Bu Dasih menarik lengan Naila.
"Mau kamu apa Naila?"
Naila menatap tajam kearah perempuan paruh baya yang ada didepannya.
"Maksud tante apa? Saya gak suka ya tante daftarin saya ke acaranya si Radit!" Ungkap Naila tanpa basa basi.
Dasih tersenyum licik menatap Naila. Dia mengangkat sebelah alisnya. "Bukannya itu yang kamu mau? Jadi anak terkenal seperti Maura? Tante cuma bantu kamu buat jadi kamu yang sebenernya."
Naila menautkan kedua alisnya. Tangannya mengepal. "Tante jangan sok tau ya. Saya bakalan tetep ikut Club Debate! Saya bakalan tetep pilih Bu Riska daripada tante!"
Lagi - lagi Dasih tersenyum licik.
"Terserah kamu Naila. Sekeras apapun kamu melawan. Ayahmu akan tetap mau kamu jadi seperti apa yang dia mau."Dasih menatap jam tangannya.
"Saya gak punya waktu buat main main sama kamu. Balik ke kelas atau Ayahmu akan menghukummu."Dasih berjalan beberapa langkah meninggalkan Naila.
"Coba aja tante." Ucap Naila singkat.
Dasih menghentikan lamgkahnya dan berbalik menatap Naila.
Naila mengeluarkan smirk andalannya. "Tante pikir saya bakal diem aja. Coba aja. Sejauh mana tante kuat. Dan siapa yang malah bakalan kesiksa."
Ucapan Naila berhasil membuat Dasih terdiam bungkam. Selang beberapa detik. Raut wajahnya berubah. Bukan raut kemarahan yang dia pamerkan. Namun senyum penuh misteri. Senyum yang selalu Naila anggap sebagai senyuman licik.
"Kamu bisa apa sih? Tau apa kamu?" Tanya Dasih.
Naila menatap tajam kearah Dasih. Dia berjalan mendekati Dasih dan membisikkan 3 kata yang membuat suasana semakin panas.
"Coba aja tante." Tantang Naila.
"Gak takut kok." imbuhnya.Naila berjalan menjauh dari depan Toilet guru. Dia berjalan menuju ke kelas.
***
Next?
Sorry pendek banget...
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDAN
Teen Fiction"Kamu Naila?". Cowok itu mengayuh sepedanya pelan berusaha mengiringi langkah kaki Naila mengikuti salah satu adegan film yang sedang booming di saat itu. Cowok itu tersenyum lebar menampakkan senyum termanisnya kearah gadis yang bernama Naila itu...