Fanservice

5.7K 423 173
                                    

Dear fangirls, pernahkah kalian membayangkan bagaimana perasaan pacar asli idola kalian ketika melihat mereka bermesraan dengan orang lain demi kalian?

***

Semua bermula dari keputusan besar Arthit untuk menerima tawaran mengisi variety show sebagai anggota (semi) permanen.

"Roommate? Ini variety show baru ya?" tanya Kongpob saat mereka berdua makan malam, "kenapa agensimu terkesan memaksamu untuk ikut? Biasanya ia memberikanmu kebebasan untuk memilih acara kan?"

"CEO-ku baru membeli saham dari stasiun televisi mereka," Arthit menjawab sedikit tak jelas karena ia terlalu sibuk makan—"kunyah dulu makananmu, duh!"—"dan sepertinya ia ingin agar artisnya lebih banyak tampil di televisi."

"Oh," Kongpob mengangguk sambil mengusap mulut Arthit yang terkena saus. Ia tahu Arthit kadang sengaja melakukan itu agar Kongpob membersihkannya. Dasar manja sok cuek, "dan acara ini tentang?"

"Beberapa artis yang tinggal bersama di satu rumah," jelas Arthit lagi, "mengingat ini acara baru, kurasa mereka memang casting para artis yang cukup terkenal."

"Jadi kau merasa terkenal?" goda Kongpob, "percaya diri sekali."

"Tentu saja," sergah Arthit angkuh, "kau tidak baca artikel di Daradaily pagi ini? Aku masuk dalam daftar produser dengan hak cipta terbanyak tahun ini!"

"Baiklah, Tuan Produser Jenius," Kongpob menyangga dagunya dengan tangan kanan, "sepertinya jika kita pensiun sekarang dan menikah, aku tidak perlu takut jatuh miskin ya?"

"Menikah? Ha!" cibir Arthit, "sugar daddy macam apa kau, mengandalkan penghasilan dari baby-mu sendiri?"

Kongpob tergelak, "teman-temanmu masih menggodamu soal sugar daddy?"

Arthit memutar mata, "ini salahmu! Kenapa kau membelikanku Bentley sebagai hadiah ulang tahun?!"

"Kau yang bilang ingin Bentley."

"Maksudku untuk kubeli dengan uangku sendiri! Astaga, Kong," Arthit menggelengkan kepalanya tak mengerti, "kau benar-benar seorang pangeran, eh? Dulu yang meminta penthouse saat kita memutuskan tinggal bersama juga kau."

Sebenarnya wajar saja Arthit berpikiran begitu. Berbeda dengan Arthit yang benar-benar harus menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya pensiun, Kongpob memang terlahir dari keluarga kaya pemilik perusahaan warehouse terbesar di Thailand. Bahkan sejak Kongpob memutuskan untuk mengejar impiannya menjadi seorang idol alih-alih membantu bisnis keluarga, ayahnya membeli saham dari beberapa agensi dan media.

"Untuk jaga-jaga jika ada yang kurang ajar padamu." jawab ayahnya ketika Kongpob bertanya (atau lebih tepatnya protes) alasan beliau melakukan itu. Sebenarnya sih langkah itu sampai sekarang belum dibutuhkan karena sepak terjang Kongpob sebagai National Boyfriend luar biasa bersih sempurna.

"Aku bukan pangeran," Kongpob mendekatkan wajahnya ke Arthit, "aku hanya pegawai istana yang selalu berusaha membuat rajaku bahagia."

Arthit mengerjap sebentar. Otaknya memang selalu lelet setiap Kongpob menjadi mushy seperti ini. Kemudian ia mendengus keras, "jijik."

Lelaki genit di depannya itu malah tertawa, "lagipula serius deh; aku kadang tidak tahu mau kuapakan uangku. Pertama kali aku mencoba memberikan penghasilan pertamaku kepada orang rumah, mereka malah mengembalikannya hampir dua kali lipat dan menyuruhku membeli properti atau semacamnya. Mereka tidak butuh uangku."

"Aish, anak ini." Arthit menjitak pelan kepala Kongpob, "gunakan uangmu untuk sesuatu yang lebih berguna, yang bisa kau gunakan untuk masa depanmu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

So, Who's Gonna Tell Them?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang