HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN
.
.
.
Naruto POVAku sebenarnya bukanlah tipe lelaki yang hobi mengumbar kata atau sejenisnya, kecuali kalau memang dalam keadaan terpaksa. Kata orang mulutku berlidah tajam, maka dari itu sebisa mungkin aku mencoba menjadi pendiam. Kalian percaya? Tolong jangan! Aku tadi hanya bercanda.
Kehidupanku sedari kecil yang bergelimang harta dan tertata sempurna membuatku mudah untuk mendapatkan segala sesuatu yang ku inginkan. Meski begitu, nyatanya aku tak pernah sekali pun bermain perempuan.
Tingkat disiplin dalam keluargaku yang keras, serta didikan moral yang selalu diajarkan turun temurun dari generasi membuat keluargaku cukup disegani. Bukan maksud sombong atau hal lainnya pula, namun memang begitulah fakta aslinya.
Semasa muda, aku cukup populer di kalangan para gadis. Banyak yang mengatakan wajahku tampan, dan kalau boleh jujur aku cukup tersanjung dengan pujian itu. Wajah tampan dan bergelimang dunia, bukankah modal yang berguna untuk menjadikanku seorang cassanova?
Namun sayangnya aku tak bisa. Bukan berarti aku memang mau atau berminat pula menjadi player, tapi ... ayolah! Kami laki-laki, mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi. Ingin mencoba hal-hal baru diluar kebiasaan kami.
Aku tak akan nakal berlebihan apalagi sampai memakai barang haram. Aku hanya ingin sedikit bersenang-senang dengan perempuan. Eiitss! Aku juga tak akan kebablasan. Tenang saja, aku bukan tipikal pria yang dengan mudah mau menyerahkan keperjakaanku begitu saja.
Waktu itu aku masih remaja yang baru puber, jadi hal yang ingin kucoba hanyalah sebatas ingin tahu rasanya berpacaran.
Namun seribu sayang, keinginanku itu tak bisa terealisasikan. Aku tak pernah tertarik pada gadis-gadis yang mengaku mengidolakanku. Banyak dari mereka yang cantik rupawan, tapi tak ada satu pun yang dapat menggoyahkan iman. Apa aku sekarang terlihat seperti lelaki alim? Hehe ....
Tidak! Jangan sebut aku begitu!
Aku dulu bahkan pernah hampir menjadi lelaki bajingan. Sengaja kumanfaatkan ketenaranku untuk mendapatkan perhatian.
Lihat, aku bajingan bukan?
Dulu, tanpa jeda, pasti ada saja gadis-gadis yang memberiku hadiah. Tentu saja aku akan menerimanya dengan ramah.
Namun hal itu justru menimbulkan kesalah pahaman. Mereka malah menudingku sebagai lelaki PHP. Hei, aku tak pernah memberi janji manis pada mereka, maka apa layak aku mendapatkan julukan itu? Aku hanya menerapkan prinsip, "kamu ijab, aku qabul."
Sebagai manusia yang baik, aku hanya tak ingin menyakiti hati orang lain dengan menolak pemberian dari mereka. Lalu apa aku salah jika menerima hadiahnya?
Katakanlah pada akhirnya aku jera, lantas kuputuskan untuk berhenti cari-cari perhatian. Ku rubah sikapku yang biasanya ramah pada perempuan, menjadi lelaki dingin perasaan.
Sayangnya, hal itu bukannya bisa menyelesaikan masalah, melainkan menjadikannya tambah parah.
Banyak dari mereka yang semakin tak gentar dan tertantang untuk bisa menaklukanku. Apa dipikirnya aku ini hewan liar yang perlu dijinakkan atau barang yang bisa dijadikannya taruhan?
Kamvret!
Justru yang mereka lakukan itu membuatku merasa ilfeel tak karuan. Apalagi aku pernah mendengar bahwa salah satu alasan mereka menginginkanku adalah karena rupa dan harta semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Gaje - End [REPOST]
Random[WARNING!] (Banyak typo, cerita absurd, mengandung bahasa vulgar, tulisan ga jelas) {Slow Update} Untuk 17+ Hinata adalah pegawai koperasi biasa. Namun tiba-tiba seorang lelaki pirang tampan yang mengaku lurahnya datang dan mengatakan ingin melamar...