Putih.
Itu warna favoritku, tau kenapa? Mungkin kalian mengira bahwa aku suka merah, secara warna merah erat kaitannya dengan darah. Tapi tidak, justru aku sangat menyukai warna putih. Putih adalah warna polos tanpa emosi. Seperti halnya saat aku membunuh seseorang, aku tidak memiliki emosi sama sekali. Karena itulah kira kira alasannya.
Ah, aku terlalu banyak basa basi kali ini. Aku sudah memakai seragam putih biruku, dengan rok biru yang sudah dicuci bersih. Setelah membunuh dua orang dengan jarak waktu yang tidak terlalu lama, aku masih bersikap biasa saja seakan tidak pernah terjadi apapun. Aku mengganggap setiap pembunuhan yang kulakukan hanyalah angin lalu, semuanya semata hanya untuk kesenanganku saja. Benar benar kejam, tapi inilah aku. Pembunuh berwajah riang.
Salma menatap agak aneh kepadaku. Entah kenapa dia menghindariku dengan tatapan ketakutan, bukannya marah justru aku sangat menikmati ketakutannya itu. Salma menatapku risih, mengapa orang yang telah membunuh sangat keji sepertiku masih dapat tertawa riang seakan tanpa beban? Ya. Kira kira itulah yang dipikirkan Salma saat ini, aku hanya menebak tapi aku berani bertaruh itu benar.
Salma, dont be afraid.
Aku akan menghilangkan ketakutanmu selamanya dengan membunuhmu tidak lama lagi. Tunggu aja.Aku tidak ambil perduli. Sepulang sekolah nanti, aku tidak akan berlama lama atau membuang waktu berhargaku lagi. Aku akan langsung membunuhnya, eh. Gak asik! Langsung membunuh atau menyiksanya dulu, ya? Sepertinya menusukkan pisau ketubuhnya berkali kali hingga sekarat akan jauh lebih seru ketimbang menebas kepalanya langsung.
Salma, see and enjoying it.
***
Salma akan menjadi korban ke 6 ku. Dan setiap target yang kupilih, mereka akan benar benar terbunuh. Tidak ada targetku yang gagal kubunuh, semuanya berhasil dengan sempurna dan akan kupastikan Salma juga demikian.
Aku sengaja membuntuti Salma. Tau kenapa? Aku tidak akan membunuhnya disekolah, seperti halnya Jessie atau Sarah. Itu membosankan. Aku akan membunuhnya tepat dirumahnya sendiri. Kenapa? Karena aku ingin mencari sesuatu yang berbeda, itu saja.
Aku sudah meletakkan pisau di punggungku. Agar jika suatu suatu itu kuperlukan, aku bisa langsung meraih dan menusukkannya tiba tiba. Kejam memang, tetapi tidak ada seorangpun psikopat yang tidak kejam, bukan? Aku hanya ingin sedikit 'bersenang senang' dengan korban terakhirku dikota ini. Itu saja. Apa salahnya?
Tunggu. Langkahku terhenti saat melihat seorang cowok menghampiri Salma. Salma hanya tersenyum, mereka mengobrol sejenak kemudian pulang bersama. Astaga, siapa cowok sialan itu? Dasar pengacau! Aku mendecih sembari mengepalkan kedua tangan. Tidak. Rencana yang sudah kususun sejak lama tidak boleh gagal begitu saja.
Seorang Viona tidak pernah gagal membunuh targetnya.
Jika Salma tidak pulang sendirian, apa salahnya? Meskipun itu diluar rencanaku, aku juga bisa membunuh cowok itu. Membunuh bukan hal sulit untukku. Justru itu hobiku.
Sepertinya aku akan bersenang senang hari ini. Yeah!
***
Bersambung :vYang udah baca Girl Problems, pasti udah tau lah ya siapa laki laki itu..
Tapi fokusku hanyalah sudut pandang Viona selaku psikopat. Karena dialah tokoh utama di cerita ini.
Oke. Jangan lupa vote.
Salam gore, Nastarzf<3
![](https://img.wattpad.com/cover/140236340-288-k65731.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOPAT
Mystery / Thriller[Rank 312 di #Thriller] Membunuh? Itu rahasiaku. Memutilasi tubuh menjadi dua belas bagian, menebas kepala dengan kapak dan mencekik leher korbanku hingga jatuh seperti bangkai tikus. ...Atau, menyayat tangan mereka, menikmati darah hingga tetes t...