15. Kenapa?

18 2 1
                                    

Cuit... cuit... cuit
Menggeliat.
Apa ini? Masih malam?
"Ara....!!!!!"

Suara siapa itu.
Dengan perlahan mataku terbuka. "Hah.... udah pagi? Aku telat." Dengan spontan aku terkejut dan melompat dari tempat tidur. Dengan cepat aku mandi dan menyelesaikan sarapan ku.
"Gimana sih ma kok aku nggak dibangunin."
"Apanya yang nggak, mama udah teriak-teriak dari tadi tapi kamu belum bangun juga."
Baru kali ini aku telat bangun. Sampai-sampai harus melakukan semuanya dengan ekstra cepat.
"Aku berangkat. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."

Tap...tap..tap
Suara langkah kaki ku terdengar jelas ditelinga. Keringat mulai bercucuran. Meskipun pagi ini sangat dingin, angin berhembus kencang, namun dengan keadaan seperti ini sama saja tidak terasa sejuknya. Tanpa peduli pada kendaraan yang lalu lalang aku terus saja berlari.
"Tunggu......!"
Tepat didepan gerbang sekolah aku berhenti mengambil nafas
Huh...huh..huh
"Neng kenapa."
"Kenapa gimana sih pak. Udah tau saya telat."
Setelah aku mengontrol nafasku aku pun segera masuk dan menuju ruang kelas.
Koridor-koridor sekolah sudah mulai sepi. Siswa siswi sudah masuk ke kelasnya masing-masing.
"Mampus.. telat banget ini."

*Brak*

Dua anak yang duduk dibelakangku terkejut.
"Ara? Kamu telat nih."
"Kok bisa sih."
"Jangan banyak bicara. Untung saja gurunya belum datang. Tuhan masih ada dipihak ku. Fiuh~"

Semuanya terasa nyaman..
"Hei apa kamu sibuk?" Ucap Pram.
"Seperti biasalah."
"Boleh aku duduk disebelahmu?"
"Pfftt..." *ceplak
"Apa-apaan. Ini badan sakit jadinya."
"Habis lo kayak orang baru kenal aja sih Pram. Pake gaya nanya kayak gitu biasanya juga langsung duduk terus gangguin gue."
"Yee... itu kan si Irvan." Dengan nada sedikit kesal

Dia adalah keluarga kedua ku. Dia seperti seorang kakak, sepupu, dan teman  dia segalanya. Dia yang paling dewaasa diantara kami, yah mesikupun sesekali dia terlihat bodoh dihadapan kami.

***

"Maaf, aku tidak bisa pulang bersama kalian. Aku harus pulang duluan."
"Siapa juga yang mau pulang bareng kamu."
"Oh sori aku berharap ketinggian." Dengan kesal aku memalingkan pandanganku.
"Hahah dia becanda kok." Ujar Arin menengahi.
"Memang kenapa? Kok tumben pulang duluan. Biasanya juga menunggu kami, meskipun ketika kami ekstra." Pram mulai penasaran.
"Hanya melakukan pekerjaan kecil." Jawabku santai.
"Jangan... jangan."
"Jangan-jangan apa woi. Kalau mau bicara pikir dulu van."
"Ah iya... gue peka gue peka. Kita satu pemikiran van. Jangan-jangan lo mau ketemuan sama dia ya." Ucap Arin menambahi.
"Hah '-' sependek itukah pemikiran kalian."
"Pftt... ahahahha." Bukannya malah membela si Pram malah asik ketawa. Apanya yang lucu.
"Aku pulang duluan mau ke toko buku sama supermarket. Mau belanja buat makan malam nanti. Tadi mama nggak masak."
"Oh... ya kirain ajah."

Untung saja hari ini tidak terlalu melelahkan jadi aku tidak terlalu capek. Karena hari ini aku harus pergi ke dua tempat. Untungnya searah. Bersyukurlah Ara.

"Buku...buku..buku. perasaan toko buku ini sedikit berbeda ya. Lebih bagus. Mungkin diperbaiki."

"Bukunya harganya Rp. 45.000 mbak."
"Ini pak terimakasih."
"Kyaa... akhirnya seri volume keluaran terbaru dari manga Tokyo Ghoul gue udah beli. Muah muah beruntungnya diriku. Inikan edisi terbatas masih promo hihihi..."

Kulanjutkan perjalanan ku. Apakah nggak bisa ini udaranya sejuk sedikit. Panas sekali. Mau beli minum tapi uangnya cukup untuk membeli mie instan buat makan malam nanti. Tahan...tahan.

Kring... Selamat datang, selamat berbelanja.

*Muter *muter *muter
Lah ini kok aku cuma muter- muter sih. Bagian mie instannya mana. Masa pindah.

Kuputuskan bertanya pada salah satu pegawai supermarket.
"Permisi mas ini mie instan sebelah mana ya?"
"Oh disini mbak ayo ikut saya."
"Terimakasih.''
"Sama-sama"
Aduh disini ternyata. Padahak tadi sudah nyari disini. Gak konsen kali pas nyari tadi... *ngedumel sendiri

Berjalan menuju kasir.
"Semuanya Rp 20.000."
"Ini mbak."
"Hari ini aniversary supermarket ini jadi bonus gantungan kunci."
"Wah makasih mbak. Kya... udah dapat seri volume manga terbaru. Dapat gratisan gantungan kunci pula. Ahh ini lebih bagus kalo ada kiritonya nih. Biar couplean.. ya udah mbak makasih."
"Iya sama-sama." '-' dengan polos dan serba tidak mengerti mbak-mbak pegawai membalas ucapanku sedemikian rupa. Mungkin pikirnya siapa kirito? Anak pak kades? Hahaha. Entah apa yang kubicarakan tadi masuk ke otaknya atau tidak hahaha...
Berjalan sendirian, ngomong sendirian mungkin posisis ku saat ini seperti orang gila.
Aahh hari ini hari yang mengesankan. Mungkin saat ini lucky hahah. Yah meskipun begitu tetap saja sungguh menyenangkan. Ingin rasanya aku berteriak dan menunjukkan kesenanganku hari ini hahaha...
Tiba-tiba...

"Hai mbak kamu jones ya kok jalannya sendirian. Mau abang temenin."
"Sialan dia menggodaku tapi pake nyindir segala. Perkataanya menyakitkan." Dalam hati aku bicara.
Aku hanya mengabaikannya.
"Mbak kok cuek sih. Mbaknya cantik banget loh."
"Bang mau apa sih. Aku mau pulang."
"Saya anterin ya mbak."
"Nggak usah bisa sendiri saya bukan bayi."
"Mbak cantik-cantik kok menyebalkan."
"Emang kalo menyebalkan abang mau apa."
"Abang suka deh sama mbak."
Aku mundur dua langkah kemudian ku lepas tas ku. Ku taruh tas dan belanjaan ku dipinggir.
Lalu... *Buak *Brush...
*Brak...
"Jangan ganggu orang lewat." Sambil memberikan tatapan tajam.
"Awas lo." *Buak
*Seet... "sori meleset bang mata lo rabun kali makanya nggak kena."
"Buak *gedubrak tubuh preman itu terlempar dan mengenai tempat sampah pinggir jalan. Merasa kesakitan akhirnya dia pun kabur.
"Cih merepotkan." Ku ambil kembali tas dan belanjaan ku dan berjalan bergegas pulang.
Tap tap tap... aw rasanta ada yang aneh dengan kaki ku  sakit, kenapa? Apa tadi aku kena serangan dari preman itu.
Hah kakiku lebam. Mungkin karena tadi. Aw sakit.  Ah sudahlah.
Beberapa langkah kemudian.
Tanganku seperti ada yang menarik. Siapa?
"Muka bonyok-bonyok? Habis ngapain? Kejedot pintu?"
"Haha Yu yus.... sejak kapan kamu disini."
Jangan sampai jangan sampai dia tahu kalau aku habis berantem sama preman. Kumohon semoga dia tidak curiga dengan alasan yang aku buat... "Emm... iya tadi aku kesandung jadinya jatuh. Luka deh mukanya."
"Kok bisa sih ceroboh banget. Ayo ikut aku." Dia menarik tanganku dan berjalan agak cepat namun dengan kaki ku yang sakit mana mungkin aku bisa berjalan sempurna seperti sebelumnya. Ini memang sakit. Jadi aku berjalan perlahan sambil *pincang* '-'

"Ayok cepetan dikit."
"Gila nih cowok nggak peka amat udah tau jalannya kek gini masih aja suruh cepet-cepet. Tapi untunglah dia nggak tau." (Berbicara dalam hati).
"Didepan ada kursi duduk dulu ya disitu."
"Oh baiklah..."
Dia mengeluarkan sesuatu dari tas nya. Oh ternyata itu sebuah plester luka. Tapi buat apa? Apa dia juga luka seperti ku?
*tempel
"Eh...?"
"Itu luka sakitkan pasti, jadi aku kasih ini."
"Oh iya makasih. Sstt.. aduh."
*Duk
"Ssss....Aaaa sakit sakit sakit (pukul pukul) Aw sakit. "
"Sudah kuduga. Boleh kulihat."
"Kenapa sih harus pake tendang kaki gue juga. Iya boleh."
"Tadi itu nggak nendang cuma nyentuh aja dikit."
"Tapi kan pake sepatu jadinya kerasa."
"Iya maaf... jadi ini kenapa lagi?"
"Kan tadi aku udah aku bilang. Jatuh."
"Katanya kesandung kok kaki sampai lebam begini?"
"Hadeh. Sebenernya tadi itu aku kesandung tapi cuma lecet dikit terus pas istirahat aku ditabrak sama anak lain dan aku jatuh kaki ku masuk ke selokan. untung aja nggak ada airnya"
"Parah banget sih.. sini aku obatin. Untung ajah aku bawa P3K. Makanya hati-hati dong. Ceroboh banget sih." Menatap ku dari bawah. Tanpa sengaja kita saling bertatapan.
"Ehem.. kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Lo dateng tiba-tiba."
"Gue kebetulan jalan lewat sini. Terus ketemu sama lo."
"Terus kenapa lo bantuin gue? Ngobatin luka segala? Padahal cuma kecil kayak gini."
"Luka kecil?" *ctik
"Aw sakit tau."
"Gini dibilang luka kecil? Di sentil ajah usah kesakitan. Kenapa menolongmu ya? Hhmm... Ya karena menolong seseorang itu tak butuh alasan. Sama aja dengan cinta. Mencintai seseorang juga nggak butuh alasan."





Maaf setelah hiatus beberapa saat eh beberapa bulan berbulan bulan :v bertahun tahun :v
Dih alay yak :'v akhirnya saya punya niatan nerusin novelnya. Maaf absurd gk nyambung ya pasti ya sori ini gara-gara udah lama gak nulis sih. Semoga ini semua cepat berakhir.
~OkazakiF~

Cinta diatas KebimbanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang