23

100K 12.5K 1.9K
                                    

"Assalamualaikum, Arlita," ucapan salam pertama yang Revan berikan untuk Arlita, masih terngiang di telinga Arlita.

"Arl, lo kok ngelamun sih? Udah ngerti belum?" tegur Revan saat melihat Arlita malah menatap lurus ke depan bukannya ke arah buku tulis yang sedang dia isi dengan berbagai rumus yang kalau kata Dika adalah rumus mematikan.

"Udahan aja Van belajarnya percuma si Arlita pasti nggak akan bisa konsen. Sekarang kayanya dia lagi mikir tentang kejadian dua jam yang lalu, itu tuh nyata apa nggak," sahut Rio yang duduk di atas sofa, tepat di belakang tubuh Arlita yang duduk di atas karpet tebal.

"Ih Kak Rio apaan sih," sadar kalau Kakaknya sedang menggodanya Arlita langsung memukul Rio dengan tempat pensil bergambar bunga matahari miliknya.

"Udah ngaku aja. Mumpung ada Revannya tanya langsung yang tadi tuh cuma mimpi apa kenyataan?"

Revan hanya diam, memperhatikan Rio yang terus-terusan menggoda Arlita.

Setelah puas menggoda adiknya Rio beranjak dari posisi duduknya, "Oh iya Van malam ini lo mau nginep apa nggak?"

Revan menggeleng.

"Yaudah kalau gitu sekarang lo pulang! Udah malem nih. Gue dah ngantuk banget."

"Kak Rio kok ngusir Revan sih?" protes Arlita tidak terima saat Rio menyuruh Revan pulang.

"Udah malem Tha. Kakak ngantuk banget, nggak sanggup lagi nungguin kalian belajar."

Arlita menekuk wajahnya.

"Iya Arl udah malem. Insyaallah nanti istirahat pertama kita lanjut lagi belajarnya. Ulangannya setelah istirahat pertamakan?"

Arlita mengangguk. Hatinya diliputi oleh perasaan senang, bukan karena besok Revan akan kembali membantunya belajar untuk ulangan matematika namun hatinya diliputi oleh perasaan senang karena mendengar Revan mengucapkan kata Insyaallah. Hanya itu, namun tidak tahu kenapa membuat hatinya serasa dipenuhi oleh bunga yang bermekaran.

"Yaudah gue pulang dulu yah. Assalamualaikum Arlita," ucap Revan yang sudah berdiri dari posisi duduknya.

"Waalaikumsalam," jawab Arlita sambil tersenyum tipis.

"Sama Arlita aja nih ngucapin salamnya. Sama gue nggak?" goda Rio, senang rasanya menggoda Arlita dan Revan. Dua bocah polos bikin gemes.

Revan langsung tertawa, "Iya gue juga bakal ngucapin salam sama lo. Assalamualaikum Kak Rio."

"Waalaikumsalam calon adik ipar," jawab Rio sambil merangkul bahu Revan, mengabaikan wajah terkejut Revan dan wajah merona Arlita, "Ayo gue anterin sampe depan mobil takutnya nanti lo nyasar!" cepat-cepat Rio mengiring Revan keluar rumah kalau tidak bisa-bisa dia kena amuk Arlita.

"Lo bener-bener niat banget ngusir gue Kak." ujar Revan setelah dapat meredam keterkejutannya, sekilas dia menoleh ke arah Arlita yang masih duduk di atas karpet.

"Inget Van jaga pandang! Ingetkan lo sama Qur'an surah An-Nur ayat 30?"

Revan mengangguk, lantas dia membacanya,

قُلْ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُـضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ۗ ذٰ لِكَ اَزْكٰى لَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَـعُوْنَ

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur 24: Ayat 30)

HUJAN | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang