Hai aku sempat mendengar kabar tidak mengenakkan, kamu baik-baik saja bukan? semoga selalu begitu. Aku di sini selalu memikirkan tentangmu, apapun tentangmu, entah bagaimana bisa kau menjadi penguasa pikiranku ini. Kamu tidak akan luput dari perhatianku, kemanapun kamu pergi aku akan menemukanmu.
Semua manusia mempunyai keunikannya masing-masing, dan aku akan menjadi diriku ini, menjaga keunikanku. Aku masihlah laki-laki yang sama, mungkin tampilan saja sedikit berubah, namun yang lainnya tak jauh berbeda, masih dengan perasaan yang sama, hanya saja hati ini penuh dengan sayatan yang begitu pedih.
Aku masih percaya dengan keyakinan itu, kau akan kembali pada peluk ini, bibir ini akan kembali pada keningmu. Senyumanmu akan merekah kembali, dan bahagia adalah KITA. Aku masih menunggumu di sini. Aku masih sabar menanti akan hadirmu kembali, kembali ke rumah.
Sementera aku akan menikmati lara, mengarang cerita tentang canda dan tawa, tentang mimpi menjadi nyata, agar tidak terlihat bila sedang patah hati. Melamunkan senyumanmu di antara luka yang begitu ranum, mendamba masa untuk bersua denganmu yang melintas di pikiranku. Berharap esok setelah aku bangun dari mimpi ini, semua menjadi nyata.
Di sini, bukan perih yang aku ratapi, tapi pengertian yang tak kunjung kau beri. Aku tahu sesungguhnya kau mengetahui bagaimana kondisi yang aku alami, namun keegoisanmu membuat seakan tak peduli akan hal yang terjadi.
Tuhan itu maha adil, adil dalam memberi kebahagiaan dan luka. Aku tahu itu, namun aku tidak mengharap kau alami hal seperti yang aku rasakan, aku selalu berdoa yang terbaik untukmu. Malaikat selalu saja memungut semogaku untuk disampaikan kepada tuhan untuk dipertimbangkan sekali lagi.
Semesta semakin menerka, hati pada titik nestapa. Separuhku hilang, separuh yang tak utuh pula. Aku masih bisa hidup, menebarkan canda tawa untuk menutupi luka agar tak terlihat. Tenang aku masih bisa memperhatikanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahit Kopi Diujung Senja
General FictionSejatinya kopi rasanya pahit, namun walaupun pahit kopi tetap layak untuk dinikmati. Banyak filosofi pada setiap cangkir kopi, bahkan banyak orang yang menggunakan kopi sebagai kedok dalam hidupnya. Begitu pula kesedihan yang harus kita nikmati pros...