Satu

2.2K 153 50
                                    

Inspirated by Pasutri Gaje
.
.

Disclaimer : Karya asli milik Tuan Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam nama tokoh semata
.
.

Hinata adalah gadis yang baik. Semua percaya itu. Ia pribadi yang taat dan tak pernah berbuat maksiat. Selama hidupnya, ia hanya ingin menjadi anak yang berbakti, rajin menabung, serta tak lupa sedekah dan ibadah. Ia hemat dan 5 waktunya tepat.

Hinata hanya pegawai koperasi. Kehidupannya tak muluk-muluk layaknya drama rekayasa di tivi. Hidupnya sederhana, namun ia bahagia.

Sedetik pun, tak pernah ia bermimpi menjadi artis sehari. Ia bukan putri, bukan pula anak menteri. Ia bukan seniman, bukan pula anak jutawan. Ia yakin tak pernah sekali pun membuat kontroversi atau sensasi. Lantas, kenapa tiba-tiba ia menjadi bahan gosipan? Sampai masuk lambe turah pula.

Hal itu terjadi karena seorang lelaki berambut pirang berpakaian dinas PNS datang ke koperasi sambil membawa belasan pasukan. Apakah ia pikir koperasi tempat arisan atau tempat kondangan?

Barang sekali pun tak pernah ia menduga bahwa hari ini akan tiba. Ia dilamar di hadapan puluhan pasang mata oleh seorang lelaki pirang yang tak lain adalah lurahnya di desa. Lurah muda mempesona, tampan, dan jutawan yang bernama Namikaze Naruto.

Siapa yang tidak syock di hadiahi seperti itu? Rupa saja baru bertemu, tapi langsung main lamar-lamaran. Ini bukan zaman Siti Nurbaya apalagi drama india.

Pernikahan itu sakral atas dasar cinta dan percaya. Meski cinta dan percaya bukan hal yang utama. Zaman sekarang materi yang lebih banyak berbicara.

"Jadi, gimana? Dek Hinata sudikah menerima lamaran saya?" Naruto berlutut memegang jemari-jemari lentik Hinata.

Beberapa pasang mata menatap adegan mereka romantis, namun tak sedikit yang menganggap sok dramatis. Tapi tak ada yang mencela apalagi menghina.

"A ... anu ... anu ... Pak ...." Hinata grogi. Ia malu bercampur ragu. Jangan abaikan pipinya yang mulai bersemu.

"Kok jawabannya anu-anu? Ambigu ah, Dek. Kan Mas jadi malu." Naruto menunduk geli.

Hinata seketika sweatdrop. Bolehkah ia pingsan saja?

"Tapi kan, Pak. Kita baru bertemu. Saya juga ga terlalu kenal, Bapak. Bukankah ini terlalu cepat? Lagipula ini di Koperasi. Malu ah Pak, dilihatin orang." Hinata mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Naruto, tapi sia-sia. Naruto menggenggamnya erat bak emas permata yang berharga.

Mereka sudah menjadi tontonan warga. Apa Naruto tidak malu? Ada yang merekam pula.

"Jangan panggil Pak, dong!! Panggilnya 'Mas' biar mesra. Kan kata pepatah tak kenal maka ta'aruf. Lha Mas kan datang niatnya itu, sekalian ngelamar biar cepet-cepet bisa sekamar." Naruto menaik turunkan alisnya sambil tersenyum mesra. Namun di mata Hinata malah terlihat seperti lelaki penggoda.

"Kalau ngelamar kan bisa di rumah, Pak. Kenapa harus di kantor koperasi? Saya malu ini."

"Loh? Biar romantis. Katanya, orang- orang zaman now suka membuat sensasi. Lha Mas kan coba membuat lamaran yang berkesan di hati. Kok ga mau panggil 'Mas' sih? Jadi, Dek Hinata mau tetep manggil 'Pak'? Ya udah gapapa. Jangan-jangan Dek Hinata udah ga sabar untuk di panggil 'Ibu', ya?" Naruto tersenyum lagi.

Bolehkah sekarang Hinata pingsan saja??

Hinata heran. Dengan pikiran mesum seperti itu, bagaimana Naruto bisa terpilih jadi Lurah sih?

"Ya sudah kalau Dek Hinata belum siap menjawab. Akhir pekan Mas mau main ke rumah Adek untuk meminang. Jangan lupa kumpulkan keluarga serta sanak saudara. Mas akan datang membawa rombongan lamaran. Tampil yang cantik dan menarik biar Mas tambah tertarik. Sampai jumpa hari minggu, Dek. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikum salam ...."

Dengan perasaat sedikit berat hati karena tak mendapat jawaban Hinata, akhirnya Naruto bersama rombongan pun pergi. Ini bukan akhir. Cerita ini masih mengalir. Naruto akan memastikan bahwa Hinata akan menerima lamarannya. Ia akan mengambil hati keluarga Hinata dan memberikan keyakinan pada mereka bahwa ia bisa membahagiakan anaknya.

Hinata itu kembang desa, meski jarang terlihat mata. Kesibukannya bekerja yang membuat ia jarang bersosialita. Tapi ia bukan warga apatis apalagi sampai melupakan koneksi antar tetangga. Parasnya yang ayu serta lemah lembut menjadi daya tarik untuk pria-pria meski sekedar hanya melirik.

Ia gadis yang sempurna ragawi dan juga hati. Ia menarik dengan caranya sendiri. Hal itulah yang menyebabkan Naruto bersemangat untuk bisa segera mempersunting Hinata. Ia takut lama-lama dosa karena zina mata.
Terlebih, yang paling ditakutkan adalah Hinata sudah diincar orang lain. Ia yang harus jadi pria beruntung dan tak boleh keduluan di tikung.

Oleh sebab itu, lamaran singkat, padat dan buru-buru tak jadi masalah. Ini hanya sebatas formalitas di depan calon pengantin perempuan sebelum nanti ketemu calon besan. Yang terpenting, niat melamar sudah. Tinggal ngurus berkas-berkas nikah, pengguhulu, saksi dan akhirnya SAH.

Naruto sudah tak sabar menunggu realita itu. Bibit, bebet, bobotnya mumpuni. Dan dia sudah siap lahir batin untuk jadi suami.

Lalu bagaimana dengan hati hinata?

Sebelum itu, tengoklah dulu apa yang terjadi di koperasi. Jangankan membahas masalah hati, setelah Naruto pergi Hinata malah ditemukan sudah tak sadarkan diri. Ia pingsan membawa ratusan pertanyaan dan penasaran di benak kerumunan. Dengan alasan kemanusiaan, akhirnya Hinata di bawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat perawatan. Lupakan masalah jawaban. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana agar Hinata cepat siuman.

-bersambung-

______________________________________

Pasangan Gaje - End [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang