1. Monsterday

50 3 0
                                    

"Kamu Naila?". Cowok itu mengayuh sepedanya pelan berusaha mengiringi langkah kaki Naila.

Cowok itu tersenyum lebar kearah gadis yang bernama Naila itu. Naila hanya memutar bola matanya malas dan menatap sengit cowok yang ada disampingnya. 

"Gue ramal, lo bakalan telat karena ini udah jam 6.45 hahaha..." Zidan terbahak keras dan bergegas meninggalkan Naila yang sedang berjalan sendirian.

"Heh! Awas lo ya!". Naila berteriak kepada Zidan. Zidan yang masih terbahak menoleh kebelakang dan menjulurkan lidahnya kearah Naila.

Naila pun bersungut – sungut mengucapkan sumpah serampah kepada Zidan yang berani - beraninya menertawainya. 

Naila berjalan dengan santai menatap kepergian Zidan yang perlahan - lahan menghilang dari pandangannya. 

***

Di Sekolah

'Hiduplah Indonesia Raya...' 

Zidan mengernyitkan kedua matanya ketika melewati salah satu sekolah SD yang jaraknya tidak jauh dari sekolahannya.

"Anak SD lapangannya kecil banget, kasian sampe desek - desekan gitu." Gumam Zidan pelan.

Zidan menatap prihatin kearah siswa - siswa SD yang sedang berbaris dilapangan.

"Wait? Itu... anak SD... u... pa... cara?"

Zidan membelalakkan matanya dan menepuk jidatnya "Anjir, jam tangan gue mati?"

Dia bergegas mempercepat lajunya.

***

"Zidan rese banget sih!" Umpat Naila kesal.

Dia berjalan sambil menendangi setiap benda yang ada didepanya. Naila terjatuh ketika menendang kaleng minuman. Kakinya tergelincir hingga dia tersungkur di trotoar.

"Awh..." Ringis Naila.

"Lo gapapa?" Ucap seseorang sambil mengulurkan tangannya ke arah Naila.

"Kak Radit... ga... gapapa kok." Balas  Naila.

"Bentar lagi masuk. Lo bareng gue aja. Daripada telat sendirian. Udah jam segini soalnya." Tawar Radit.

Naila menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal sambil menampilkan cengiran khas nya. "Okedeh kak... Setidaknya aku gak telat  sendirian hehe."

"Yuk." Radit menggandeng pergelangan Naila dan menariknya ke arah motornya.

Jantung Naila berdetak tak karuan. Diam - diam dia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rona merah dipipinya.

***

Zidan mengerem sepedanya ketika dia sudah berada didekat  sekolah. Namun remnya mendadak blong hingga sepeda kesayangannya menabrak pagar sekolah. 

Zidan tersungkur ke tanah. Dia meringis kesakitan karena siku tangannya berdarah.

"Lo ngapain kelesetan didepan gerbang?"

Zidan menoleh ke sumber suara tersebut.

"Lo gak liat gue lagi jatoh?" Balas Zidan dengan kesal.

Radit menahan tawa melihat Zidan tersungkur didepannya.

"Hahahaha... Rasain lo. Makanya jangan suka ngeledekin gue, karma tuh karma." Sahut Naila.

Zidan bergegas berdiri dan membersihkan bajunya yang kotor.

"Heh kalian! Kalian terlambat ya?" Teriak seseorang yang berada di dekat pos satpam.

"Eh pak Budi..." ucap ketiga siswa tersebut serempak.

"Masuk! Tapi kalian harus ikut saya ke pos sebentar." Perintah Pak Budi.

"Siap pak!"

***

Di Aula Sekolah 

"Sini, biar gue aja. Lo cewek masa angkat - angkat berat." Sahut Radit sambil meminta ember yang berisi air yang dibawa Naila.

"Eh... Gak usah kak gapapa." Tolak Naila halus.

"Halah manja!" 

"Apasih lo. Maaf kak, aku bisa sendiri."

Naila merebut kembali ember yang ada ditangan Radit. Dia berjalan dengan mengentak - hentakkan kakinya melewati Zidan. 

"Jangan lewat sit-" Zidan menarik tangan Naila kearahnya.

"Eh..." Naila terpeleset dan jatuh bersama Zidan.

"Aduh. Sialan. Baju gue basan anjir." Umpat Zidan.

"Naila... Eh lo malah mentingin baju, Naila pingsan!" Ucap Radit.

Radit bergegas menggendong Naila ke UKS.

"Yah gue ditinggalin."

***

"Ssstt... Dan... Lo dipanggil bu Dina." Ucap Aldi, teman sebangku Zidan.

"Dan..." Panggil Rado dari belakang. 

"Eh ni anak kesambet setan atau gimana? Abis kena hukum diem mulu." Bisik Aldi ke Rado.

Menyadari siswa yang Bu Dina panggil tidak memperhatikan panggilannya. Bu Dian berjalan menuju bangku Zidan.

"ZIDAN!" Teriak Bu Dian.

Zidan tersadar dari lamunannya dan spontan berkata "Eh iya Naila gapapa kan?"

Sontak gelak tawa seisi kelas pun pecah. 

"Zidan, kalau kamu tidak mau mengikuti pelajaran saya! Silahkan keluar!"

"Eh iya bu. Hehe... Makasih." Zidan berdiri dan menyalami Bu Dian lalu bergegas pergi dari kelas tanpa menghiraukan Bu Dian yang melongo keheranan melihat kelakuan Zidan. Dia berkata seperti itu berniat mengancam Zidan agar dia bisa fokus belajar. Tapi seorang Zidan diancam dikeluarkan dari kelas fisika? Itu adalah anugerah terbaik bagi Zidan.

***

Zidan berjalan menelusuri koridor menuju ke kantin.

"Kok gue jadi kasian ya sama Naila." Batinnya.

Zidan menghentikan langkahnya dan menyadari sesuatu.

"Gue? Kasian sama Naila?" 

"Hahahaha GAK MUNGKIN." 

***




Next?



ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang