4. Pulang Bareng

36 2 0
                                    

Pagi ini Naila bangun lebih awal. Dia berencana untuk berangkat lebih pagi.

"Non. Baru jam setengah 6 udah mau berangkat?" Tanya Bi Ira.

"Ssttt... Bibi jangan kenceng - kenceng. Ntar papa denger. Naila ada kegiatan disekolah. Harus berangkat pagi." Jawab Naila sambil berbisik - bisik.

"Oh gitu... Non gak sarapan dulu?"

"Enggak bi. Naila berangkat duluan ya. Assalamu'alaikum." Naila bergegas menyalimi bi Ira dan pergi meninggalkan halaman rumahnya.

Naila berjalan menuju depan kompleks. Dia sesekali melirik jam tangannya.

'Masih jam segini. Gue kemana dulu ya.' Batin Naila.

Naila mengecek ponselnya. Dia mencoba menelfon Tiara.

"Iya Na?"

"Ra ntar gue nebeng ya. Gue udah di Alfa deket rumah lo nih."

"Buset masih jam 6 kurang Na. Gue aja belum mandi."

"Gapapa. Gue nyantai kok. Gue juga masih nge - mie disini."

"Lo kabur lagi?."

"Iya nih. Si lampir lagi dirumah. Jadi gue kabur duluan deh."

"Huh. Na... na... okedeh gue mandi dulu. Ntar gue bawain sandwich buat lo sarapan lagi."

"Okesip. Terbaek dah haha."

Naila mengakhiri panggilannya dan memasuki alfa untuk membeli mie instan. Lalu dia memakan mie itu di kursi yang ada didepan alfa.

Naila mengambil headset di tas nya. Dia mulai menyalakan radio di ponselnya.

Iya. Itu adalah hobby Naila ketika dia merasa kesepian. Semenjak mama nya meninggal. Naila selalu merasa sendirian meskipun dia berada di tempat yang ramai.

Semua berubah sejak hari itu. Hari dimana mama nya meninggalnya untuk selama nya dan kakaknya meninggalkan rumah hanya untuk mengikuti perintah tantenya, tante Dasih.

Hari ini Naila sengaja berangkat pagi karena dia tidak mau sarapan pagi bersama tante dan kakak nya yang sedang menginap dirumahnya untuk beberapa hari.

***

Sekitar satu jam Naila menunggu Tiara datang. Dari seberang jalan Naila melihat Tiara dengan motor scoopy merah kesayangannya melambaikan tangan kearah Naila.

"Na..." panggil Tiara.

Naila berjalan menuju ke arah Tiara. Dia bergegas menaiki bagian belakang motor Tiara dan mereka berangkat bersama.

***

"Na... Maura juga dirumah lo?" Tanya Tiara.

Naila menghela nafas gusar.

"Iya nih Ra. Sama tante lampir juga. Heran gue. Betah banget mereka ganggu hidup gue."

"Ntar lo yakin mau pulang ke rumah?"

"Entah Ra... Gue pengen kos aja deh. Terus gue hidup sendiri. Kerja jadi apa kek gitu." Dengus Naila frustasi.

"Lo nginap dirumah gue aja."

"Enggak ah. Gue pulang aja deh Ra..."

"Lo yakin?"

"Iya gue yakin."

Tiara menatap lesu ke arah sahabatnya. Dia merasa prihatin dengan hidup sahabatnya. Dia tidak bisa banyak membantu Naila selain tetap berada disampingnya. Karena Tiara paham. Selama ini Naila kesepian. Dia butuh seseorang yang selalu ada untuknya.

"Na... nih. Mama gue bikinin lo sandwich nih." Ucap Tiara sambil menyodorkan kotak makannya.

Naila tersenyum ke arah Tiara. Dia membuka tutup kotak makan itu dan mencium bau sandwich nutella kesukaannya.

"Makasih ye nyak. Bilang ke Bu Riska. Sandwichnya enak. Hehe." Ucap Naila sambil menggigit ujung sandwich itu.

"Heleh. Lo mah. Yang gratis pasti enak haha."

Naila hanya menyengir dan menikmati makanan kesukaannya itu.

***
Hari ini waktu berjalan cepat sekali. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Bel pulang pun sudah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas.

Naila berjalan gontai melewati koridor kelas 11. Dia bingung harus pulang kemana. Hari ini Tiara tidak bisa menemaninya seperti biasa. Akhirnya Naila memutuskan akan pergi ke toko buku langganannya.

'Kok gak ada kendaraan yang lewat ya.' batin Naila ketika di halte.

"Na..."

Naila menoleh kearah sumber suara itu dan menatap orang itu malas.

"Lo ngapain?" Tanya orang itu.

"Lo gak lihat gue lagi duduk di halte. Lo pikir aja sendiri biasanya orang di halte nungguin apaan!" Jawab Naila ketus.

Orang itu terkekeh mendengar jawaban Naila.

"Oh... lagi nungguin gue..." Jawab orang itu santai.

Naila menautkan kedua alisnya dan menatap heran kearah Zidan.

'Ini anak gak jelas banget'.

Zidan duduk disamping Naila dan tersenyum kearah Naila.

"Lo ngapain duduk disini? Jauh - jauh sana." Usir Naila.

"Galak amat sih. Eh Na... lo gak pengen nebeng gue?."

"Idih ogah. Mending gue nungguin angkot disini."

"Yakin? Eh Na... liat deh orang - orang itu." Zidan menunjuk kearah beberapa gerombolan laki - laki berjaket hitam yang duduk diatas motor mereka masing - masing di pertigaan dekat halte.

"Mereka liatin lo terus tuh. Lo gak takut? Udah jam setengah 5 loh. Jam segini mah mana ada angkot yang lewat." Ucap Zidan sambil mengeluarkan smirk nya.

Naila menatap ngeri ke arah gerombolan laki - laki itu.

"Gue semalem lihat berita. Ada anak SMA pulang sendirian. Jalan kaki. Diculik preman. Terus dijual." Ucap Zidan.

Naila bergidik ngeri "Ih lo serius?"

"Kalo lo ga percaya. Baca aja di internet. Gue mah ngapain bohong."

Naila memincingkan matanya. Dia menatap Zidan curiga.

"Enggak! Gue nunggu angkot aja!"
Tolak Naila mentah - mentah.

"Oke..." Zidan tersenyum kearah Naila.

"Lo lihat yang rambutnya gondrong. Dia liatin lo terus tuh. Yaudah ya. Gue pulang duluan." Zidan beranjak dari halte.

"Dan... Tunggu..." Zidan menghentikan langkahnya.

"G-gue... nebeng lo aja ya." Lanjut Naila.

***

~ZIDAN~

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang