2. Heran

47 3 0
                                    

"Cewek tuh gitu ya. Tadinya ngatain cowok gak mau ngalah. Giliran yang cowok udah ngalah aja, sok - sok an gak mau." -Zidan

***

Pagi ini Naila terlihat sibuk membawa properti story telling yang akan dia gunakan dalam perlombaan akhir pekan ini. Dia terpilih menjadi salah satu perwakilan sekolah yang akan berlomba di Universitas ternama di Jakarta.

Naila sangat senang jika dia mendapat tugas untuk mengurusi ekstrakulikuler yang dia banggakan itu. Dia sangat aktif mengikuti perlombaan diluar sekolah. Untuk itu dia seringkali mendapatkan dispensasi saat jam belajar mengajar. Ini merupakan kesempatan bagus bagi Naila untuk menghindari beberapa mata pelajaran dikelas yang tidak dia sukai.

"Heh awas..."
Naila menoleh kearah sumber suara yang dia rasa, dia lah yang sedang dipanggil.

Naila terkejut mendapati bola basket yang mendarat tepat di kepalanya.

Naila terjatuh dan... Pingsan.

***

Naila menerjapkan matanya berkali - kali. Dia mengernyit bingung ketika mendapati ada seorang laki - laki yang duduk disamping ranjangnya sedang membaca buku. Naila menyentuh jari orang itu dengan telunjuknya.

"Eh udah sadar? Lain kali kalo mau jalan matanya dipasang. Nyusahin orang aja bisanya." ucap laki - laki tersebut.

Zidan meletakkan bukunya dan membisikkan sesuatu ke Naila "Thanks ya." 

Naila mengernyit heran menatap Zidan yang mulai melangkah meninggalkan Naila.

'Harusnya kan gue yang bilang makasih. Dasar aneh. Tadi marah - marah. Terus bilang makasih. Gak jelas emang'. Batin Naila

***

Bel istirahat sudah berbunyi, Naila bergegas keluar dari UKS menuju ke kantin untuk membeli makanan karena dia tidak sarapan pagi ini.

Tepat didepan perpus, Naila dikejutkan oleh seseorang yang mendadak merangkul pundaknya dari belakang. "Naila semangat ya." Ucap gadis yang bernama Tiara itu.

"Semangat buat?"

"Lo kan dipilih sama kak Radit buat jadi model buat foto ekskul fashion sekolah kita yang bakalan dilomba in di Sentul 2 bulan lagi."

Naila melotot kearah Tiara. "Lo serius?"

Dengan wajah excitednya, Tiara mengangguk dengan ekspresi yang sangat yakin.

Naila menatap Tiara tajam dan memperlihatkan raut wajah yang menyeramkan menurut Tiara "Siapa yang ngerekomendasiin gue ke dia?"

Tiara menggelengkan kepalanya dan berkata "Bu... Bukan gue kok Na... Orang yang pilih lo itu Bu Dasih."

"Maunya apa sih itu orang! Bisanya bikin gue geregetan mulu. Gak bisa dibiarin nih..." Naila bersungut - sungut dan beranjak meninggalkan tempatnya dengan kesal. Namun langkahnya terhenti ketika Tiara menarik tangannnya agar Naila tidak pergi.

"Lepasin Na... Nyebut. Jangan labrak dia."

"Siapa yang mau labrak dia? Gue laper mau ke kantin... Eh gak jadi laper. Gue jadi haus. Gue ke kantin duluan, bye!" Naila bergegas meninggalkan Tiara didepan perpus.

***

Di Kantin

"Mbak Lastri. Teh manis satu gak pake lama." Teriak Naila didepan stan Mbak Lastri langganannya.

Tanpa menunggu lama Mbak Lastri menjulurkan satu cup plastik es teh manis dan segera direbut oleh Naila. Naila mendekatkan teh manis tersebut kearah mulutnya. 

"Eh enak aja lo. gue duluan yang pesen." Sahut Zidan yang membuat Naila mengurungkan niatnya untuk meminum Teh Manis tersebut.

"Ihhh apaan sih. Gue yang nerima duluan juga."

Zidan merebut "Gak bisa. Gue yang pesen duluan" 

"Jadi cowok tuh ngalah sama cewek napa!" Bentak Naila yang membuat  seisi kantin menoleh kearah kearahnya.

Zidan menatap Naila kesal. "Nih. Minum sana sekalian sama plastiknya!"

Naila menatap jengkel ke arah Zidan.

"Gak usah. Makasih." 

"Cewek tuh gitu ya. Tadinya ngatain cowok gak mau ngalah. Giliran yang cowok udah ngalah aja, sok - sok an gak mau." Sindir Zidan.

"Nih" sambungnya sambil mengulurkan teh manis yang dia pegang.

"Gak. Gak jadi."Jawab Naila sarkatis dan langsung bergegas meninggalkan kantin.

"Loh si Eneng kenapa ya den?" Tanya Mbak Lastri keheranan.

"Tau deh mbak. PMS kali." Jawab Zidan asal sambil meminum teh yang dia pegang.

***

Setelah dari kantin, Naila bergegas menuju ke ruang guru. Dia membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu hingga membuat seisi ruangan tersebut menoleh ke arahnya.

Dia mendapati seorang perempuan paruh baya yang sedang memimpin rapat di ruang guru.

"Naila. Kamu ada perlu apa datang kemari?"

"Bu. Saya perlu bicara sama ibu sekarang!"

Wanita itu berjalan ke arah Naila. Dia menarik tangan Naila untuk meninggalkan Ruang Guru dan membawa Naila ke toilet.

"Mau kamu apa Naila?"

***

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang