Revano Junivan Achmad

327 62 18
                                    

Jun panggilannya. Ia adalah mahasiswa semester dua jurusan Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Nasional.

Tinggi, tampan, cerdas, cool mungkin adalah kesan pertama yang akan didapat jika melihat Jun. Namun siapa sangka ia adalah badutnya kampus.

Iya. Ia sangat suka sekali membuat teman-teman, bahkan dosen yang sedang mengajar tertawa. Ia pintar membuat lelucon yang nggak pernah garing. Setiap ada Jun, pasti aura sekitar berubah menjadi aura yang menyenangkan. Intinya dia adalah moodmaker di kelas.

Salah satu hobbynya di kampus adalah ngecengin cewek-cewek dari jurusan lain dan kating. Meskipun ia masih junior di kampus, ia sudah mengenal banyak kating yang sejurusan dengannya, ada juga beberapa yang beda jurusan. Itu karena ia merupakan ketua sementara saat ospek jurusan yang membuatnya dikenal oleh kating.

Selain itu, Jun anak yang pintar, meskipun kelakuannya tidak mencerminkan jika dia anak yang pintar. Jun peraih nilai UN tertinggi saat ia SMK dulu.

Iya, ia dulu bekas murid SMK. Dari sejak SD, ia selalu mengatakan jika cita-citanya ingin menjadi arsitek. Maka dari itu, mama dan papanya menyuruhnya untuk masuk SMK saja alih-alih masuk SMA. Tentunya ia masuk SMK jurusannya bangunan.

Jun pandai bermain alat musik gitar. Waktu SMK dulu ia suka nge-band bersama teman-teman beda jurusannya, yaitu Mingyu, Jeka dan June. Mereka memilih genre folk dan pop sebagai kiblat mereka bermusik. Bukan genre musik keras yang kala itu menjadi genre favorit anak laki-laki pada umumnya.

Satu lagi. Jun lemah terhadap wanita. Ia bisa terlihat seperti kutu yang mati jika wanita yang dia suka berada di dekatnya.

Dan kini ia merasakannya. Bedanya sekarang ia ingin selalu berada di dekat wanita itu. Bukan karena ia menginginkan perasaan wanita itu, tetapi memang berada di dekat wanita itu sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari. Mengingat teman terdekat wanita itu hanyalah Jun.

Wanita itu adalah Yebin. Yebin sebenarnya sudah ia kenal sejak SMK, namun karena mereka beda kelas jadi mereka hanya sekedar saling tahu nama satu sama lain saja.

Baru ketika mereka ternyata melanjutkan sekolah di satu Institut yang sama, mereka mulai dekat. Alasannya karena hanya mereka yang melanjutkan sekolah di institut tersebut.

Ditambah mereka sekarang sekelas, membuat mereka jadi semakin dekat. Seperti kata banyak orang, cinta datang karena terbiasa. Dan Jun pun merasakan itu.

Jun sering mengantar-jemput kuliah. Mengerjakan tugas bersama. Menghabiskan waktu istirahat bersama, tentunya bersama teman-teman Jun lainnya. Yebin seakan menjadi prioritasnya.

Yebin sendiri mengiyakan setiap bantuan Jun, karena why not gitu? Selama Jun nggak keberatan dan itu nggak merepotkan Jun. Namun, yebin masih tahu diri, jika ia bisa mengatasi sendiri, maka ia tidak akan meminta bantuan Jun. Apa lagi Yebin bukan tipe yang bisa langsung akrab sama orang kayak Jun yang sekali kenalan langsung akrab.

Dengan adanya Yebin, Jun punya keuntungan sendiri. Ia menjadi semangat kuliah, semangat menyelesaikan tugas yang selalu datang silih berganti. Yebin pula yang selalu mengingatkan Jun ketika dirinya lupa jika ada jam kuliah.

Jun mengenal orang tua Yebin, karena dirinya yang sering mengantar-jemput Yebin. Yebin juga kenal orang tua Jun ditambah adiknya, Hangyul, karena Jun selalu menyuruh Yebin untuk mengerjakan tugas di rumah Jun saja.

Lantas, apakah dengan yang sudah jun lakukan untuk Yebin, Jun bisa bersama Yebin untuk lebih dari sekedar teman? Atau malah dia harus menerima jikalau Yebin tidak membalas perasaannya?





Magic [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang