The Platinum Men
10 tahun lalu, kita pernah bertemu
Mungkin kita juga bersama
Mendadak, WA menghampiri kesendirianku
Lalu bertanya kabarku
Tak perlu kujawab
Karena tahu sudah balasanmu
Lalu kau teleponku
Tapi ragu melakukannya
Ternyata sikapmu tidak jauh beda dengan dulu
Tapi kenapa masih mencariku
Atau kamu ingin menertawakanku
Atau menyelamati kehinaanku
Dengan pongah halus berkata
Sekian tahun mencariku
Namun itu apa sebuah untung atau pandir?
Orang yang pernah hadir, lalu kuhujamkan mandau dengan kasar
Dan sekarang
Masih memujiku tanpa aib
Kenangan masih terekam
Apa maumu?
Dunia pun tidak percayaimu lagi
Aneh!
Senang dengan luka hati yang menganga
Semakin sulit bernafas
Menahan butiran debu
Saat surat datang padaku
Berisi ingkaran
Kenyamanan
Bahkan khianat
Itu takkan kubalas
Karena kamu telah pergi
Padahal aku ingin mengakui
Kalau rasa itu ada
Namun nasi sudah menjadi bubur
Meski tali takkan lepas dari pijakannya
Tentunya, tiada tahu keberadaannya
Perlu kau tahu
Aku sungguh-sungguh atas rasa ini
Meski air mata memenuhi seluruh Jakarta
Meski harus kuakui
Kita harus akhiri.
Hanya karena pesan mesra di WA.
" 10 tahun lalu kita merajut cinta suci ini...."
Sungai air mata pun mengalir cantik sambil menghanyutkan kisah yang tak pantas diceritakan.
Sebentuk kisah rasa antara manusia dengan primata. Oops!..... Wujud fisik manusia rasa primata, lho! Suatu kisah yang selalu ada di masa sekolah menengah. Hingga akhirnya harus berakhir sia-sia karena penghianatan cinta dengan pria idaman lain.
Awalnya, dia ingin mengejarnya demi membuktikan kalau ia masih punya pasangan hidup. Namun hal ini seperti menegakan benang basah, melukis di atas air dan terbang di atas awan.
Januar (36), nama pria yang kuceritakan ini. Ia sangat mencintai Liana (36), istrinya meski ia tahu kalau cinta itu tidak akan terwujud selamanya.
Hingga cerita ini kutulis, ia masih hilang tanpa jejak. Padahal, semuanya telah diberikan. Rumah di Pantai Indah Kapuk, Mobil Toyota Fortuner, Liburan ke Bali sekali sebulan dan seterusnya. Sayangnya, hal ini tidak akan bisa menggantikan keberlangsungan yang diharapkan. Januar harus rela ditinggal istrinya dan mengurus 2 buah hatinya yang masih menginjak masa SMP.
Semua berawal dari usaha mebel yang dijalani mengalami pailit 4 tahun lalu dan ia harus membayar hutang-hutang yang sudah ia ambil. Bahkan, rumah pun disita bank. Akibatnya, anak-anaknya harus pindah sekolah ke sekolah swasta yang lebih murah. Hal ini pula yang membuat istrinya meninggalkannya dan memilih menikah dengan teman SD-nya, Toni.
" Padahal aku sudah berikan apa yang dia mau " ucapnya.
Sebelum menikah dengan Toni, Januar mencoba mencari keberadaan Liana hingga harus ke rumah orang tuanya di Bekasi. Namun, orang tuanya sangat setuju dengan keputusan Liana. Januar pun tidak bisa berharap banyak. Ia pun rela melepasnya.
Namun, Tuhan memberikan keberkahan untuknya.
Januar pun diterima bekerja di perusahaan milik teman masa kecilnya saat ia tinggal di kampung halamannya di Tegal. Ia pun berusaha keras membantu memajukan perusahaan tersebut hingga ia diangkat menjadi manajer 1 tahun kemudian. Selain itu, ia mendapat penghargaan dari lembaga bisnis internasional sebagai manajer terbaik di Asia Tenggara. Selain itu, ia bisa mencukupi kebutuhannya dan kedua anaknya. Dan bahkan, ia menjadi donatur di Rumah Yatim di Jakarta Timur.
Meski ia telah mendapatkan semuanya, namun ia masih tidak mengatehui keberadaan Liana. Mungkin inilah hikmah yang ia dapatkan. Memiliki istri yang tidak tulus mencintainya dan lebih mencintai hartanya akan membuat bencana kemanusiaan yang lebih besar baginya. Setidaknya, rumah di Tambun Selatan lebih nyaman dibandingkan Kemang Pratama.
Kisah ini memberikan banyak hikmah yang sulit kudapat di sekolah. Cinta yang dilandasi ketulusan akan lebih bertahan lama dibandingkan dengan lainnya. Cinta yang hanya melihat dari sisi luar hanya akan menambah beban rasa dan tidak akan bisa memberikan saripati rasa yang sangat sejati, yaitu ketulusan hingga akhir hayat.