8. Dia Membuatku Kehabisan Kata

37.4K 2.2K 134
                                    

Mataku rasanya susah sekali terbuka. Namun, sinar mentari memaksaku untuk membukanya. Menyilaukan dan membuatku pusing.

Benar sekali, gorden lebar di kamar ini telah terbuka, menampakkan pemandangan kolam renang beserta taman di sekitarnya. Pemandangan tropis yang indah. Sebentar, mentari? Pagi?

Oh my Lord!

Jam berapa ini?!

Shit! 08.56?!!

8 missed call dari Sha
6 missed call dari Luna

Ya Tuhan. Aku ketinggalan kuliah dosen killer hari ini. Semoga tidak ada tes dadakan. Tidak ada presentasi dan tidak ada tugas. Wah, bisa bisa nya aku bangun sesiang ini. Padahal aku jarang sekali bangun kesiangan. Ck. Pasti gara - gara semalam.

"Sudah bangun?"

"Astaghfirullah!"

Suara maskulin itu entah datang dari mana. Dan sejak kapan dia berdiri di sana. Mengagetkanku saja.

"Tutupi dulu dadamu. Lalu mandilah. Setelah itu kita sarapan." katanya lalu berlalu dari kamar yang kami tempati.

Dengan gerakan lambat, aku melihat ke arah yang ditunjuknya. Dan, Shi- baiklah, aku dilarang mengumpat. Rasanya aku ingin menenggelamkan diri saat ini juga. Bagaimana bisa, dadaku terpampang nyata dan dilihat olehnya. Aku malu sekali.

Ikatan di bahtrobeku sedah lepas. Dan kain tanpa pengait itu, terbuka, menampakkan kedua belah payudaraku dengan sangat jelas. Tanpa tertutup selimut.

"Aaaaaargh!"

"Sial! Sial! Sial!"

..........

Aku keluar kamar mandi setelah lebih dari tiga puluh menit mengurung diriku di kamar mandi. Oh, lupakan dosen killer. Aku telah melupakannya. Pikiranku teralih pada kejadian super memalukan sebelum aku mandi tadi. Kejadian yang membuatku ingin tenggelam ditelan bumi hidup- hidup. Kejadian yang paling memalukan sepanjang 21 tahun aku hidup. Kalau begini, bagaimana bisa aku menampakkan wajahku di hadapannya?

"Apa memang mandimu selalu lama?"

"Astaghfirullah!" Ya tuhan. Ya Tuhan. kenapa dia selau mengagetkanku. Duduk di sofa, tanpa aku melihatnya? luar biasa.

"Apa aku mengagetkanmu?"

"I-Iya."

"Lain kali, kalau mandimu masih tetap lama, aku yang akan memandikanmu."

Speecless. Aku tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Baru sehari kami bertemu, tapi kurasa interaksi kami tidak normal. Terlalu cepat menurutku. Apakah memang wajar jika hubungan kami seintim ini? Sejak semalam, dia selalu membuat jantungku bekerja ekstra. Selalu membuatku terkejut, tegang, dan takut.

Aku hanya diam, menyisir rambutku di depan meja rias. tidak tahu harus berbuat apa lagi. Menunggunya keluar, mungkin? Oh, bukannya dia tadi mengajakku sarapan? Tapi, masa aku hanya memakai Bahtrobe? Pakaianku semalam, tentu saja sudah lecek, bau keringat, dan kotor.

"Pakai pakaianmu. Lalu kita sarapan." Waa, apa dia bisa membaca pikiranku? Hahaha tidak mungkin.

Aku membalik badanku, dan melihat pakaian yang disebutkannya. Sial sekali. Paper bag itu berada di sofa yang sama dengannya. Dan, aku harus mendekat untuk mengambilnya bukan?

Dengan langkah berat dan gugup, aku mendekatinya. Mengambil pakaian yang harusnya aku pakai. lalu, aku teringat sesuatu. "Umm.. Itu.. Ummm.. ak.. saya.. apakah ada-"

"Pakaian dalam?"

"Iya." Dia tahu maksudku.

"Ada di dalam situ. ambillah."

My Story - Aku Dan Suamiku (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang