Malam ini otakku bekerja lebih keras lagi, ah bukan ini sudah pagi rupanya. Dini hari setelah berkutat dengan laporan praktikum perkuliahan kau kembali hadir melintas di logikaku, mambuat perasaan yang tak pernah lepas dari gelisah. Kau ini tidak sopan, tak diundang hadir seenaknya saja.
Entah dorongan dari mana kakiku menuntunku berjalan keluar menikmati udara dini hari dibawah langit dengan butiran berlian di sana, ternyata kau salah satunya. Dengan senyum tenang kau berkata "Semua baik-baik saja", membuatku semakin bingung dengan keadaan ini. Aku sempatkan untuk menuliskan lagi tentang hadirmu yang tidak pernah bisa pergi sedetikpun dari jiwaku.
Otaku selalu saja berpikir keras setiap harinya, di mana saat itu aku mengingat dirimu, membayangkan jika kau berada di sisiku mungkin hariku tidak akan seberat ini. Aku sendiri tidak tahu mengapa seperti ini. Mungkin karena aku telah menjadikanmu poros semestaku. Tatapanmu yang akan selalu mambuatku tenang itu kemanakah? Peluk hangatmu kemana? Canda tawa kita berdua kemana? sungguh aku merindukan itu, sumpah.
Kini saat kita bertemu tak ada lagi tegur sapa. Aku selalu saja mencoba menyapamu, namun kau diam saja seperti tak pernah terjadi apa-apa. Sekarang kita hanya dua orang asing, kau seperti menginginkanku hilang dari dunia ini. Aku tidak akan ke mana-mana, aku masih selalu berpikir bagaimana kita bisa hidup berdampingan layaknya manusia biasa, tanpa ada rasa dendam atau sungkan.
Apa mungkin ada gengsi di antara kita, lalu ego siapa yang sedang diberi makan? Tak perlu sungkan, aku bukanlah seperti mereka yang pendendam yang kemudian mengutuk menjadi apapun yang dia mau. Paling tidak berikan sedikit senyummu, itu akan sedikit meredakan sakitku.
Di sini aku selalu memikirkanmu, dalam banak selalu bertanya. Dia sedang apa ya sekarang? Dia bagaimana ya makannya? Dia memikirkanku juga atau tidak ya?. Setiap hari aku selalu bertanya-tanya. Dan percayalah aku selalu mengucap selamat makan untukmu setiap aku juga makan, entah makan atau tidak. Aku selalu mengucap selamat tidur di waktu biasanya kau mulai memejamkan mata dan yang pasti mengucap mimpilah yang indah, aku tunggu. Kamu adalah mimpiku dan mimpiku adalah kamu. Salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahit Kopi Diujung Senja
General FictionSejatinya kopi rasanya pahit, namun walaupun pahit kopi tetap layak untuk dinikmati. Banyak filosofi pada setiap cangkir kopi, bahkan banyak orang yang menggunakan kopi sebagai kedok dalam hidupnya. Begitu pula kesedihan yang harus kita nikmati pros...