7. Papa

30 3 0
                                    


Naila mengenakan dress pink yang dibalut blazer warna mocha yang membuatnya terlihat cantik. Zidan mengenakan satu pasang baju formal senada dengan Naila. Mereka yang biasanya terlihat kurang rapi, saat ini berubah drastis. Dandanan yang formal membuat mereka terlihat sedikit dewasa.

"Lo sengaja pilih baju yang sama ya kayak gue?" Ucap Naila sambil cemberut.

"Ck... Tinggal pakai aja padahal." Sindir Zidan halus.

Mereka terlihat serasi malam ini. Yah... meskipun sebenarnya mereka adalah sepasang kucing dan tikus di sekolah. Tetap saja, sebenarnya mereka adalah pasangan yang cocok. Em... bukan pasangan, tapi entah mengapa memang serasi saja.

Naila melihat sekelilingnya ada banyak hidangan yang membuat matanya seketika berbinar. Zidan menggandeng tangan Naila. 

"Lo cantikan pakai topeng gini deh." Bizik Zidan.

"Terserah. Tumbenan acara bokap lo pake topeng gini?"

Zidan tersenyum miring. "Biasa, ide si lampir."

Naila mengernyit bingung.

"Percaya ga percaya, calon mama tiri lo, itu selingkuhan papa gue."

Naila mematung. "Lo... serius?"

"Iya... mungkin."

Naila menjitak dahi Zidan. 

"Anjir kirain beneran."

"Tapi lo tau kan apa maksud gue ngajak lo kesini?"

Naila mengangguk paham. Bu Dasih memang bukan selingkuhan Viko papa Zidan, tapi entah ada apa dengan mereka. Bahkan di ulang tahun Viko kali ini, istri kedua setelah perceraiannya dengan ibu Zidan tidak muncul. Malah Dasih lah yang senantiasa mengekori Viko kemana pun Viko pergi.

---

"Lo mau tidur di rumah gue aja?"

Naila menoyor kepala Zidan. "Enak aja lo."

"Lo tidur di rumah gue. Bukan sama gue. Gak usah GR deh."

Naila menghiraukan ucapan Zidan dan masih menatap pintu utama rumahnya dengan ragu. 

"Lo ikut gue aja gapapa. Mama pasti ngizinin".

Naila menggeleng. Naila melepas seatbelt nya dan menarik nafas dalam. Kali ini Naila tidak boleh lari. Dia harus mecoba menghadapi. Karena jika Naila terus lari, mungkin Naila tidak akan bisa menjaga papa nya dari rencana jahat Bu Dasih.

"Dan... Gue balik aja. Gue... Gak mau lari lagi kali ini."

Naila melangkah gusar menuju rumahnya. Lampu ruang tamu sudah dimatikan, namun papa Naila masih sibuk menonton TV yang entah apa acaranya. 

"Dari mana aja kamu?"

Naila berhenti. Dugaannya benar, papa nya pasti belum tidur.

"Ulang tahun om Viko sama Zidan."

"Papa itu mau ngajak kamu ketemu sama Daren da Om Ivan."

Naila mematung mendengar nama Daren disebut. Lagi - lagi dia menghembuskan nafas berat. Naila lelah, bukan hanya fisiknya. Namun juga batinnya. Naila merasa menjadi boneka yang bisa digunakan papa nya untuk menemui rekan bisnis. Naila tidak pernah membantah. Namun kali ini, kenapa harus dia yang telah membuat Naila hancur?

---

Minggu, adalah salah satu hari yang paling membosankan untuk Naila. Sejak mama nya meninggal, Maura dan Tante Dasih selalu menginap di rumah Naila. Mereka sangat pintar mengambil perhatian Bisma, papa Naila.

Kadang Naila sangat ingin mengulang waktu. Naila ingin menghabiskan minggunya dengan membuat brownis kukus dengan mama nya, membaca novel, tidur siang didepan ruang TV bersama, jalan - jalan sore hingga makan malam diluar setiap minggu.

Namun sekarang Naila hanya bisa bermain ponsel diatas kasur sambil mendengarkan penyiar radio kesukaannya. Berkali - kali sahutan bibi didepan yang membawakan sarapan untuk Naila tidak ditanggapi sama sekali. Akhir - akhir ini Naila merasa lelah dan ingin sekali menyusul mama nya.

Naila mengetikkan beberapa kata di ponselnya untuk bibi.

"Bi, aku semalem begadang, aku ngantuk. Jangan diganggu sampe aku bangun."

Naila mematikan ponselnya dan memejamkan matanya.

------



Pendek ya? Lagi stuck wkwkwk.

Oke jadi aku nemu visual yang cocok buat pemerandi cerita ini.

1. Naila - Andira Hadley

2. Zidan - Risky BS

3. Daren - El Rumi

4. Tiara - Beby Tsabina

5. Lainnya? Besok - besok aja.

Fotonya mana? Menyusul wkwkwk. 

Happy Reading.

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang