SEMBILAN

914 93 58
                                    

WARNING!!!

⚠️vulgar language. Not for children⚠️
.
.
.

HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!

.
.
.

Neji sekarang ini benar-benar ingin mengeluarkan kata-kata sampah. Mulutnya gatal ingin mengutuk dengan sumpah serapah. Segala cacian dan nama hewan-hewan sudah terabsen siap untuk diumpatkan.

Bagaimana tidak, Neji selalu dibuat skakmat oleh Naruto.

Neji kira, Naruto membeli rumah yang jaraknya jauh dari kediaman Hyuga. Namun faktanya? Rumah yang dibeli Naruto ternyata sebuah perumahan yang masih berada dalam satu lingkup desa.

Masih se-kompleks RW bahkan masih se-RT. Dan perumahan itu hanya perlu melewati lima rumah dari kediaman Hyuga, lalu masuk ke tikungan yang memang khusus area perumahan.

Tak butuh waktu 5 menit untuk sekali jalan agar sampai tempat tujuan. Bukankah itu namanya menyebalkan?

Neji bahkan sudah berencana untuk menginap di rumah baru adiknya itu. Tapi setelah mengetahui dimana rumah itu berlokasi, dia langsung dibuat darah tinggi.

Kalau tahu masih tetanggaan, Neji tak perlu repot-repot bawa barang bawaan. Dia tadi bahkan sempat membawa baju ganti dan seragam dinasnya. Memperkirakan jika besok berangkat kerja nebeng iparnya.

Bawa baju ganti pun kini jadi percuma. Ia bahkan bisa langsung pulang ke rumah cukup hanya jalan kaki saja.

Sialan! Neji merasa tertipu.

Kepribadian Naruto benar-benar di luar 3 dimensi yang tidak akan bisa diprediksi. Bersaudara dengan Naruto memang mengharuskan otak Neji untuk sedia di-install setiap hari.

Mental dan kesabarannya harus sekuat baja. Tentunya jika dia masih ingin kewarasannya ada dan tak mau menjadi gila. Kelakuan Naruto benar-benar bisa membuatnya mati muda.

"Nar, loe kok ga pernah bilang kalau beli rumahnya di perumahan?" tanya Neji dengan nada ketus sambil mengelap jendela.

Naruto yang sedang menyapu lantai merasa senang mendengar pertanyaan itu. Ini interaksi pertama mereka setelah beberapa hari Neji tak mau bertegur sapa. Naruto melihat kesempatan, barangkali, ada kemajuan untuk memperbaiki hubungan mereka berdua.

"Lah, gue kan udah bilang waktu keluarga loe datang ke rumah gue buat balikin seserahan. Waktu itu, gue juga udah jelasin apa aja mahar-mahar buat Hinata. Semua orang aja tahu. Masa' loe kagak, sih? Padahal kan loe ada di sana juga."

Neji diam dan hanya mendengarkan. Penjelasan Naruto memanglah benar. Kala itu Neji memang sedang tak fokus pada acara. Dia hanya sebatas tamu yang ikut duduk sambil mangguk-mangguk.

Neji akui, sebenarnya dulu ia tidak menyetujui lamaran itu. Apalagi rencana pernikahan yang terkesan dibuat buru-buru. Dia bahkan terang-terangan berharap pernikahan Hinata tak kan pernah terlaksana. Tapi apa mau dikata jika Naruto memanglah jodoh untuk adiknya. Sejauh apa pun dipisah, tapi yang namanya jodoh takkan bisa dicegah. Akan datang kembali meski sudah dihindari.

"Ish ... ish ... ish ... akurnya! Adek senang deh liatnya. Lain kali gini terus ya?"

Hinata muncul dari dapur sambil membawa sepiring kue cucur.

"Adek kegiatan di dapurnya udah?" tanya Naruto yang masih serius mengerjakan tugasnya.

"Masalah dapur udah beres. Ini Adek bawaain jajanan buat cemilan. Pasti Abang sama Mas capek kan bersih-bersihnya?" Hinata menaruh piring itu di atas meja.

Pasangan Gaje - End [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang