, bahannya akan melekat di kulit, dan membentuk lekuk tubuh.

Apa aku pakai yang ini saja ya? Aduh, aku takut juga. Baju seperti ini sangat mudah sekali diloloskan. Tinggal tarik talinya, maka gaun itu akan luruh dari tubuhku. Bagaimana kalau dia melihatku langsung bernafsu dan menyerangku begitu saja?

Ah, benar kata Sha. Bagaimana aku bisa melawan pria bertubuh besar itu. Jika dia mengunci tanganku, maka aku bisa apa?

Apa aku batalkan saja acara goda menggoda ini? Mencari cara lain untuk membalas dendamku. Aku takut kalau kelepasan atau tidak bisa melawannya. Dan lagi, aku belum tau orang seperti apa yang menjadi suamiku itu.

Ah! Bodo amat deh! Belum tentu juga dia pulang malam ini. Hitung - hitung pakai baju baru sajalah.

Setelah mandi dan berbenah, aku bersiap untuk tidur. Besok hari minggu, dan aku sudah menyicil tugas kuliahku yang mulai menggunung. Bisa istirahat sebentarlah. Kepalaku terlalu penat memikirkan kuliah dan masa depanku.

Oh iya! Tak lupa aku mengikuti saran Sha. Minum seliter air mineral sebelum tidur. Perutku rasanya sudah mau pecah saja. Penuh dengan air. Dengan begini, tengah malam nanti aku bisa bangun dan mengikat suamiku itu.

...............

Hampir saja aku terkena jebakan batman. Terlena oleh alam mimpi yang menyajikan toilet kelas VVVVVVVIP. membuatku yang memang sangat membutuhkan kloset, hampir saja membuang urineku di sana.

Untung saja, otak divergentku sedang bekerja dengan baik. Hingga aku tersadar dan segera melarikan diri ke toilet terdekat.

Rasanya lega seketika, setelah kantung kemihku kosong. Kurapikan sedikit tampilanku, dan bergegas keluar kamar. Melihat apakah suami tertampanku itu pulang atau tidak.

Dan, dia di sana. Terlihat nyenyak tidur di atas sofa. Walaupun sebelah kakinya menjuntai ke lantai, dan sebelahnya lagi tertekuk sembarangan. Tubuh tingginya, membuat sofa itu terlihat kecil.

Bagaimana bisa dia tertidur di sana? Sebegitu bencinyakah dia padaku, hingga membiarkan tubuhnya tertidur di sofa? Sedang ranjang masih sangat luas untuk ditiduri berdua.

Jam dinding telah menunjukkan pukul 03.41 WIB. Mungkin sebentar lagi waktunya dia bangun. Mengingat setiap aku bangun pagi, dia selalu raib entah ditelan siapa.

Jadi, tidak masalahkan kalau aku mengganggunya sekarang?

Perlahan, kudekati sofa yang ditidurinya. Kuamati wajah suamiku yang 96% telah selingkuh di belakangku ini. Ternyata, wajahnya tampan sekali. Sangat terlihat dewasa. Entah sudah berapa usianya saat ini. Ah, memprediksi usianya membuatku sedikit mengurungkan aksi jahannamku. Aku sedikit sungkan dengannya.

My Story - Aku Dan Suamiku (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang