Zidan membuka knop pintu depan klinik tersebut. Senyumnya mengembang ketika mendapati seorang laki - laki paruh baya yang sedang duduk di meja kerjanya.
"Gimana? Udah ada?" Tanya laki - laki paruh baya itu.
Zidan tersenyum simpul kearahnya, lalu menoleh ke arah Naila yang menatap keduanya bingung.
"Nih." Jawab Zidan sambil menarik lengan Naila.
"Cocok..."
"Oke Om." Jawab Zidan singkat.
Naila memincingkan matanya meminta penjelasan kepada Zidan. Zidan hanya memamerkan senyum simpulnya dan menarik tangan Naila.
"Balik dulu om"
"Zidan, lo mau bawa gue kemana sih!" Dengus Naila kesal.
"Ssttt ngikut aja. Abis ini gue jelasin di cafe depan sambil makan. Lo pasti laper kan, tadi siang gak ke kantin."
Naila pasrah mengikuti Zidan dari belakang.
Mereka berjalan menuju kedai kopi yang berada di perempatan jalan dekat lampu merah. Zidan memarkirkan sepeda yang dia tuntun di salah satu tiang lalu menguncinya disana. Naila menatap ponselnya dengan raut cemberut.
"Ayo masuk, gerimis nih."
Zidan menarik tangan Naila menuju bar untuk memesan.
"Lo mau apa?"
Naila melihat menu makanan yang ada di buku menu. Dia tidak ingat berapa banyak uang yang dia bawa karena dia tidak sempat bilang ke ayahnya bila dari tanggal satu hingga sekarang sudah tanggal delapan, ayahnya belum mengiriminya uang karena masih sibuk mengurusi calon anak tirinya yang selalu bertingkah seperti princess.
"Mbak, French Fries balado 2, Nasi goreng pataya 1, Paket super big 1. Minumya matcha latte 1. Sama yang take away cheese burger 2, french fries nya 1, air mineral 2."
"Banyak banget, gue belum pesen." Ucap Naila sambil menerjapkan matanya melihat jumlah pesanan yang dipesan Zidan.
"Kelamaan, dulu waktu lo kecil kan suka banget sama ayam krispi, sama biasanya lo kalo malem suka diem - diem delivery order cheese burger."
Naila menyengir mendengar pernyataan Zidan. Ah diam - diam zidan ternyata memperhatikannya. Sudah berapa tahun mereka tidak bercengkrama seperti ini? Naila bahkan sudah lupa.
"Lo mau gak ikut gue ke acara ulang tahun bokap gue?"
"Lo mau dateng?"
Zidan tersenyum tipis dan mengangguk.
"Lo yakin gak? Kalo gak yakin gak usah dateng kali Dan. Gue masih inget terakhir kali lo dateng..."
"Cie, jadi lo masih inget sama yang waktu lo ngasih gue surat?"
"Enggak! Itu buat kak Devon ya, bukan buat lo. Kurang kerjaan banget gue ngasih surat ke lo!"
Zidan terkekeh mendengar penjelasan Naila tentang kejadian yang membuat pertemanan mereka rusak.
Iya, dulu memang mereka adalah teman dekat. Bahkan jika diingat - ingat. Naila selalu bersikap manja kepada Zidan ketika orang tua Naila bertengkar. Namun meskipun Zidan selalu ketus dan menjailinya, Zidan juga adalah salah satu orang yang peduli dengan keadaan Naila saat itu.
"Oke gue ikut. Hari ini kan?"
Zidan mengangguk "Lo gak usah khawatir masalah baju. Gue udah siapin. Lo... bisa pake heels?"
Naila menatap Zidan sengit. Memang iya, Zidan selalu memperlakukan Naila seperti laki - laki. Namun Naila sadar diri bahwa dirinya perempuan. Tentu saja Naila bisa menggunakan heels. Meskipun bisa dipastikan langkahnya pasti tidak bisa cepat.
---
Sejak 2018 baru diupdate sekarang wkwkwk...
Selamat membaca ya...
Eh menurut kalian visualisasi Zidan enaknya tetep Cristobal Pescer atau diganti? Kalo diganti enaknya siapa?
a. Risky BS
b. Gusti Rayhan
2 pilihan itu aja ya, soalnya menurutku mereka cocok dijadiin pasangan Andira Hadley.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDAN
Teen Fiction"Kamu Naila?". Cowok itu mengayuh sepedanya pelan berusaha mengiringi langkah kaki Naila mengikuti salah satu adegan film yang sedang booming di saat itu. Cowok itu tersenyum lebar menampakkan senyum termanisnya kearah gadis yang bernama Naila itu...